Ramadan 2018
Saat Puasa Menghirup Aroma Minyak Angin untuk Melegakan Hidung yang Pilek, Batal Gak Ya?
Saat hidung tersumbat, untuk melegakan napas orang-orang biasa menghirup minyak angin atau inhaler. Kalau dipakai saat puasa bagaimana hukumnya?
TRIBUNNEWS.COM- Menjalani puasa dengan badan yang sehat tentu saja jadi keinginan sebagian besar umat Muslim.
Namun, bisa saja saat menjalani ibadah ini selama Ramadan, kita diserang sakit.
Meski sakitnya tak parah seperti pilek, tetap memengaruhi puasa kita.
Penyakit ringan ini umumnya bikin tidak nyaman. Secara fisik badan dirasa masih kuat berpuasa.
Namun karena sakit ini, aktivitas jadi terganggu dan malas betul melakukan hal lain selain beristirahat.
Gejala-gejala seperti demam, yang kerap disertai batuk dan pilek tiba-tiba menyerang.
Dalam istilah medis, hal ini disebut common cold. Penyakit ini disebabkan virus, dan kita sulit mengantisipasi kapan bisa terpapar olehnya. Tanpa disangka badan meriang, plus pilek dan hidung tersumbat yang sangat tak nyaman.
Saat hidung tersumbat, untuk melegakan napas orang-orang biasa menghirup minyak angin atau inhaler.
Aroma yang dihirup, biasanya berupa aroma menthol atau mint yang menyejukkan. Lantas, bagaimana status puasa jika menghirup minyak angin atau inhaler?
Rukun puasa, selain niat, adalah meninggalkan hal-hal yang membatalkan puasa. Salah satunya, makan dan minum.
Para ulama menyebutkan secara lebih umum makan dan minum termasuk memasukkan sesuatu ke rongga tubuh yang terbuka. Secara lebih detail, Syekh Zakariya al-Anshari menyebutkan dalam Fathul Wahhab bahwa puasa itu:
تَرْكُ وُصُولِ عَيْنٍ لَا رِيْحٍ وَلَا طَعْمٍ مِنْ ظَاهِرٍ فِي مَنْفَذٍ مَفْتُوحٍ
Artinya: “Meninggalkan sampainya ‘ain – tidak termasuk aroma atau rasa sesuatu yang dhahir (bukan datang dari dalam badan) – ke dalam lubang yang terbuka.”
‘Ain yang membatalkan puasa ini bermacam-macam. Jika terkait hidung dan mulut, ‘ain bisa berupa makanan, minuman, obat, atau benda lainnya yang bisa masuk ke rongga pencernaan atau pernapasan. Bagaimana dengan aroma?
Di atas telah disinggung bahwa aroma tidak termasuk ‘ain. Diperjelas oleh para ulama bahwa menghirup aroma uap itu tidak membatalkan puasa, sebagaimana menghirup aroma kemenyan atau aroma masakan. Syekh Abdurrahman Ba’alawi dalam Bughyatul Mustarsyidin menyebutkan: