Selasa, 7 Oktober 2025

Ramadan 2016

Masjid Al-Alam Marunda Saksi Bisu Sejarah Kota Jakarta

Satu dari sekian banyak masjid yang menjadi saksi bisu tonggak sejarah Kota Jakarta adalah Masjid Al-Alam di pesisir Marunda, Cilincing, Jakarta Utara

ist
Masjid Al Alam Marunda, Jakarta Utara 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARATA — Satu dari sekian banyak masjid yang menjadi saksi bisu tonggak sejarah Kota Jakarta adalah Masjid Al-Alam di pesisir Marunda, Cilincing, Jakarta Utara.

Ada rumor yang menyebutkan bahwa masjid ini menjadi masjid pertama yang berdiri di Jakarta.

Salah seorang pengurus Masjid Al-Alam Marunda, Krisnadi mengatakan, menurut penelitian, pada tahun 1982, disebutkan bahwa masjid ini dibuat pada sekitar abad ke-16. Cerita dari generasi ke generasi menyebutkan bahwa ini masjid pertama yang ada di Jakarta.

Banyak cerita mistis yang berkembang di balik pembuatan dan kejadian yang terjadi pasca Masjid Al-Alam Marunda didirikan. Salah satunya adalah masjid ini didirikan hanya dalam satu malam oleh para wali yang menyebarkan ajaran agama Islam di Batavia.

Mengenai sosok yang mendirikan Masjid Al Alam, Krisnadi tidak mengetahuinya secara pasti. “Wallahu a’lam, dari generasi ke generasi hanya seperti itu saja ceritanya,” tutur Krisnadi, kepada Warta Kota (Tribunenws.com Network), baru-baru ini.

Mengenai sejarahnya, Marunda merupakan tempat persinggahan pertama Fatahillah di Batavia dan masjid ini didirkan sekaligus sebagai tempat menyusun strategi perang.

“Ceritanya dulu, Fatahillah di bawah pimpinan Patih Bahurekso ingin merebut Batavia dari tangan VOC, nah masjid ini didirikan selain sebagai tempat ibadah, juga sebagai tempat menyusun strategi perang. Karena itu daerah ini Marunda yaitu singkatan dari ‘Markas Penundaan’,” ungkap Krisnadi.

Masjid ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Si Pitung. Konon, masjid Al-Alam Marunda menjadi tempat favorit pendekar Betawi ini. “Di sini kan deket sama rumahnya Si Pitung. Dulu di sini nggak ada apa-apa, cuma hutan sama masjid aja, katanya sih dulu Pitung suka bersemadi di sini,” kata Krisnadi.

Cerita mistis membungkus sejarah masjid yang beberapa bangunannya masih asli sejak abad ke-16. “Dulu kalau ada pribumi yang dikejar musuh, terus lari ke masjid ini, katanya nggak akan kelihatan musuh,” ucapnya.

Dipugar

Masyarakat asli Marunda bersama instansi terkait pada tahun 1980-an sempat melakukan pemugaran pada sisi atas bangunan masjid. Pemugaran dilakukan karena genteng yang menutupi bagian atas masjid sudah mulai pecah dan tidak ada lagi pabrik yang memroduksi genteng yang sama.

“Disebutnya genteng plentong dulu. Ukurannya besar sekali. Lalu, seiring berjalannya waktu nggak ada lagi pabrik yang bikin genteng dengan model yang sama, karena itu semua gentengnya diganti,” kata Krisnadi.

Masjid Al-Alam Marunda tidak seperti masjid-masjid lain yang memiliki ukuran besar pada ruang utamanya. Masjid ini hanya memiliki ukuran sekitar 8m x 8mr dengan tinggi hanya 2m. Krisnadi menyebutkan ukuran sebesar itu membuat Masjid Al-Alam menjadi masjid yang paling mewah pada zamannya.

“Dari dulu bentuknya seperti ini. Gak ada usaha untuk merubah bangunan asli karena masjid ini merupakan bagian dari cagar budaya. Jadi nggak bisa sembarangan memugar,” ujarnya.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang memiliki wewenang untuk melakukan pemugaran terhadap bangunan cagar budaya Betawi ini. Namun pada tahun 1992 instansi terkait menambah bangunan pendopo dengan ukuran yang sama tepat di sebelah masjid.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved