Selasa, 7 Oktober 2025

Pilpres 2019

Ferdinand Hutahaean: Pak Luhut Tak Marah, Malah Menenangkan Saya

Menurut Ferdinand Hutahaean, Jokowi melakukan fitnah terkait Prabowo menguasai ratusan ribu hektar lahan di Kaltim dan Aceh Tengah.

Editor: Johnson Simanjuntak
Kolase Tribun Bogorr/twitter/Kompas.com
Ferdinan Hutahaen protes ke KPU (kiri), Jokowi dan Prabowo berjabat tangan usai debat 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Ferdinand Hutahaean melakukan protes keras seperti tergambar dalam video ricuh saat jeda debat kedua.

Hal itu terjadi saat jeda segmen kedua debat, Minggu (18/2/2019) lalu.

Saat itu ia melakukan protes keras ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia (Bawaslu RI), karena Capres 01 Joko Widodo (Jokowi) melakukan serangan personal kepada Prabowo terkait kepemilikan ratusan ribu hektar lahan di Kalimantan dan Aceh.

Protes kerasnya itu untuk meminta KPU menegur Jokowi pada saat itu juga dan menyatakan yang dilakukannya itu salah, melanggar tata tertib debat.

Baca: Tak Rela Jokowi Serang Pribadi Prabowo, Hashim Bongkar Fakta Lahan Ratusan Hektare: Ia Tolong Negara

Protes keras Ketua Divisi Advokasi dan Hukum Partai Demokrat ini terlihat diikuti dengan nada suara yang keras.

Melihat hal itu, Ferdinand Hutahaean mengisahkan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Kemaritiman) Luhut Binsar Pandjaitan menghampiri dirinya.

Saat itu, tutur dia, sebagai orangtua, Luhut datang untuk menenangkan dirinya yang terlihat begitu keras memprotes KPU dan Bawaslu.

"Intinya peristiwa itu terjadi begitu prosesnya. Maka ketika saya tampak begitu keras bicara, Pak Luhut juga datang menyamperin, menenangkan saya dengan berkata kepada saya, 'sudah Fer, sudah Fer'," kenang Ferdinand Hutahaean kepada Tribunnews.com, Selasa (19/2/2019).

Baca: Jokdri Belum Ditahan Meski Berstatus Tersangka, Ini Kata Polri

Jadi dia menegaskan, Luhut tidak pernah marah terhadap dirinya saat kejadian protes keras terjadi.

Ia pun mengaku secara personal dirinya dan Luhut sudah saling mengenal dan berkomunikasi.

Belum lagi secara adat Batak, Ferdinand Hutahaean memanggil Luhut sebagai opung (kakek). Hal itu juga terdengar dalam rekaman video yang beredar mengenai keributan dalam debat kedua tersebut.

Atas hal itulah, Ferdinand Hutahaean berkisah, Luhut datang menghampiri dirinya dan menenangkan dirinya.

"Pak Luhut tidak dalam kondisi marah. Yang marah itu saya. Pak Luhut justru menenangkan saya. Mungkin karena beliau juga secara personal dan secara pribadi kenal saya. Beberapa kali interaksi dengan beliau. Pernah bertemu juga beberapa kali," tuturnya.

Usai ditenangkan, Ferdinand Hutahaean pun berjalan dan mengantarkan Luhut kembali ke kursinya yang berada di jajaran Menteri sebagai undangan. Bukan di kursi Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-KH Ma'ruf Amin.

Sebelum itu Ferdinand Hutahaean mengisahkan, kejadian sebenarnya yang terjadi setelah segmen kedua debat Capres, Minggu (17/2/2019) lalu.

Pada segmen kedua, Jokowi menyampaikan mengenai kepemilikan lahan seluas 220 ribu hektar di Kalimantan Timur dan 120 ribu di Aceh Tengah oleh Prabowo.

"Saat itu Pak Jokowi menyampaikan pernyataan yang dilarang dan tidak diperbolehkan oleh tata tertib debat, yaitu menyerang pribadi pak Prabowo," tutur Ferdinand Hutahaean.

Menurut Ferdinand Hutahaean, Jokowi melakukan fitnah terkait Prabowo menguasai ratusan ribu hektar lahan di Kaltim dan Aceh Tengah.

"Pada saat itu Jokowi menyampaikan tentang penguasaan lahan yang dilakukan Prabowo dan itu adalah fitnah. Tidak demikian. Menguasai lahan itu tidak seperti itu," tegas Ferdinand Hutahaean.

"Pak Jokowi menuduh begitu, yang tidak seharusnya dilakukan. Karena debat kita ini bicara tentang negara, bukan bicara aset dan harta pasangan calon lain. Jadi salahnya pak Jokowi di situ," jelas Ferdinand Hutahaean.

Baca: TKN: Bantahan Eks GAM Soal Lahan Antitesis Pernyataan Prabowo Saya Nasionalis

Pada saat waktu istirahat tersebut, Ferdinand Hutahaean mengajukan protes keras kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia (Bawaslu RI).

"Kami protes keras ke KPU dan Bawaslu, agar KPU menegor Jokowi pada saat itu juga dan menyatakan yang dilakukannya itu salah, melanggar tata tertib debat," kisah Ferdinand Hutahaean.

Tetapi, kata dia, KPU dan Bawaslu tidak berani untuk menegur.

Malah KPU dan Bawaslu menurut dia, hanya menyarankan BPN Prabowo-Sandiaga Uno untuk membuat laporan pengaduan kepada Bawaslu.

Untuk itu pula Senin (18/2/2019), BPN Prabowo-Sandi sudah mengajukan pengaduan ke Bawaslu.

"Intinya peristiwa itu terjadi begitu prosesnya. Maka ketika saya tampak begitu keras bicara," kenangnya.

"Kalau dengan TKN, tidak ada yang begitu serius karena kami mengajukan protes ke TKN tidak ada gunanya. Kami mengajukan protes ke KPU dan Bawaslu," tegasnya.

Di tempat terpisah, Komisioner KPU, Wahyu Setiawan membenarkan terjadinya keributan antara pendukung Jokowi dan Prabowo Subianto saat commercial break debat capres, Minggu (17/2/2019).

Keributan terjadi usai Jokowi mengungkap kepemilikan ratusan ribu hektar lahan milik Prabowo di Kalimantan Timur dan Aceh Tengah.
"Iya (terjadi keributan)," kata Wahyu seperti dikutip dari Kompas.com, Senin (18/2/2019).

BPN Prabowo-Sandi menuding Jokowi melakukan 'serangan pribadi' terhadap Prabowo karena mengungkap soal kepemilikan lahan. Padahal, menurut aturan debat, peserta tidak diperbolehkan menyerang pribadi lawan.

Namun, untuk memastikan ada atau tidaknya serangan pribadi, BPN memutuskan untuk melaporkan dugaan pelanggaran itu ke Bawaslu.

"Begini, semalam itu waktu break, kan kita diskusi antara Bawaslu terus pihak KPU, TKN, BPN. Kita menyerahkan kepada Bawaslu, apakah yang disampaikan itu termasuk kategori menyerang pribadi atau tidak," ujar Wahyu.

"Dan disepakati pada waktu itu, BPN akan secara resmi akan melaporkan kepada Bawaslu," sambungnya.

Keributan yang terjadi antara pendukung Jokowi dan Prabowo saat jeda debat capres pertama kali diketahui melalui video yang diunggah Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat, Andi Arief, di akun Twitternya.

Lewat akun Twitter @AndiArief__ ia menulis, "Partai Demokrat tadi malam protes keras KPU yang membiarkan terjadinya serangan yg melanggar aturan". (*)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved