Kamis, 2 Oktober 2025

10 Pacar Cowok ini Pernah Diajak Aborsi

Pria ini mengaku 10 perempuan yang dipacarinya semasa sebelum menikah, sekitar 15 tahun lalu, pernah melakukan aborsi.

Editor: Gusti Sawabi
zoom-inlihat foto 10 Pacar Cowok ini Pernah Diajak Aborsi
Tribun Jogja

BUNJOGJA.COM, YOGYA -- Lokasi eksekusi aborsi nampaknya selalu tersembunyi.

Namun, berdasarkan keterangan beberapa saksi yang dihimpun Tribun Jogja, tak jarang tempat-tempat aborsi itu berada di tengah masyarakat, misal perkampungan atau pelosok desa.

Hanya beberapa yang akhirnya memilih layanan aborsi di tempat-tempat elegant, semisal kepada dokter di kota besar seperti di Jakarta.

Alasannya, pelaku praktik aborsi tersebut lebih dapat dipercaya secara medis dibanding bidan atau juru obat di desa.

Pilihan aborsi kepada seorang dokter di Jakarta ini pernah dialami Bayu, pegawai  swasta asli Yogyakarta.

Ditemui Tribun kemarin, dia mengaku 10 perempuan yang dipacarinya semasa sebelum menikah, sekitar 15 tahun lalu, pernah melakukan aborsi.

Dia juga orang yang mendampingi perempuan-perempuan itu saat dieksekusi.

"Pengalaman pertama aborsi dengan pacar saya yang sekarang ini justru menjadi istri saya," katanya.

Baik pengalaman aborsi terhadap istrinya maupun dengan sembilan perempuan lainnya, menurutnya dilakukan di Jakarta.

Eksekutornya adalah seorang dokter.

Disebutkan, biaya aborsi di Jakarta saat itu mencapai Rp 3 juta. Namun karena terbiasa dan cukup kenal dengan dokter tersebut, dia mengaku mendapat potongan harga sehingga cukup membayar Rp 1,5 juta.

Selain karena sudah kenal sehingga mendapat keringanan biaya, pilihannya ke Jakarta untuk mengaborsi para pacarnya itu dipastikan tidak diketahui banyak orang.

Hal ini berbeda dari praktik para bidan atau juru obat di kota kecil atau pelosok desa.

Seorang perawat di Yogyakarta yang mengaku pernah sekantor dengan bidan pelaku praktik aborsi, menyebutkan, di Yogyakarta antara lain di daerah Prambanan dan kawasan UNY.

Pelaku praktik ini adalah seorang bidan.

Ketika pagi bidan tersebut berperan sebagai tenaga medis biasa yang 'ngantor' di klinik, selepas kerja dinas dia menerima jasa layanan aborsi di rumahnya.

"Ya di antara perkampungan warga. Orang-orang sekitar tidak tahu karena dia hanya terbuka dengan yang berkepentingan, misal perantaranya yang membawa klien baru," tutur perempuan berambut panjang itu.

Dia mencontohkan, ketika masyarakat umum atau orang yang tidak dikenal oleh bidan itu bertanya, dipastikan bidan atau pelaku praktik aborsi tidak akan mengaku. Padahal, di rumah tersebut tersedia peralatan medis untuk aborsi. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Tags
aborsi
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved