Selasa, 30 September 2025

Bagaimana Menyikapi Fenomena LGBT yang Muncul di Kalangan Pelajar?

Fenomena LGBT merupakan isu sensitif, tetapi tidak bisa diabaikan. Guru dan  sekolah memiliki peran penting dan strategis dalam menghadapinya.

(Thinkstock)
Ilustrasi LGBT. Fenomena LGBT merupakan isu sensitif, tetapi tidak bisa diabaikan. Guru dan  sekolah memiliki peran penting dan strategis dalam menghadapinya. 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Fenomena LGBT merupakan isu sensitif, tetapi tidak bisa diabaikan. Guru dan  sekolah memiliki peran penting dan strategis dalam menghadapinya.

 

Founder Komunitas Guru Satkaara Berbagi (KGSB) Ruth Adriani mengatakan, ada perbedaan pendekatan dalam menghadapi kasus LGBT di dunia pendidikan.

Baca juga: Polda Metro Jaya Gerebek Pesta Seks LGBT di Jaksel, Tiga Orang Ditetapkan Tersangka

Pihaknya berharap ada standar kebijakan yang lebih jelas bagi sekolah dalam menangani isu tersebut.

Hal ini merujuk pada survei internal yang dilakukan pihaknya pada awal Februari ini, dimana 56,5 persen sekolah telah melakukan sosialisasi terkait fenomena LGBT dalam berbagai bentuk layanan Bimbingan Konseling (BK) dan pendekatan berbasis agama.

Sementara 43,5 persen sekolah lainnya belum memiliki program sosialisasi khusus, umumnya karena menunggu arahan dari pemerintah atau hanya menyisipkan materi dalam pembelajaran lain seperti pacaran sehat atau kesehatan reproduksi.

“Fenomena LGBT merupakan isu sensitif, tetapi tidak bisa diabaikan,”  ujar Ruth dalam webinar bertajuk Fenomena LGBT di Kalangan Generasi Muda, Tantangan dan Peran Pendidikan, Sabtu (15/2/2025).

Penyebab dan Dampak

Founder Rumah Guru BK & Widyaiswara di PPSDM Kemdikdasmen RI, Ana Susanti menjelaskan, fenomena menyimpang ini semakin meningkat di kalangan generasi muda.


Mengutip berbagai referensi, ada beberapa faktor kecenderungan LGBT pada individu.

“Seperti ketidakseimbangan hormon dalam tubuh, lingkungan sosial dan pergaulan yang memberikan pengaruh terhadap orientasi seksual, serta pengalaman traumatis seperti kekerasan atau pelecehan yang dapat menjadi pemicu,” ujar Ana.

Baca juga: Kondisi Terbaru Bunker Bar Pesta LGBT di Kebayoran Lama, Tutup Permanen setelah Beroperasi 1 Tahun

Sementara dari sisi psikologi, psikolog Ulifa Rahma menjelaskan, orientasi seksual dan identitas gender dipengaruhi oleh interaksi faktor yang kompleks, termasuk aspek biologis, psikologis, dan sosial.

Faktor sosial yang berperan mencakup pola asuh keluarga, dinamika lingkungan, serta tingkat dukungan emosional yang diterima individu.

Beberapa tanda yang dapat dikenali meliputi perubahan dalam interaksi sosial, tingkat kecemasan yang meningkat, serta keterlibatan terhadap komunitas tersebut.

Namun, tanda-tanda ini tidak bersifat universal dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor individu serta lingkungan sosial.

Adapun dampak yang dapat timbul akibat paparan LGBT pada siswa, antara lain terganggunya kesehatan mental individu, penurunan prestasi akademik akibat tekanan psikologis maupun resiko menerima diskriminasi dan isolasi sosial.

Cara Menyikapinya

Sebagai garda terdepan dalam pendidikan, guru dan  sekolah memiliki peran penting dan strategis dalam menghadapi fenomena ini.

Salah satu langkah yang bisa diterapkan adalah menanamkan nilai-nilai agama dan moral dalam kehidupan sehari-hari maupun mendorong kebersamaan dan interaksi sosial yang sehat.

Guru juga harus membangun komunikasi yang baik kepada siswa tanpa diskriminasi di lingkungan sekolah, melibatkan guru BK dalam proses bimbingan, serta menyediakan layanan konseling bagi siswa yang membutuhkan bimbingan lebih lanjut.

“Orang tua juga diharapkan bisa membentuk pemahaman anak terhadap identitas diri sejak dini. Melakukan pengawasan yang bijak, komunikasi dua arah, pola asuh otoritatif, penciptaan lingkungan keluarga yang harmonis, serta pencegahan kekerasan dalam rumah tangga yang berpotensi merugikan kondisi psikologis anak,” jelas Ulifa.

Kolaborasi antara pemerintah, sekolah, dan masyarakat serta komunitas juga berperan penting untuk menciptakan lingkungan sehat dan positif.


Sebagai rekomendasi, KGSB mengusulkan strategi, salah satunya adalah pelatihan bagi guru agar mereka memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang strategi komunikasi dan pendampingan siswa.

“Kami berharap forum ini menjadi wadah diskusi yang konstruktif guna merumuskan pendekatan yang lebih efektif dan humanis dalam pendidikan,” ujar Ketua KGSB, Ardyles Faesilio.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan