Pilpres 2019
Kans Prabowo Gandeng Sandiaga di Pilpres 2019
Pangi Syarwi Chaniago menilai nama Sandiaga Uno sebagai pilihan wakil Prabowo juga patut untuk diperhitungkan
Program ekonomi, ucap Pangi, akan menjadi poin penting dan prioritas pasangan ini untuk mempengaruhi pemilih di tengah komplikasinya persoalan fundamental ekonomi yang belum bisa diselesaikan dan diurai pemerintahan Jokowi dari level hulu sampai hilir. Kampanye politik identitas agama dipastikan sudah selesai.
Keenam; Pangi menilai duet Prabowo-Sandiaga adalah kombinasi ideal, yakni Jawa-luar Jawa, Prabowo representasi suara Jawa, Sandi bisa berkonsentrasi mengambil ceruk segmen pemilih di luar Jawa.
Di sisi lain, Pangi menilai pemilihan nama Sandiaga Uno juga tidak bisa dilepaskan dari beberapa kelemahan.
Pertama; harus mengubah narasi kampanye-isu agama yang sudah tidak relevan. Pangi mengatakan, politik identitas sepertinya akan mengalami kebuntuan dan ini tentunya sangat positif untuk demokrasi Indonesia.
"Kubu Prabowo harus merubah narasi dan literasi kampanye ke arah yang lebih konstruktif seperti masalah ekonomi, keamanan, pembangunan dan pemerataan dan masuk ke isu kesejahteraan," tutur Pangi.
Menggeser narasi kampanye, kata Pangi, tentu membutuhkan kemampuan tersendiri, terutama soal data, mengingat kompetitornya adalah petahana yang tentu punya pengalaman, sudah berbuat, tidak lagi akan melakukan ini dan itu.
"Ini menjadi tantangan bagi sang penantang," ucapnya.
"Yang jelas incumbent punya modal dan kapsitas untuk menjawab setiap isu dalam bidang ini. Sehingga dibutuhkan upaya serius dari kubu Prabowo untuk menemukan narasi, formula, isu, tema yang tepat," tutur Pangi.
Kedua; basis sosial dan ideologi yang sama dengan Prabowo. Pangi menilai Sandiaga Uno adalah orang dalam partai Gerindra, sehingga dapat dipastikan ide dan gagasannya dengan Prabowo tidak jauh jauh berbeda.
"Dari segi basis massa juga dapat dipastikan tidak akan terjadi perluasan basis massa dan akan kesulitan menjangkau segmen ceruk pemilih yang berbeda," tutur Pangi.
Berbeda dengan Jokowi-Maruf Amin, Pangi melihat ceruk segmen pemilih keduanya tidak sama secara mainstream, yakni kombinasi nasionalis-religius.
Ketiga; jangkauan yang lemah terhadap segmen pemilih muslim. Pangi mengatakan Pemilih Muslim relatif belum merepresentasikan dari sosok Sandiaga Uno, sehingga ada upaya dari partai koalisi terutama PKS untuk menyematkan gelar “Santri Pos-Islamisme” kepada Sandi.
"Menyematkan gelar “santri” adalah upaya untuk meminimalisir kenyataan bahwa Sandiaga Uno memang agak kesulitan menjangkau pemilih umat," tutur Pangi.
Keempat; basis massa yang belum jelas. Pangi menjelaskan basis pemilih adalah pertimbangan serius dan berkontribusi nyata dalam menyumbang insentif elektoral, menentukan kemenangan kandidat.
"Sandiaga Uno secara basis belum teruji kecuali hanya di DKI Jakarta, dibutuhkan upaya serius untuk menutupi kekurangan ini sehingga pasangan Prabowo-Sandiaga Uno mendapatkan dukungan dari basis pemilih yang lebih luas dan nyata," tutur Pangi.