Sabtu, 4 Oktober 2025

Ramadan 2022

Contoh Teks Kultum Ramadan: Hikmah di Balik Nuzulul Quran

Berikut adalah contoh kultum berjudul Hikmah di Balik Nuzulul Quran. Simak selengkapnya di artikel ini.

Freepik
(Ilustrasi) Berikut adalah contoh kultum berjudul Hikmah di Balik Nuzulul Quran. Simak selengkapnya di artikel ini. 

Berdasarkan pemahaman tersebut, ia berpendapat bahwa wahyu merupakan teks suci yang direkonstruksi dari “proses komunikasi” antara manusia dengan Tuhan.

Ia mengambil sebuah perumpamaan, ketika Muhammad SAW melakukan kontemplasi di Gua Hira sambil menunggu turunnya wahyu, Malaikat datang menghampirinya sambil membimbingnya untuk menerima wahyu. Muhammad berada dalam posisi “ummi” tidak diartikan ia “buta huruf” atau “tidak mampu membaca”, melainkan kesulitan menerima wahyu sebagai sesuatu yang sakral, sehingga ia jadi gemetar dan gagap walaupun wahyu tersebut berbahasa Arab.

Argumen di atas menjawab pertanyaan mengapa Al-Quran tidan diturunkan sekaligus.

Dalam beberapa keterangan ayat dijelaskan, turunnya Al-Quran terjadi dalam dua tahapan: pertama, Al-Quran turun pada malam lailatul qadar pada malam kemuliaan, merupakan pemberitahuan Allah SWT kepada alam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malakat akan kemulyaan umat Nabi Muhamad SAW.

Dan Kedua, turunya Al-Quran secara bertahap (munajaman), dengan tujuan menguatkan hati Rasulullah SAW dan menghiburnya, serta mengikuti peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah SWT menyempurnakan agama ini dan mencukupi nikmat-nikmat-Nya.

Perbedaan turunnya Al-Quran secara sekaligus dan berangsur-angsur juga disebabkan karena merujuk kepada dua kata anzala dan nazala dalam QS Al-Isra’ ayat 105 yang berbunyi: Dan Kami turunkan (Al-Quran) itu dengan sebenar-benarnya dan Al-Quran itu telah turun dengan (membawa) kebenaran. dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.

Pesan pertama yang terkandung dalam ayat di atas menyiratkan hikmah bagi umat manusia bahwa sebagian besar ayat dan surat dalam Al-Quran tidak dapat dilepaskan dari peristiwa sejarah di wilayah Makkah dan Madinah.

Makkah adalah fase pertama proses penerimaan wahyu, di mana Muhammad dengan gelar “Al-Amin”-nya mendeklarasikan dirinya sebagai Rasul terakhir dan sekaligus penerima wahyu terakhir pula.

Sedangkan Madinah merupakan fase kedua di mana Al-Quran berada dalam proses pembentukan dan penyusunannya lebih lengkap dan sistematis. Pesan kedua adalah dalam hal bacaan ayat-ayat Al-Quran.

Norma-norma pembeda teks Al-Quran dengan teks-teks lainnya tampak pada segi bagaimana wahyu tersebut sampai kepada Rasul.

Tidak serta merta wahyu tersebut sampai secara sekaligus dan lengkap, melainkan terjadi secara berangsur-angsur (tadaruj).

Alasan diturunkannya Al-Quran secara bertahap didasarkan kepada keyakinan Al-Quran (teks) ditujukan kepada manusia untuk merespon segala situasi dan kondisi sesuai dengan realitas (konteks).

Argumennya, menjadi suatu hal yang mustahil ayat Al-Quran tersebut turun secara bersamaan antara teks dengan konteksnya.

Pesan ketiga adalah dalam hal pemaknaan ayat-ayat Al-Quran. Teks-teks suci dalam pemaknaan wahyu ilahi (kalamullah) sampai kepada Rasul berdasarkan tuntutan dan kebutuhan untuk merespon berbagai persoalan yang terjadi sepanjang sejarah.

Sehingga masing-masing teks suci tersebut memiliki ciri dan karakter berdasarkan model pengucapan, huruf dan lafalnya hingga pemaknaannya.

Halaman
1234
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved