Ramadan 2017
Ramadan dan Pembentukan Pribadi Santun
Puasa selain melibatkan aspek fisik, juga membutuhkan kemampuan spirit yang baik, tak semata rutinitas ritual.
Secara psikologis dan sosial, pribadi santun yang dibentuk melalui puasa dapat berefek langsung maupun tidak langsung pada komunitas sekitarnya. Ia memancarkan cahaya kebaikan yang bisa memberikan kekuatan moril dan spiritual bagi lingkungan.
Secara metafisik, di dunia ini ada istilah “law of attraction”, yaitu sebuah hukum yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Jika jiwa-jiwa santun telah terbentuk dan membesar menjadi sebuah kekuatan sikap dan tradisi, maka akan membawa pada sebuah perubahan yang sangat berarti.
Sejarah perkembangan Islam awal telah membuktikan betapa banyak sahabat yang memperoleh hidayah setelah menyaksikan pribadi Rasulullah SAW yang santun. Di antaranya, Tsumamah bin Atsal RA dan Zaid bin Sa’anah RA. Kesantunan adalah pelindung hati dari kotoran dan penyakit hati. Yang perlu disadari, ketika berkata kasar dan mengumpat, sebenarnya kita tidak sedang merugikan orang lain, tapi merugikan diri sendiri dengan menodai hati, mengotorinya dengan kekasaran, serta membuatnya menjadi keras, dan lama bisa mati.
Tentu kita semua berharap, puasa yang kita lakukan kali ini benar-benar dapat membentuk sikap yang santun, ramah, toleran, sekaligus dapat mengubur sifat dendam, mudah menumpahkanamarah, dan ringan menuduh orang lain sebagai pihak yang salah dan buruk.Mari introspeksi diri kita, selalu menanamkan sikap rendah hati dengan memaksimalkan kualitas puasa kita. Wallahu a’lam