Ramadan 2019
Tradisi Bangunkan Sahur Pakai Pesawat Tempur Akan Dilakukan Lagi, Ini Penjelasan TNI AU
TNI AU berencana kembali melakukan tradisi membangunkan sahur dengan menerbangkan pesawat tempur di wilayah udara beberapa kota di Jawa.
TRIBUNNEWS.COM - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) berencana kembali melakukan tradisi membangunkan sahur.
Bukan dengan kentongan atau semacamnya, melainkan dengan menerbangkan pesawat tempur di wilayah udara beberapa kota.
Hal itu disampaikan TNI AU melalui akun Twitter, @_TNIAU, Selasa (7/5/2019).
Dalam twit tersebut, beberapa kota yang disebut akan dilintasi oleh pesawat tempur milik TNI AU adalah Surabaya, Surakarta, Yogyakarta, Klaten, dan Sragen.
Baca: Tradisi Bangunkan Sahur Menggunakan Pesawat Tempur Kembali akan Dilakukan TNI AU
Baca: Jadwal Imsakiyah dan Buka Puasa Ramadan 2019/1440 H Seluruh Wilayah Kalimantan dan Sekitarnya
Namun, rupanya kegiatan tersebut bukan difokuskan semata-mata untuk membangunkan sahur masyarakat yang hendak menjalankan ibadah puasa.
Kegiatan ini dilakukan dalam rangka menyiasati waktu terbang bagi para penerbang tempur TNI AU selama bulan Ramadan.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Subdinas Penerangan Umum AU, Kolonel Sus M Yuris saat dihubungi Kompas.com Rabu (8/5/2019) siang.
"Misi utama bukan membangunkan sahur, tapi maintain kemampuan terbang malam atau subuh bagi penerbang tempur TNI AU," kata Yuris.
Terbang di waktu subuh atau jam-jam sahur selama bulan Ramadan menjadi opsi yang paling mungkin diambil.
Sebab para penerbang tempur yang menjalankan puasa tidak diperkenankan menerbangkan pesawat di atas pukul 10.00.
"Pukul 10.00 pagi adalah batas waktu yang diberikan oleh tim medis untuk terbang di saat puasa karena lebih dari waktu itu, kadar gula darah sudah menurun dan tidak fit untuk terbang kecuali membatalkan puasa jika diperlukan," kata Yuris.
Dalam kondisi berpuasa, setelah pukul 10.00, para penerbang hanya diperkenankan untuk siap siaga operasi, tidak menerbangkan pesawat kecuali dalam kondisi darurat dan membatalkan puasanya.
"Bagi penerbang tempur Muslim, jika ingin tetap berpuasa, mereka hanya boleh standby operasi setelah pukul 10.00 pagi kecuali dalam keadaan darurat yang mengharuskan scramble," kata Yuris.
Jadi, penerbangan di waktu subuh atau sahur ini, selain menyiasati waktu terbang para penerbang tempur Muslim yang berpuasa, juga sekaligus dapat juga membangunkan masyarakat untuk makan sahur.
"Jadi terbang subuh dan membangunkan masyarakat untuk sahur adalah combined mission,” ucap Yaris.