Jumat, 3 Oktober 2025

Pesawat Sukhoi Jatuh

Di Magelang, Keluarga Korban Sukhoi Pasrah

Keluarga salah satu penumpang Sukhoi Superjet100 yang mengalami kecelakan, Didik Nur Yusuf (44), di Magelang, mengaku pasrah

Editor: Gusti Sawabi
zoom-inlihat foto Di Magelang, Keluarga Korban Sukhoi Pasrah
facebook
Didik Yusuf


TRIBUNNEWS.COM, MAGELANG - Keluarga salah satu penumpang pesawat Sukhoi Superjet100 yang mengalami kecelakan, Didik Nur Yusuf (44), di Cacaban, Magelang Tengah, Kota Magelang, mengaku pasrah atas musibah yang menimpa. Mereka berharap Tuhan masih memberikan kehidupan, mengingat pihaknya belum menerima informasi kejelasan kondisi para korban.

Namun seandainya Yusuf meninggal, mereka pasrah dan menilainya sebagai kematian yang sangat mulia karena meninggal dalam menjalankan tugas.

“Dengan kecelakaan ini kami berharap Allah memberikan kehidupan. Tapi andaikan adik saya dipanggil, kami bangga karena adik saya meninggal dalam bekerja menjalan tugas, kami tetap pasrah,’’ kata kakak kandung korban, Nur Zamroni (54), Kamis (10/5).

 Didik Nur Yusuf adalah wartawan Majalah Angkasa yang menjalankan tugas jurnalistik dalam penerbangan promosi pesawat Sukhoi Superjet 100. Nahas, pesawat tersebut mengalami kecelakaan dan bangkainya ditemukan pecah di selatan Gunung Salak, Kawah Ratu, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Belum bisa dipastikan kondisi para penumpangnya termasuk kondisi Didik.

 Menurut penuturan keluarga, Didik bertempat tinggal di Kompleks Perumahan Puri Kartika Baru Blok H 3 No 6 Jalan Jambu, Ciledug, Jakarta Barat. Ia tinggal bersama istrinya Nurlaela (35), dan seorang anaknya Abdul Haris Dirgantara (15), yang baru duduk di bangku kelas dua SMP. Namun sebagian keluarga kandungnya ada di Kampung Kauman, Gang Krisnayi No 38, RT 2 RW 1, Kelurahan Cacaban, Magelang Tengah, Kota Magelang.

 Zamroni mengungkapkan, setelah lulus SMA, Didik berangkat ke Jakarta menjadi wartawan di Majalah Hei sebelum akhirnya berpindah di Majalah Angkasa selama 14 tahun terakhir. Anak ke 12 dari 13 bersaudara ini sejak kecil memang bercita-cita bekerja di bidang kedirgantaraan karena menyukai pesawat. Selama bekerja di Majalah Angkasa, Didik sudah sering naik pesawat untuk tugas peliputan termasuk pesawat F 16.     

 

“Terakhir bertemu saat dia bersama istri dan anaknya pulang ke Magelang Ramadhan kemarin. Kami tidak heran mendengar dia berkali-kali naik pesawat karena itu sudah bagian dari tugasnya. Namun begitu mendengar pesawat yang dinaikinya kecelakaan, kami sangat terkejut,” ujarnya.

 

Keluarga korban di Magelang kali pertama mendengar informasi kecelakaan ini ketika memperoleh pesan singkat dari keponakannya yang bekerja di Kompas dan Tempo, Satriyo Nusantara. Keluarga langsung terkejut dan berusaha melihat televisi untuk mengetahui kabar selengkapnya. Keluarga tersebut juga berusaha menelpon istrinya Didik dan anaknya namun semuanya tidak tersambung.

 

“Saat saya melihat tayangan televisi, ternyata di daftar korban iya ada yang namanya Yusuf dari Majalah Angkasa, tidak salah lagi itu pasti Yusuf adik saya. Saya melihat istrinya dan anaknya juga muncul ditelevisi sambil menangis. Kami sekeluarga pun langsung kaget dan pasrah,” ungkap Zamroni.

 

Sementara pihak keluarga sendiri, lanjutnya, terakhir melakukan kontak dengan Didik pada Minggu (6/5) sore. Saat itu Didik menelepon Zamroni ingin pulang ke Magelang karena ingin memperbaiki makam kedua orang tuanya, almarhum Ahmad Husain dan Mutiana. Mengetahuio permintaan tersebut, Zamroni menyarankan aghar Didik lebih baik berkunjung saat Ramadhan, karena bulan ramadhan sudah dekat. Tapi, Didik tetap memaksa ingin segera pulang untuk berziarah.

 

“Setelah mendapat telepon itu, malam-malam berikutnya istri saya bilang selalu mendengar suara gemuruh semacam suara lindu (gempa_Red) saat sholat tahajud. Mungkin itu sebenarnya firasat tapi kami tidak tahu, kami berharap adik saya tetap selamat dan keluarga saya tetap utuh 13 orang,” jelasnya.

 

Meski bersikap pasrah dan berharap selamat, keluarga di Magelang tetap mengirim kakak kandung Didik yang lainnya, Nur Huda untuk mendatangi Bandara Halim Perdanakusuma. Selain untuk menghibur istrinya dan anaknya Didik, mereka berharap dapat segera memperoleh kejelasan dari pihak yang bertanggungjawab tentang nasib para penumpang pesawat Sukhoi Superjet100.

 

Seandainya ditemukan meninggal dunia, keluarga di Magelang berencana akan memakamkan jenazah Didik di dekat makam kedua orang tuanya di Magelang. Namun hal itu jika istrinya menghendaki, sebab sampai saat ini istrinya masih shock dan sering pingsan karena khawatir dengan nasib suaminya. Keluarga di Magelang akan terus memantau perkembangan penemuan pesawat Sukhoi melalui media elektronik.(had)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved