Ramadan 2025
Merawat Kemabruran Puasa, Berorientasi Husnul Khatimah
Jiwa akan sehat dan terpelihara kalau kita terbiasa berfikir sehat, proaktif, dan berorientasi kepada husnul khatimah, ending kehidupan yang baik dan
Oleh Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA
TRIBUNNEWS.COM - Jiwa akan sehat dan terpelihara kalau kita terbiasa berfikir sehat, proaktif, dan berorientasi kepada husnul khatimah, ending kehidupan yang baik dan ideal.
Inilah salah satu hikmah puasa yang kita rasakan.
Baca juga: Mengontrol Tabungan Sosial, Perbanyak Saldo Kebaikan, Maka Kemabruran Puasa Terawat
Khusus melakukan tugas dan pekerjaan sebaiknya diupayakan berorientasi kepada husnul khatimah/positive thinking.
Melakukan pekerjaan dengan berorientasi husnul khatimah diawali dengan niat atau perencanaan yang luhur dan baik.
Kita harus berusaha menyingkirkan kesenangan dan kebahagiaan sesaat dengan prinsip dan nilai-nilai luhur kehidupan.
Jika kita berasumsi segalanya diciptakan dua kali, yaitu ciptaan mental (blue print) yang biasa diistilahkan dengan niat, dan ciptaan fisik atau eksekusi sebuah program dengan perhatian lebih fokus dan profesional, maka sudah barangtentu blue print-nya sesuai konsep husnul khatimah.
Kita harus bisa memastikan bahwa semua perbuatan kita berangkat dari konsep husnul khatimah, diawali dengan niat yang baik dan luhur semenjak pemunculan awal gagasan itu (masyi’ah), lalu mengukur kemampuan (istitha’ah), dan terakhir ketika gagasan itu direalisasi atau dieksekusi (kasab) dipastikan sedah melalui wjud niat yang tepat.
Baca juga: Kunci Puasa Berkualitas hingga Kemabruran Ibadah Terjaga, Menghayati Niat Semata Demi Allah
Pertama kita diminta untuk membuat perencanaan yang visible (blue print) yang sesuai dengan konsep husnul khatimah.
Bule print tentunya harus didesai dengan konsep proaktif, bukannya reaktif. Harapan kita apa yang direncanakan sejak awal itulah yang menjadi kenyataan.
Dengan demikian, sesungguhnya setiap perbuatan itu dilaksanakan dua kali. Sekali di dalam bentuk konsep dan kedua kalinya dalam bentuk actions.
Sedemikian penting hal ini, maka Allah SWT mencontohkan Dirinya tidak melakukan perbuatan-Nya sekali tetapi selalu dua kali, yaitu sekali dalam bentuk blue print di Lauh al-mahfudh dan kedua kalinya dalam bentuk kenyataan di alam syahadah ini.
Kesemuanya ini memberikan hikmah betapa manusia juga sebaiknya mengerjakan perbuatannya dua kali, sekali dalam perencanaan dan kedua kalinya dalam bentuk actions (hasab).
Antara perbuatan pertama (niat) dan perbuatan kedua (actions) sedapat mungkin tidak terjadi perbedaan berarti.
Apa yang ada di dalam konsep dan perencanaan itulah yang menjadi kenyataan. Satau set antara niat dan perbuatan sesungguhnya itulah jalan lurus (shirath al-mustaqim).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.