Selasa, 30 September 2025

Langsung dari Afsel

Takjub Gocekan Messi dan Goyangan Higuain

Saat final nanti, di Stadion Soccer City Johannesburg, diprediksi menjadi puncak dari musim dingin. Di kota J'burg yang notabene dataran tinggi, suhu bisa mencapai titik minus 7-8 derajad Celcius.

Editor: Iwan Apriansyah
zoom-inlihat foto Takjub Gocekan Messi dan Goyangan Higuain
TRIBUNNEWS/BUD
Suasana di Soccer City saat Argentina berhadapan dengan Korea selatan

TRIBUNNEWS - Apa kabar pembaca di Indonesia? Semoga saja selalu sehat dan tidak merasakan hawa dingin luar biasa yang kini tengah merambat ke bumi Afrika Selatan.

Kemarin saja, suhu di kota Pretoria sudah berada pada titik nol derajad Celcius, sementara di Johannesburg malah minus lima derajad Celcius! Jadi bisa Anda bayangkan, padahal ini baru memasuki awal musim dingin di wilayah yang dipimpin Presiden Jacob Zuma ini.

Saat final nanti, di Stadion Soccer City Johannesburg, diprediksi menjadi puncak dari musim dingin. Di kota J'burg yang notabene dataran tinggi, suhu bisa mencapai titik minus 7-8 derajad Celcius. Angka itu jelas menjadi kendala bagi para penonton yang harus datang ke stadion laksana mau tidur, sementara bagi pemain rentan cedera serta cepat menghabiskan tenaga.

Tapi sudahlah, itu masih terjadi tiga minggu lagi, artinya masih waktu untuk menggali pengalaman. Termasuk di antaranya adalah menantang suhu yang cukup ekstrem di Johannesburg.

Seperti tertulis di bagi awal, suhu teratas kota J'burg hanya berada di angka 11 derajad, dengan tiupan angin yang membuat tangan bisa mati rasa, dan bibir beku tidak karuan. Namun, jika ada sebuah kesempatan emas yang teramat langka, tentu saja kendala alam bukan menjadi masalah pelik. Seperti yang saya alami dua hari lalu saat pertandingan Argentina kontra Korea Selatan (Korsel).

Sejak Kamis (17/6) pagi saya sudah berniat untuk menonton pertandingan spesial tersebut. Dalam bayangan saya, menyaksikan sendiri penampilan Lionel Messi, Gonzalo Higuain, Carlos Tevez, Gabriel Heinze dkk memiliki kepuasaan tersendiri. Apalagi ini levelnya kelas piala dunia, yang durasinya hanya empat tahun sekali. Meski sudah kerap menyaksikan di televisi, tetap saja kenikmatannya akan sangat jauh berbeda jika sudah ada di dekat mereka.

Karena itulah, sejak pagi hari saya sudah merancang untuk tiba tepat waktu di Soccer City. Meski tidak memiliki akreditasi resmi peliputan Piala Dunia 2010, semangat saya tidak mudah pudar. Berbekal beragam tipu muslihat yang sudah saya rancang, menonton Messi dkk berlaga adalah keinginan terbesar.

Jalan ke arah sana sepertinya memang sudah terbuka sejak pagi hari. Karena, seharusnya saya meliput sebuah objek wisata tambang berlian bernama Cullinan. Proses janjian wawancara dengan beberapa penambang sudah terjadi. Tapi sesampainya di sana, orang-orang tersebut malah membatalkan perjanjian. Sontak saya sedikit dongkol, karena akses menuju ke sana cukup jauh dan jalanan berbatu serta berdebu.

Tapi saya langsung berpikir jernih. Meski waktu sudah menunjuk pukul 13.00 waktu setempat, artinya saya hanya punya 30 menit untuk sampai ke Soccer City, tak membuat luruh semangat. Walhasil, saya menyuruh driver untuk secepat mungkin mencapai stadion yang berseberangan dengan kawasan Soweto Township tersebut
.
Sayang, impian saya untuk sampai tepat waktu harus buyar. Pasalnya, kemacetan di jalur N1, jalan tol menuju Soccer City, membuat saya sampai di stadion megah itu pada halftime saat tim Tango sudah unggul 2-1. "Tapi tidak apa-apa, paling tidak saya bisa menyaksikan babak kedua," ucap hati saya.

Masalah muncul tatkala saya tidak bisa masuk karena tak memiliki akreditasi. Akal bulus pun saya praktikkan demi menonton langsung Lionel Messi dkk. Lagi-lagi mengandalkan tampang Asia, saya pun mendekati beberapa ofisial pertandingan, terutama yang berasal dari Sony dan KIA Motors, yang kebetulan membuka stan tepat di depan pintu masuk Blok H nomor 18.

Keajaiban sepertinya memang menjadi milik saya hari itu. Tanpa dinyana, seorang oficial dari Sony, bernama Hang Joo, memberikan kartu pas! Namun saya masih sedikit tahu diri, tidak meminta kartu pas itu, melainkan hanya mengantar saya sampai ke pintu masuk utama tribun penonton.

"Oke, tapi setelah itu Anda harus jaga diri, jika diperiksa petugas, bilang saja sedang menunggu teman, tiketnya dibawa sama dia," pesan Hang Joo.

Senyum saya pun mengembang, bahagia, deg-degan, merinding dan entah apalagi ekspresi yang bisa saya deskripsikan. Pasalnya, saya pastikan tidak banyak warga Indonesia yang menonton langsung pertandingan Argentina menghadapi Korsel di Soccer City. Apalagi saya datang tanpa akses luas ke dalam stadion. Walhasil, begitu mendapat tempat duduk, andai saja saya tidak malu, tentu saya sudah berjingkrak-jingkrak tidak karuan.

Lebih beruntung lagi, jarak saya dengan lapangan hanya 30 meter, sangat dekat. Saya berada di sisi samping kanan gawang Korsel. Jadi, lagi-lagi saya beruntung, karena saya bisa menyaksikan begitu dekat para pemain tim Tango, yang memang menguasai pertandingan sehingga bola lebih banyak ke arah saya.

Bagaimana perasaan saya? Sudah tak bisa saya gambarkan. Bagaimana tidak, para pemain yang biasanya hanya bisa saya lihat di layar kaca, kini ada di depan, dan saya begitu dekat menikmati permainan tingkat tinggi yang mereka bawakan. Mata saya tak pernah lepas dari Lionel Messi, begitu juga mungkin dengan para penonton lain.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved