Keraton Dapat Dana Hibah Puluhan Miliar Rupiah
Dengan diselesaikannya masalah dualisme raja di keraton, diharapkan tidak lagi menghambat proses pelestarian kebudayaan di Keraton Kasunanan
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Proses rekonsiliasi dua raja di Keraton Kasunanan Surakarta menjadi perhatian serius bagi Pemerintah Kota (Pemkot) Solo. Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkot Solo, Budi Suharto mengatakan bahkan Wali Kota Solo, Joko Widodo dan Wakil Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo terlibat langsung dalam proses rekonsiliasi tersebut.
"Prinsipnya kita sangat mendukung dan menyambut baik jika ada rekonsiliasi, bahkan Pak Wali dan Wawali yang turun langsung untuk memediasi," kata Budi saat ditemui di kantornya, Jumat (11/5/2012).
Dikatakan Budi, dengan diselesaikannya masalah dualisme raja di keraton, diharapkan tidak lagi menghambat proses pelestarian kebudayaan di Keraton Kasunanan Surakarta. Sampai saat ini, dana hibah untuk Keraton Kasunanan Surakarta melalui APBD belum tersalurkan karena adanya konflik dualisme raja tersebut.
"Proses rekonsiliasi ini tentunya akan berpengaruh bagi Keraton utamanya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban. Selama ini Keraton mendapat dana hibah melalui APBN," jelas Budi.
Budi menambahkan, konflik yang terjadi di kalangan keluarga darah biru tersebut juga menghambat pencairan dana hibah yang dianggarkan Pemkot untuk pelestarian Keraton melalui APBD Kota. Dana sebesar Rp 300 juta tersebut tercatat tidak tercairkan pada tahun 2011 dan belum ada pengajuan pencairan dana hibah dari pihak keraton pada tahun 2012 ini.
"Dana hibah tahun 2011 tidak diambil karena ada masalah pada laporan pertanggungjawaban penggunaan dana hibah tahun sebelumnya," katanya.
Budi membantah, jika tidak dicairkannya dana hibah tersebut karena ketidakpedulian Pemkot terhadap pelestarian kebudayaan di Keraton Kasunanan Surakarta.
"Tidak dicairkannya ini bukan karena kami tidak peduli, tapi lebih karena tidak dipenuhinya tertib administrasi berupa pelaporan pertanggungjawaban dana hibah tersebut," katanya. Dia berharap dengan adanya perdamaian di antara dua raja tersebut tidak lagi menghambat upaya pelestarian budaya tradisi keraton.
Sementara itu, Wali Kota Solo, Joko Widodo menyambut baik berdamainya dua raja di Keraton Kasunanan Surakarta. Menurut dia, selesainya konflik yang telah berlangsung selama delapan tahun tersebut membawa angin segar pengembangan pariwisata Solo dan kalangan internal keraton.
"Semua upaya yang tujuannya baik pasti juga kami dukung. Ini rencana yang bagus dan tidak hanya direspon dari Kota Solo, tetapi juga pemerintah pusat," kata pria yang akrab disapa Jokowi tersebut.
Jokowi menambahkan, Pemerintah Pusat juga terus memantau proses rekonsiliasi dua raja tersebut. Hal ini dikarenakan, adanya konflik dualisme raja inilah yang menghambat pencairan dana hibah dari pemerintah pusat yang nilainya mencapai sekitar Rp 10 miliar per tahun.
"Pemerintah pusat juga memantau terus perkembangan di Solo. Sebenarnya ada miliaran rupiah yang dialokasikan, tetapi sulit untuk pencairan. Pusat melihat adanya dua kekuasaan akan menyulitkan proses administrasi," jelasnya.
Ketua DPRD Kota Solo, YF Sukasno juga menyambut baik berdamainya dua raja tersebut. Terlebih, bagi sejumlah kalangan warga Solo dan sekitarnya keberadaan Keraton Kasunan Surakarta masih dinilai sebagai sumber nilai luhur yang dijadikan panutan. "Keraton masih dianggap sebagai paugering budaya, masih menjadi sumber nilai-nilai luhur tanah Jawa," katanya.
Adanya perselisihan di kalangan internal keraton selama delapan tahun tersebut menurut Sukasno telah membuat masyarakat bingung.
"Kalau memang sudah ada jalan untuk bersatu jelas akan membawa kondisi Solo lebih baik," katanya. Kondisi ini diharapkan bisa kembali mengangkat citra keraton dan bisa semakin memajukan sektor pariwisata di Kota Solo.
Dijelaskan Sukasno, keberadaan Keraton Kasunanan Surakarta dan Pura Mangkunegaran saat ini masih menjadi ikon wisata dan obyek wisata andalan Kota Bengawan. Kesenian tradisi dan pusat-pusat budaya inilah yang menjadi andalan sektor pariwisata Kota Solo mengingat ketiadaan potensi wisata alam yang bisa dikembangkan di Solo.
"Sebagai gantinya, pusat-pusat budaya dan kesenian tradisi yang menjadi andalan pariwisata," terangnya. (ade)