Kamis, 2 Oktober 2025

Langsung dari Afsel

Wanita Aneh di Monumen Pretoria

Siang yang terang benderang di Monumen Voortrekker, Pretoria, Afrika Selatan, Minggu (13/6/2010). Tapi, suhu masih berkisar 18 derajat celcius. Hawa masih terasa dingin buat ukuran orang Indonesia.

Editor: Iwan Apriansyah
zoom-inlihat foto Wanita Aneh di Monumen Pretoria
KOMPAS.COM
Anery, wanita misterius di gerbang Monumen Voortrekker di Kota Pretoria, Afrika Selatan

PRETORIA - Siang yang terang benderang di Monumen Voortrekker, Pretoria, Afrika Selatan, Minggu (13/6/2010). Tapi, suhu masih berkisar 18 derajat celcius. Hawa masih terasa dingin buat ukuran orang Indonesia.

Monumen yang megah dan dibangun dari batu granit itu menjadi salah satu tujuan wisata para suporter sepak bola dari penjuru dunia. Beberapa suporter sengaja menyempatkan diri datang ke monumen tersebut, selagi timnya belum bertanding.

Harga tiket masuk memang tak tergolong murah. Satu orang harus membayar 40 rand (sekitar Rp 52 ribu). Namun, banyak pengunjung yang datang demi merasakan dan menikmati monumen untuk mengenang migrasi warga kulit putih atau Afrikaan yang tinggal di Afrika Selatan, ke wilayah sebelah timur negara itu. Migrasi tersebut terjadi sejak abad ke-18 sampai 19.

Namun, ada peristiwa unik yang dialami Kompas.com saat mengunjungi monumen tersebut. Saat masuk ke monumen tersebut, tak ada penyambutan apa pun. Monumen itu hanya dijaga beberapa orang pria dan tak akan bicara jika tak ditanya.

Begitu pulang, tiba-tiba di gerbang depan dekat tangga ada wanita muda berpakaian Eropa abad 17-an. Dia menyapa dengan ramah.

"Selamat siang, semoga Anda menikmatinya," katanya.

Karena menarik, Kompas.com pun memotretnya. Bahkan, kemudian saya berfoto bersama dan sempat menanyakan namanya. "Anery," jawabnya.

Nama kuno khas Eropa yang sekarang jarang dipakai. Namun, dia dengan senyum manis meyakinkan saya bahwa itu benar namanya.

Ketika pulang, saya menunjukkan foto itu kepada staf KBRI di Pretoria, Jaka Widiatmadja. Saya ceritakan, ternyata ada gadis berdandan pakaian Eropa kuno yang menyapa kala saya keluar dari monumen tersebut.

Jaka langsung melihat foto itu. Dia kaget, karena itu sangat aneh. Apalagi, dia kemudian mengamati wajahnya yang memang agak misterius.

Istri Jaka, Yulia, bahkan mulai ketakutan. Dia pun berpikir jangan-jangan itu bukan manusia, melainkan mahluk halus. Sebab, selama 15 tahun tinggal di Pretoria, belum pernah ada wanita berpakaian Eropa kuno yang menyambut pengunjung di Monumen Voortrekker.

"Mas, saya sudah puluhan kali mengantar tamu ke museum itu, tapi tak pernah ada wanita itu. Sejak 15 tahun tinggal di sini, saya belum pernah melihat wanita itu. Kalaupun ada, itu hanya terjadi pada 16 Desember, ketika matahari tepat di atas monumen tersebut," jelas Jaka.

Tanggal 16 Desember memang istimewa buat monumen tersebut. Tepat pukul 12.00 pada tanggal itu, matahari tepat di atas monumen dan sinarnya menembus lubang kubah dan mengenai altar di bawahnya.

Saya pun meyakinkan, itu benar-benar manusia. Sebab, faktanya, dia bisa dipotret. Namun, Jaka dan istrinya tetap heran, karena tidak biasanya ada wanita tersebut.

Tentu, ini perlu dikonfirmasi ke pihak pengelola. Sayangnya, saya mendapat cerita itu setelah tak lagi di museum tersebut. Sementara, monumem itu jaraknya cukup jauh dari pusat Kota Pretoria.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved