Melihat Jejak Cikal Bakal Penyebaran Islam di Kota Salatiga di Masjid Tua Darmajati
masjid Damarjati merupakan masjid tertua di Kota Salatiga. Masjid ini didirikan Kiai Ronosetiko anggota Laskar Pangeran Diponegoro
Supaya tidak dicurigai Belanda, kedua tokoh tersebut membuka perkampungan baru bersama laskarnya.
Kiai Sirojudin membuka perkampungan di Dukuh Krajan, sementara Kiai Ronosentiko babat alas di daerah Bancaan yang berada sekitar tiga kilometer dari Krajan.
Belakangan, Kiai Sirojudin mengganti namanya menjadi Damarjati.
Penggantian nama terpaksa dilakukan karena dia berserta Kiai Ronosentiko merupakan sosok yang diburu Belanda.
Kedua ulama tersebut ditugasi untuk memata-matai Belanda lantaran Kota Salatiga sejak dulu memang dikenal sebagai basis militer Belanda di Jawa Tengah.
“Lalu, Kiai Sirojudin dibantu laskarnya membangun sebuah langgar di perkampungan yang dibukanya.
Kemudian berkembang menjadi masjid tersebut dan dijadikan sebagai pusat segala aktivitas, termasuk menyusun strategi melawan Belanda,” jelasnya
Edy menambahkan, semula bangunan berupa langgar sederhana dengan luas 6x6 meterpersegi.
Dindingnya terbuat dari papan kayu dan anyaman bambu, sementara atapnya terbuat dari sirap.
Mulai saat itu lanjutnya, syiar Islam di Salatiga tersebar luas dan terus berkembang.
“Sampai sekarang, masjid masih berfungsi meski kapasistasnya hanya mampu menampung maksimal 200 orang.
Karena disinilah cikal bakal penyebaran agama Islam di Kota Salatiga kendati areal parkirnya sangat sempit,” imbuhnya
Hingga kemudian lanjutnya, aaat Kiai Sirojudin wafat jenazahnya dimakamkan di seberang masjid.
Untuk mengenang jasa-jasanya, warga setempat menamai masjid tersebut dengan nama Masjid Damarjati.
Kendati telah berumur hampir dua abad, sayangnya bangunan ini tak termasuk cagar budaya, pasalnya bentuk aslinya sudah berubah total akibat renovasi. (ris)