Minggu, 5 Oktober 2025

Pilpres 2019

Pengamat: Meski Sudah Dapat Dukungan Keluarga Gus Dur, Jokowi-Ma'ruf Belum Tentu Menang

"Saya tidak berani mengambil keputusan karena masih ada 7 bulan buat kedua paslon untuk memperebutkan perhatian pemilih," ujar Burhanudin Muhtadi

Editor: Choirul Arifin
Tribunnews/Herudin
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanudin Muhtadi 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Keputusan keluarga Gus Dur mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019 dinilai akan memberikan suntikan besar kepada pasangan capres-cawapres nomor urut satu itu.

Sebab, keputusan itu bisa membuat simpatisan Gus Dur atau Gusdurian dan kaum nahdliyyin ikut gerbong mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin.

Terlebih Ma'ruf Amin juga merupakan mantan Rais 'Aam Syuriah atau Dewan Penasehat Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).

Namun, sebenarnya dukungan besar NU itu tak hanya sampai di situ. Sebab Jokowi-Ma'ruf Amin juga didukung oleh partai politik yang kental aroma NU yakni PKB dan PPP.

Lantas apakah dukungan besar NU dan Gusdurian merupakan tiket Jokowi-Ma'ruf memang pilpres 2019?

"Saya tidak berani mengambil keputusan karena masih ada 7 bulan buat kedua paslon untuk memperebutkan perhatian pemilih," ujar pengamat politik Burhanudin Mutadi di Jakarta, Rabu (26/9/2018).

Menurut Burhanudin, meski dukungan NU dan Gusdurian mengarah ke Jokowi-Ma'ruf Amin, belum ada jaminan pasangan itu akan menang di Pilpres 2019 mendatang.

"Keputusan kelompok Gusdurian yang diinisiasi figur kharismatik seperti Yenny Wahid tentu punya dampak terhadap suara jokowi. Tapi apakah suara gusdurian artinya pemilu 2019 sudah selesai hari ini? menurut saya belum," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia itu.

Ia menuturkan, variabel pilpres 2019 sangat kompleks, tak hanya soal suara NU atau Gusdurian semata. Ada berbagai isu yang juga penting dan akan berpengaruh kepada hasil pemilu.

Salah satunya terkait isu ekonomi. Isu ini dinilai sangat penting karena terkait langsung dengan kesejahteraan rakyat.

Rakyat bisa langsung menilai kinerja Jokowi sebagai presiden petahana di bidang ekonomi. Itu artinya, kinerja pemerintahan Jokowi di bidang ekonomi juga menjadi kunci di Pilpres 2019.

"Apakah pemerintah mampu tekan laju inflasi, apakah mampu meningkatkan daya beli masyarakat? Jadi terlalu gegabah kalau kita mengambil kesimpulan buru-buru karena terlalu prematur, karena pilpres masih 7 bulan lagi," kata Burhanuddin.

Baca: Gubernur Anies Baswedan Resmi Cabut Izin Reklamasi di Teluk Jakarta

Sementara itu, dari bebagai pemilu yang pernah ada kata dia, suara NU tidak pernah bulat memilih salah satu pasangan capres-cawapres tertentu. Bulat dalam arti 100 persen warga NU memilih satu pasangan calon.

Menurut Burhanuddin, ada hal lain yang begitu mempengaruhi suara kaum nahdliyyin di tingkat bawah.

Bukan suara keluarga Gus Dur, atau suara pimpinan PBNU. Hal lain itu, kata dia, yakni suara para kyai-kyai lokal NU.

Baca: Anies: Empat Pulau Reklamasi yang Terlanjur Dibangun Akan Digunakan untuk Kepentingan Publik

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved