Jumat, 3 Oktober 2025

Materi Sekolah

Apa yang Terjadi Setelah Soekarno Membacakan Proklamasi 17 Agustus 1945?

Bagi Indonesia, Proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi tonggak awal berdirinya negara yang merdeka dan berdaulat.

Penulis: Widya Lisfianti
Editor: Sri Juliati
Buku Sejarah Kelas XI karya Martina Safitry dkk. (2021)
HUT KEMERDEKAAN RI - Gambar diambil dari Buku Sejarah Kelas XI karya Martina Safitry dkk. (2021) pada Senin (11/8/2025). Contoh berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di surat kabar Suara Asia, 19 Agustus 1945 

TRIBUNNEWS.COM - Pada 17 Agustus 2025 mendatang, Indonesia akan merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan. 

Perayaan ini menjadi momen penting untuk kembali mengenang detik-detik bersejarah yang terjadi pada 17 Agustus 1945 — hari ketika Proklamasi Kemerdekaan dikumandangkan.

Proklamasi adalah pernyataan resmi yang menandai kemerdekaan suatu bangsa dari penjajahan atau kekuasaan pihak lain. 

Bagi Indonesia, Proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi tonggak awal berdirinya negara yang merdeka dan berdaulat.

Jalannya Proklamasi

Seperti dikutip dari Buku Sejarah Kelas XI karya Martina Safitry dkk. (2021), teks Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta. 

Sebelum pembacaan teks, Soekarno menyampaikan pidato singkat yang mengisyaratkan bahwa bangsa Indonesia telah bulat mengambil nasibnya sendiri.

Setelah pidato, Soekarno membacakan teks Proklamasi yang ditandatangani oleh dirinya dan Drs. Mohammad Hatta atas nama bangsa Indonesia. 

Momen ini menjadi penanda resmi kemerdekaan Indonesia.

Setelah Proklamasi: Euforia dan Perjuangan

Usai pembacaan Proklamasi, acara dilanjutkan dengan pengibaran bendera Merah Putih yang dijahit oleh Fatmawati, istri Presiden Soekarno. 

Baca juga: Isi Lengkap Pidato Soekarno pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Awalnya jurnalis perempuan, Soerastri Karma Trimurti atau S.K. Trimurti diminta untuk mengerek bendera. Namun ia menolak dan menyerahkan tugas tersebut kepada Latief Hendraningrat, seorang prajurit Pembela Tanah Air (PETA) yang dibantu oleh Suhud. 

Suhud adalah anggota Barisan Pelopor, organisasi yang dibentuk oleh Jepang, dan ditugaskan untuk menjaga keluarga Soekarno

Lagu “Indonesia Raya” yang diciptakan WR Supratman pun berkumandang mengiringi pengibaran bendera.

Momen ini diabadikan oleh fotografer Frans Soemarto Mendur dan kakaknya, Alex Impurung Mendur.

Sayangnya, hasil jepretan Alex Mendur dirampas dan dimusnahkan oleh tentara Jepang, sehingga yang tersisa hanyalah dokumentasi karya Frans.

Berita Proklamasi kemudian disebarkan melalui Radio Domei oleh F. Wuz, markonis atau operator radio. 

Radio Domei adalah sebutan untuk Kantor Berita Domei, kantor berita resmi Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia II

Meskipun pihak Jepang berusaha menghentikannya, penyiaran tetap dilakukan hingga berita sampai ke berbagai daerah. 

Untuk menghindari sensor, beberapa stasiun radio menyiarkan berita tersebut dalam bahasa daerah, seperti Radio Surabaya yang menggunakan Bahasa Madura.

Para pemuda juga berperan besar dalam penyebaran berita, baik melalui cetakan naskah Proklamasi, kurir, surat kabar, maupun tulisan-tulisan di dinding (grafiti) — banyak di antaranya menggunakan bahasa Inggris untuk menarik perhatian dunia internasional.

Sambutan di Dalam Negeri

Kabar kemerdekaan disambut dengan penuh sukacita. 

Para pemuda segera mengambil alih senjata dan fasilitas strategis dari Jepang. 

Di Jakarta, rapat raksasa di Lapangan Ikada pada 19 September 1945 menjadi bukti kekompakan rakyat, meski diawasi ketat oleh Jepang.

Dukungan juga datang dari Yogyakarta. Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Paku Alam VIII mengucapkan selamat dan pada 5 September 1945 secara resmi menyatakan dukungan kepada Republik Indonesia.

Sambutan di Luar Negeri

Berita Proklamasi juga sampai ke luar negeri. Di Mesir, kabar ini didengar pada 18 Agustus 1945 melalui radio dan disambut hangat oleh masyarakat Mesir. 

Di Australia, para pelaut dan buruh pelabuhan Indonesia melakukan mogok kerja, menolak membantu kapal-kapal Belanda yang hendak kembali menjajah Indonesia. 

Aksi ini bahkan mendapat dukungan dari buruh Australia.

Peristiwa setelah Proklamasi menunjukkan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga mendapat simpati dan dukungan dari berbagai pihak di dunia. 

Momen 17 Agustus 1945 tidak berhenti pada pembacaan teks semata, tetapi menjadi awal dari perjuangan mempertahankan kemerdekaan yang kita nikmati hingga kini.

(Tribunnews.com/Widya)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved