
Saya selalu mengarahkan telepon pintar saya setiap kali dia berbicara.
Perempuan ini bernama Valentina.
Dari perawakannya dia terlihat sudah berusia di atas 60 tahun.
Dia harus mengenakan kacamatanya untuk membaca tulisan-tulisan di Yandex Translater.
"Kamu dari mana," tanya Valentina.
Dia cukup terkejut setelah tahu asal saya.
Dia kemudian bertanya apakah saya ke Nizhny Novgorod untuk Piala Dunia 2018 atau tidak.
Tentu saya jawab iya.
Baca: Ketika Urusan Buang Hajat Begitu Mahal
"Indonesia ikut Piala Dunia atau tidak," tanya Valentina lagi.
Tertawalah saya karena pertanyaan itu.
"Kami senang bisa menyambutmu di museum kami dan semoga kamu kembali ke sini. Kami selalu senang menyambut tamu-tamu kami," kata Valentina saat saya pamit.
Keramahan Valentina mencerminkan sikap masyarakat Nizhny Novgorod pada umumnya yang berbeda dari masyarakat Moskow.
Masyarakat di sini lebih ramah daripada masyarakat Moskow, meski kota ini pernah tertutup bagi orang asing di era Uni Soviet.
Kemampuan berbahasa Inggris masyarakatnya hanya masalah kecil bagi Nizhny Novgorod.
Kota ini bisa dibilang sukses sebagai kota penyelenggara Piala Dunia 2018.
Baca: Stasiun Metro Komsomolskaya: Sebuah Masterpiece
Nizhny Novgorod memiliki sistem alat transportasi yang bisa membawa para penonton ke Stadion Nizhny Novgorod.
Meski hanya punya dua jalur Metro, Nizhny Novgorod juga memiliki moda transportasi bus untuk membawa para penggila sepak bola ke stadion dan Fan Fest yang terletak di Kremlin.
Papan penunjuk arah tempat-tempat terkait Piala Dunia 2018 mudah ditemukan di pusat kota. (*)