Selasa, 7 Oktober 2025

Ramadan 2019

Mutiara Ramadan: Dimensi Spiritual Manusia

Sebagai makhluk yang diciptakan sesuai citra Tuhan dan mendapatkan percikan Ruh-Nya, logis manusia memiliki unsur-unsur Ilahi.

Editor: Dewi Agustina
TRIBUN MEDAN/Riski Cahyadi
Santri Pesantren Ar-Raudhatul Hasanah membaca AlQuran ketika melaksanakan tadarus massal pada Ramadan 1439 H, di Medan, Sumatera Utara, Senin (21/5/2018). Kegiatan yang diikuti sedikitnya 2.500 santri tersebut, merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan pada bulan Ramadan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI 

Karena itu dalam adagium tasawuf disebutkan manusia ibarat seekor belalang kecil yang menempel pada dahan sebuah pohon, tapi pengetahuannya jauh melampaui luasnya hutan itu sendiri.

Sebagai makhluk yang diciptakan sesuai citra Tuhan dan mendapatkan percikan Ruh-Nya, logis manusia memiliki unsur-unsur Ilahi dan kemiripan sifat dengan penciptanya.

Hanya saja Allah Maha Absolut, sedangkan sifat-sifat ilahi yang ada pada manusia merupakan anugerah-Nya yang bersifat relatif.

Manusia memiliki kemampuan mengetahui, tetapi Allah maha mengetahui.

Manusia mampu mencipta, tetapi Allah maha pencipta.

Manusia mendengar, Allah maha mendengar, dan seterusnya.

Unsur-unsur Ilahi ini sejatinya adalah instrumen yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia supaya bisa menginsafi hakikat dirinya, untuk selanjutnya mengenal, mendekati, dan menjalin hubungan dengan Tuhan.

Seorang anak sedang membaca Iqra di Masjid Layur Semarang, Jawa Tengah Sabtu (26/5/2018). Kegiatan ini rutin dilakukan untuk menunggu waktu berbuka puasa. Tribunnews/Jeprima
Seorang anak sedang membaca Iqra di Masjid Layur Semarang, Jawa Tengah Sabtu (26/5/2018). Kegiatan ini rutin dilakukan untuk menunggu waktu berbuka puasa. Tribunnews/Jeprima (Tribunnews/JEPRIMA)

Unsur-unsur itu adalah instrumen yang ditanamkan dalam diri manusia sehingga dia mampu menerima pancaran cahaya Ilahi.

Ketika manusia sudah mengenal, mendekat dan mencintai Tuhan, selanjutnya akan terjadi limpahan energi ilahi yang menggerakkan dan mengarahkan prilaku manusia.

Karena natur manusia itu fitri, hanif, dan memiliki banyak kesamaan dengan pencipta-Nya, seorang muslim mestinya semakin memiliki sifat kasih sayang mengingat seroang muslim paling banyak menyebut dua sifat itu.

Perlu Kerja Keras

Singkatnya, relasi antara Tuhan dan manusia ini bisa diilustrasikan dengan besi yang ditempelkan dan digosok-gosokkan pada magnet.

Pada mulanya, besi itu hanyalah penerima yang secara pasif hanya bisa pasrah ditarik oleh magnet.

Tapi semakin lama digosok, partikel penyusun besi secara otomatis akan teratur seperti partikel magnet, sehingga besi yang tadinya hanya bersifat pasif, sekarang berubah menjadi aktif dan mampu menjadi magnet baru walaupun kualitasnya tidak setara dengan magnet yang asli.

Inilah yang disebut sebagai Takhalluq bi akhlaqillah.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved