Pilpres 2019
Bacakan Puisi Sutan Takdir Alisjahbana, Deddy Mizwar: Hidup Ialah Maju Bergerak
Suara Deddy Mizwar terdengar lantang saat dirinya mulai membacakan puisi karya Sutan Takdir Alisjahbana di auditorium Pusat Perfilman H Usmar Ismail,
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Suara Deddy Mizwar terdengar lantang saat dirinya mulai membacakan puisi karya Sutan Takdir Alisjahbana di auditorium Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (17/10/2018) malam.
Deddy yang tampak mengenakan kemeja putih lengkap dengan setelah jas hitam berdiri di atas panggung auditorium Pusat Perfilman H Usmar Ismail.
Tangan kirinya terlihat menggenggam selembar kertas putih. Tangan lainnya merapihkan posisi microphone.
Tanpa terlihat tegang, ia mengucapkan pengantar sebelum membacakan puisi milik Sutan Takdir Alisjahbana yang dibuat tahun 1937.
"Saya akan membacakan puisi tahun 1937. Saya kita belum ada yang lahir kita disini," kata Deddy Mizwar.
Baca: Alasan Grup Bakrie Pilih BYD Auto Jadi Partner Pengembangan Bus Listrik
Ia lalu menyebut, meski pencipta puisi ini sudah meninggal pada tahun 1994, namun karyanya diberi judul yang selalu menumbuhkan semangat.
"Dia sudah meninggal, tapi karyanya ini diberi judul selalu hidup. Kita butuh energi untuk bangkit. Sutan Thakdir Alisabana Selalu Hidup.
Deddy kemudian membacakan puisi Sultan Thakdir Alisabana berjudul 'Selalu Hidup' dengan penuh semangat.
Nada suaranya tampak seperi pembaca puisi handal. Ia menyerapi semua kata-kata yang tertuang di dalam puisi itu.
Baca: Makna 5 Tato di Tubuh Conor McGregor, Tato di Dada untuk Hormati Pelatih, Ada Juga Tulisan Arab
Sutan Takdir Alisjahbana, Selalu Hidup
Dan ketika aku melihat dari kebunku kebawah
ke sawah tunggul jerami di tanah yang rekah,
dan dari sana memandang ke bukit kering merana,
terus ke hutan hijau dibaliknya,
sampai ke gunung yang permai bersandar di langit biru,
maka masuklah bisikan kedalam hatiku:
Hidup ialah maju bergerak,
selalu, selalu maju bergerak,
gembira berjuang dari tingkat yang satu ke tingkat yang lain.
Topan, datanglah engkau menyerang!
Malang, datanglah engkau menghalang!
Kecewa, engkaupun boleh datang mendera!
Badanku boleh terhempas ke bumi!
Hatiku boleh hancur terbentur!
Wahai, teman, besi baja yang keras
hanya dapat ditempa dalam api yang panas.
Dan Tuhan,
berikan aku api senyala-nyalanya!
Tiap-tiap beta keluar dari nyalamu,
terlebur dalam bakaran apimu,
nampak kepada beta:
Dunia bertambah jelita!
Diriku bertambah terkurnia!
Dan engkau, Tuhan, bertambah mulia!
Usai membacakan puisi, ratusan orang yang telah memenuhi auditorium Pusat Perfilman H Usmar Ismail bertepuk tangan riuh.
Puisi yang dibawakan mantan Wakil Gubernur Jawa Barat ini dalam rangkaian acara doa merajut rasa kemanusiaan melalui seni dan budaya yang diselenggarakan oleh Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.