Belajar di Bawah Tekanan: Ketika Stres Mengintai Siswa dan Solusi Sederhana yang Sering Diabaikan
Memahami bahwa stres belajar bukan sekadar masalah malas atau kurang disiplin adalah langkah awal yang sangat penting. Ini tips mengatasinya dari GO.
Editor:
Sri Juliati
Mereka menjadi mudah tersinggung, menarik diri dari lingkungan sosial, dan kehilangan gairah belajar.
Sering kali, mereka disalahpahami sebagai pemalas atau tidak berkomitmen. Padahal kenyataannya mereka sedang mengalami kelelahan fisik maupun mental.
Selain kortisol, hormon lain yang juga berperan dalam situasi stres adalah adrenalin dan norepinefrin.
Kedua hormon ini dilepaskan pada tahap awal stres untuk memberikan dorongan energi cepat dengan meningkatkan denyut jantung, aliran darah ke otot, dan pelebaran saluran napas.
Namun, seperti kortisol, produksi berlebihan dan berkepanjangan dari hormon-hormon ini dapat menyebabkan jantung bekerja terlalu keras, pernapasan menjadi pendek, dan perasaan cemas yang berlebihan.
Dalam jangka panjang, ketidakseimbangan hormon ini dapat mengganggu berbagai sistem tubuh, termasuk sistem pencernaan, sirkulasi, dan saraf.
Kondisi ini disebut sebagai stres kronis, yang jika tidak ditangani dengan baik dapat berujung pada gangguan kesehatan mental seperti kecemasan, depresi, dan student burnout.
Memahami bahwa stres belajar bukan sekadar masalah malas atau kurang disiplin adalah langkah awal yang sangat penting.
Tubuh dan pikiran siswa memerlukan waktu untuk pulih, bernapas, dan merasa aman dari tekanan.
Memberikan waktu istirahat, membangun lingkungan belajar yang sehat, serta membuka ruang diskusi tentang kesehatan mental merupakan kebutuhan dasar demi menjaga keseimbangan hormon dan kehidupan itu sendiri.
Baca juga: Belajar Semangat Riset Indonesia lewat Momen Terbangnya Sang Gatotkaca
Salah satu strategi yang terbukti secara ilmiah mampu membantu meringankan stres adalah metode break atau jeda belajar.
Otak manusia, layaknya otot, memiliki batas kemampuan fokus. Saat digunakan terus-menerus tanpa istirahat, performanya akan menurun drastis.
Karena itu, memberikan jeda selama 5–10 menit setelah belajar 25–50 menit terbukti mampu menyegarkan kembali otak, memperbaiki fungsi memori, dan meningkatkan daya serap materi.
Aktivitas gelombang otak menjadi lebih stabil, tubuh dapat rileks sejenak, dan ketika kembali belajar, hasilnya pun lebih optimal.
Berbagai teknik relaksasi dan break seperti deep breathing, relaksasi otot, meditasi sederhana, hingga penggunaan video relaksasi terbukti efektif untuk menurunkan tingkat stres belajar siswa di berbagai jenjang pendidikan.
Cerita Generasi Milenial Pilih Tabungan Emas Pegadaian, Jadi Investasi hingga Modal Bangun Rumah |
![]() |
---|
Trump Puji Pidato Gebrak Meja Prabowo di PBB: “You Did a Great Job” |
![]() |
---|
Cuma Hari Ini, KAI Tebar Diskon Tiket Kereta Api Sebesar 30 Persen, Ini Cara Klaimnya |
![]() |
---|
Daftar Kereta Api yang Mendapat Promo Tarif Rp 80 Ribu di HUT ke-80 KAI, Simak di Sini |
![]() |
---|
Kans Ginting vs Jojo di Perempat Final Korea Open 2025, Penegasan Kembalinya Tuah Keduanya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.