Gagal Masuk Myanmar, Azwan Balik ke Malang
Nanti saya ceples mereka biar kapok
TRIBUNNEWS.COM,MALANG-Tidak berhasil memperoleh visa masuk Myanmar, membuat perjalanan Indra Azwan (53) menuju Mekah, Arab Saudi gagal. Pria yang mencari keadilan karena anak lelakinya meninggal ditabrak seorang anggota polisi itu akhirnya memutuskan pulang ke Indonesia.
Dari Thailand, Indra pulang ke Jakarta menggunakan pesawat, untuk kemudian kembali ke Malang menggunakan kereta ekonomi Matarmaja, Rabu (11/7/2012) siang. Setibanya di stasiun di Malang, Indra langsung berjalan kaki menuju rumahnya di Jalan Bantaran sekitar pukul 13.00 siang.
Kedatangan Inda langsung disambut haru oleh istrinya, Beti, dan ketiga anaknya, Dwi Anita Rahmania (28), Febriyani Annisa (20), dan Rangga Wardana (8).
Begitu melihat ayahnya datang, si bungsu Ranga langgsung bersikap manja. Maklum sudah sekitar lima bulan Rangga berpisah dengan ayahnya. Sambil tidur di paha bapaknya, Rangga mengadu soal kedua kakak dan ibunya yang sering memarahinya.
“Nanti saya ceples mereka biar kapok,” kata Indra sambil mengelus rambut Rangga.
Setelah puas memeluk anak dan istrinya, Indra mengeluarkan oleh-oleh untuk ketiga anaknya, buku cerita anak-anak. Buku ini dibeli di Pasar Senin, Jakarta.
Meski gagal ke Mekah untuk mengadukan ketidakadilan yang dirasakannya, Indra tetap bertekad untuk kembali ke tanah suci. Tapi, kali ini, Indra akan memilih menggunakan pesawat udara untuk ke Arab Saudi. Mengenai ongkos perjalanan, Indra mengaku sudah ada.
Saat ini, Indra akan mengajukan visa ke Kedutaan Arab Saudi. Harapannya, pertengahan Ramadan, visa akan keluar sehingga ia bisa menikmati Hari Raya Idul Fitri di Mekah.
Saat ditanya kemungkinan bertemu lagi dengan penegak hukum di indonesia untuk menyelesaikan kasusnya, Indra hanya menggeleng lemah. Dia mengaku sudah tidak memiliki harapan mengadukan masalahnya ke penegak hukum di Indonesia, termasuk ke presiden.
Sakit hati karena keputusan pengadilan yang membebaskan polisi yang menabrak anaknya, Rifki Andika, pada 8 Februari 1993 silam sudah sangat mendalam. “Bertemu dengan penegak hukum sudah tidak ada hasilnya. Mending mengadu ke Tuhan,” terang Indra.
Selama menempuh perjalanan dari Malang sampai Thailand, Indra sudah menghabiskan dua pasang sepatu. Setiap harinya dia mampu berjalan antara 20-50 kilometer dengan membawa ransel berisi kebutuhan seberat 20 kilogram.
Selama perjalanan ke luar negeri, yakni Malaysia sampai Thailand, dia mengamati perilaku penegak hukum di negara yang dilaluinya. Di Malaysia, Indra mengaku jarang melihat polisi berdiri pinggir jalan raya di Malaysia karena arus lalu lintasnya relatif lancar.
Selama di Thailand, dia juga melihat kesigapan polisi lalu lintas mengarus arus kendaraan agar tidak sampai macet. Bahkan saat panas terik atau hujan lebat pun polisi berdiri di jalan raya. “Kalau disini, hujan gerimis saja polisinya memilih berteduh,” urai Indra.