Polisi Tewas di Maros
Aliran Ahad Percaya Masih Ada Tuhan di Atas Allah SWT
Ahad, warga yang tewas tertembak aparat Polres Maros dalam peristiwa bentrokan di Desa Bontojolong, Kelurahan Raya, Kecamatan Turikale

Laporan Wartawan Tribun Timur, Rasmi Rijang Sikati
TRIBUNNEWS.COM, MAROS - Ahad, warga yang tewas tertembak aparat Polres Maros dalam peristiwa bentrokan di Desa Bontojolong, Kelurahan Raya, Kecamatan Turikale, Kabupaten Maros, Sulsel, adalah salah satu pimpinan aliran sesat di Maros.
Aliran itulah yang selama ini merisaukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Maros. Pengikut aliran ini hanya 50 orang dan terdiri dari orang dewasa dan anak-anak.
Aliran ini mempercayai adanya Tuhan di atas Allah SWT, yang bernama Ahad Soth. Mereka menganggap Nabi Muhammad sebagai Tuhan di atas Allah SWT.
Bahasa yang digunakan Ahad Soht adalah bahasa Arab bercampur Makassar. Ahad Soth mengaku mendapatkan bahasa itu dari Wali Songo titisan Karaeng Daeng Paturu.
Aliran ini pun mengajarkan dua kali salat bagi para pengikutnya, yakni, salat Dhuhur dan Ashar.
Dalam salatnya, mereka hanya diperbolehkan membaca Al Fatihah dan doa yang diberikan khusus oleh Ahad Soth dengan bahasa Makassar. Menurut Soht, cara ini agar terhindar dari bala.
Selain itu, para pengikutnya juga diajarkan beribadah dengan cara bersemedi, bergoyang-goyang, dan meraung-raung seperti binatang pada umumnya. Supaya jasad mereka dapat di masuki malaikat.
Mereka juga menjadikan Al Quran sebagai kitab suci. Hanya saja, pengikut dilarang membaca Al Quran, hanya pemimpin aliran ini yang boleh melakukannya.
Al Quran dibawa setiap hari Senin, ketika kelompok ini melakukan upacara. Dalam upacara itu, pengikut membawa serta tongkat dan senjata tajam.
Bacok Polisi
Inilah detik-detik ketika Ahad yang tangan kanannya memegang parang dan mengarahkan senjata tajam itu ke leher sebelah kiri anggota Polresta Maros Aiptu Abdul Rahim, di Desa Bontojolong, Kecamatan Turikale, Senin (9/5/2011), sekitar pukul 13.19 Wita.
Aiptu Abdul Rahim tewas di lokasi kejadian. Peristiwa itu terjadi ketika polisi berusaha menahan Ahad dan beberapa rekannya yang lain karena membawa senjata tajam usai kembali dari gedung DPRD Maros.
Saat itu, Ahad menolak ditahan dan terjadi cekcok mulut yang berujung pada bentrokan. Ahad kemudian mengarahkan parangnya ke leher Aiptu Abdul Rahim, namun tak lama polisi pun melepaskan tembakan ke tubuh Ahad hingga tewas.