Senin, 6 Oktober 2025

Ramadan 2025

Jelang Ramadan Umat Islam Diimbau 'Puasa Energi' di Rumah dan di Masjid

Jelang bulan ramadan, umat muslim diimbau untuk bisa puasa energi dalam rangka efisiensi dan transisi menuju sumber energi yang terbarukan. 

Penulis: Fahdi Fahlevi
Editor: Dewi Agustina
HO/MOSAIC
JELANG RAMADAN - Diskusi bertajuk ‘Cahaya Ramadan: Menjalani Ibadah Energi dengan Energi Berkelanjutan’ yang digelar oleh Suara Muhammadiyah, Greenfaith Indonesia, MOSAIC, 1000 Cahaya, dan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah. Jelang bulan ramadan, umat muslim diimbau untuk bisa puasa energi dalam rangka efisiensi dan transisi menuju sumber energi yang terbarukan.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ramadan merupakan momen penting bagi umat muslim untuk menginternalisasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari. 

Salah satunya dalam efisiensi dan transisi menuju sumber energi yang terbarukan. 

Baca juga: Puasa Ramadan di Arab Saudi Diprediksi Mulai 1 Maret 2025

Wakil Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah dan Direktur Eksekutif Muhammadiyah Climate Center, Agus S Djamil, menyatakan pentingnya kemandirian energi

"Saya merasa bahagia karena transisi energi kini menjadi isu yang diperbincangkan tidak hanya dalam lingkup akademik, tetapi juga dalam konteks agama. Kita perlu segera mewujudkan kemandirian energi, mengingat saat ini sebagian besar energi kita masih bergantung pada impor," ujar Agus melalui keterangan tertulis, Kamis (20/2/2025).

Hal tersebut diungkapkan Agus pada diskusi bertajuk ‘Cahaya Ramadan: Menjalani Ibadah Energi dengan Energi Berkelanjutan’ yang digelar oleh Suara Muhammadiyah, Greenfaith Indonesia, MOSAIC, 1000 Cahaya, dan Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah. 

Agus juga menekankan pentingnya mewujudkan kemandirian energi menggunakan sumber energi terbarukan yang melimpah. 

Beberapa contoh yang disebutkan adalah memanfaatkan sungai untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA), serta potensi panas bumi dan energi laut. 

Baca juga: Jelang Ramadan, Menko Zulhas Pastikan Harga dan Stok Bahan Pokok Aman

Ia menambahkan bahwa sumber energi berkelanjutan juga harus mempertimbangkan biaya Levelized Cost of Electricity (LCOE) yang rendah dan pengembalian investasi energi yang optimal. 

"Indonesia dianugerahi Tuhan dengan kekayaan energi, mulai energi air, panas bumi, laut, matahari, hingga angin," katanya. 

Dalam acara ini, juga disosialisasikan Buku Fikih Transisi Energi Berkeadilan, yang telah melalui proses penulisan inklusif dari tahap diskusi hingga penulisan, melibatkan masyarakat yang terdampak. 

Buku ini diharapkan dapat menjadi landasan kerja bersama umat Islam dalam mendukung ambisi transisi energi Indonesia. 

Qaem Aulassyahied dari Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, yang juga salah satu penulis buku tersebut, menekankan adanya disparitas ekonomi dalam energi

Sehingga penggunaan dan pemanfaatan sumber daya menjadi tidak seimbang. 

Menurutnya, salah satu persoalan penting adalah kepemilikan dan bagaimana kita mengatur penggunaannya untuk kesejahteraan bersama. 

"Keserakahan dan kejahatan struktural dapat merusak sistem perekonomian, termasuk energi. Maka wujud konservasi energi yang bisa kita lakukan yaitu melakukan penghematan energi dan mengupayakan pencarian energi alternatif,” ungkap Qaem. 

Eko Sudarmawan, Pokja Bimbingan Teknis Konservasi Energi dari Dirjen EBTKE, Kementerian ESDM, menjelaskan Pemerintah telah meluncurkan berbagai program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penghematan energi

"Di salah satu area di Jakarta, kami berhasil mendorong pengurangan tagihan listrik di hingga 75 persen rumah tangga dalam waktu 3 bulan saja, melalui langkah-langkah sederhana yang dapat diterapkan sehari-hari," kata Eko. 

Lebih lanjut ia menjelaskan rata-rata di rumah tangga, penggunaan AC menyumbang 50-60% konsumsi listrik. 

Selain itu, dengan tata pencahayaan yang lebih banyak memanfaatkan cahaya matahari di siang hari, masyarakat dapat mengurangi tagihan listrik hingga 15%. 

Penggunaan lampu LED juga direkomendasikan sebagai alternatif yang lebih hemat energi.  

Hening Parlan, Koordinator Nasional Greenfaith Indonesia, menambahkan bahwa bulan Ramadan adalah waktu yang penuh berkah dan introspeksi. 

"Jika kita tidak bijak dalam mengelola energi, kita justru memperbanyak pemborosan. Saya mengajak semua untuk 'puasa energi' di rumah dan di masjid. Mari kita matikan lampu saat tidak digunakan, terutama saat kita beribadah, untuk mengurangi konsumsi energi," katanya.

Sementara itu, Aldy Permana dari Muslims for Shared Action on Climate Impact (MOSAIC) Indonesia berharap masyarakat dapat terinspirasi dalam menggunakan energi terbarukan. 

"Kami berharap buku fikih transisi energi berkeadilan dan acara ini dapat menginspirasi umat Islam untuk menjadikan energi terbarukan sebagai bagian dari keseharian, khususnya dalam menyambut Bulan Suci Ramadan," pungkasnya.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved