Praktisi Pendidikan Digital: Belajar Coding Jadi Cara Seru Bagi Anak untuk Mengembangkan Kreativitas
Pendekatan ini menggabungkan berbagai keterampilan abad ke-21 seperti coding, logika matematika, dan desain visual.
Praktisi Pendidikan Digital: Belajar Coding Jadi Cara Seru Anak Mengembangkan Kreativitas
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Di tengah arus digitalisasi yang semakin cepat, kebutuhan akan pendidikan digital anak yang relevan dan menyenangkan menjadi semakin penting.
Satu di antara pendekatan yang kini mulai banyak diterapkan adalah pembelajaran berbasis proyek, yang tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga mendorong anak untuk mencipta dan menyelesaikan masalah secara kreatif.
Pendekatan ini menggabungkan berbagai keterampilan abad ke-21 seperti coding, logika matematika, dan desain visual.
Semuanya dirancang agar sesuai dengan minat serta dunia anak, sehingga proses belajar terasa menyenangkan namun tetap bermakna.
“Pendekatan modern dalam pendidikan digital anak justru dimulai dari hal-hal yang mereka sukai, seperti membuat game, animasi, atau aplikasi sederhana. Aktivitas ini secara alami membangun rasa ingin tahu, kreativitas, dan kepercayaan diri mereka,” ujar Taufiq Wisnu, praktisi pendidikan digital, kepada Tribunnews.com di Jakarta belum lama ini.
Taufiq menekankan pentingnya anak untuk melihat teknologi bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai alat untuk berkarya.
“Kita bisa mengarahkan minat mereka agar berkembang menjadi sesuatu yang bernilai,” sambung Taufiq, yang juga menjabat sebagai Chief Operating Officer (COO) Algonova Indonesia.
Di Algonova, anak-anak diperkenalkan pada tiga pilar utama: coding, matematika, dan desain—yang saling melengkapi karena coding membangun logika berpikir, matematika memperkuat struktur analitis, dan desain mengasah imajinasi serta ekspresi visual.
“Yang menarik, semua itu dipelajari secara terpadu. Anak bisa belajar coding sambil membuat animasi, atau menerapkan matematika dalam proyek desain. Pendekatan lintas bidang ini mencerminkan tantangan dunia nyata yang kompleks dan multidisipliner,” jelasnya.
Taufiq menjelaskan bahwa pendekatan ini mengutamakan personalisasi dan relevansi.
Anak diberi kebebasan mengeksplorasi apa yang mereka sukai, kemudian diarahkan untuk mengembangkan proyek nyata berdasarkan minat tersebut.
Setiap proses belajar berakhir dengan hasil konkret yang bisa dibanggakan—mulai dari game sederhana hingga aplikasi buatan sendiri.
“Hal ini membuat anak lebih terlibat dalam proses belajar, karena mereka merasa memiliki kendali atas apa yang mereka kerjakan. Banyak yang menyebut belajar terasa seperti bermain, tapi hasilnya nyata,” ungkapnya.
Menurut Taufiq, pembelajaran digital yang efektif memerlukan dukungan dari semua pihak.
Guru berperan bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai fasilitator dan teman diskusi.
Di sisi lain, peran orangtua tak kalah penting—mereka diharapkan memahami proses belajar anak dan memberi dukungan di rumah.
“Dalam ekosistem pendidikan kami, guru menjadi motivator, sementara orang tua menjadi pendukung utama di rumah. Kami menjembatani keduanya lewat laporan belajar, demo proyek, dan sesi komunikasi rutin,” ujarnya.
Lebih dari sekadar penguasaan teknis, pendidikan digital seharusnya juga membentuk karakter anak: rasa ingin tahu, keberanian mencoba, dan semangat belajar seumur hidup.
“Dengan pendekatan yang tepat, teknologi bisa menjadi jembatan bagi anak-anak untuk tumbuh sebagai pencipta, bukan sekadar pengguna,” tambah Taufiq.
Anak-anak masa kini lahir di dunia digital. Kita tidak bisa menjauhkan mereka dari teknologi, tapi kita bisa mendampingi mereka agar menggunakannya secara bijak dan kreatif.
Visi Pendidikan yang Berbasis Minat
Disinggung mengenai visi jangka panjang, Taufiq menyebut pihaknya ingin turut membentuk generasi yang cerdas digital, berani mencoba, dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.
“Kami ingin anak-anak Indonesia melihat teknologi sebagai teman, dan tumbuh sebagai pembelajar seumur hidup yang percaya diri,” tuturnya.
Ia juga optimistis kalau ke depan, pendidikan di Indonesia akan semakin personal dan berbasis minat.
Namun, ia mengingatkan pentingnya memastikan semua anak mendapat akses pendidikan yang setara dan berkualitas.
Sebagai penutup, Taufiq mengajak orang tua dan masyarakat untuk tidak takut pada perkembangan teknologi.
“Anak-anak kita sudah hidup di dunia digital. Tugas kita adalah memfasilitasi mereka agar tumbuh sebagai pencipta, bukan hanya penonton. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi bisa menjadi jembatan menuju masa depan yang lebih cerah,” katanya.
(Tribunnews.com/Eko Sutriyanto)
Update Kondisi Bocah TK di Solo yang Alat Vitalnya Dilukai Teman, Akhirnya Disunat |
![]() |
---|
Kisah Inspiratif Aiptu Wahyudi: Polisi yang Jadi Kepala Sekolah TK Baitul Izza |
![]() |
---|
Perbaiki Infrastruktur Pendidikan, Konawe Dapat Bantuan Renovasi Gedung Sekolah Rp 11 Miliar |
![]() |
---|
Lestari Moerdijat Tegaskan Pentingnya Pendidikan Berkualitas untuk Wujudkan SDM Berdaya Saing |
![]() |
---|
Kapan PPG Batch 4 Kemenag Dibuka? Ini Kriteria Syarat dan Tahapan Pelaksanaannya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.