Belajar Susah? Mungkin Kamu Salah Gaya!
Tes modalitas Ganesha Operation dirancang untuk membantu siswa menemukan gaya belajar yang paling sesuai.
TRIBUNNEWS.COM - Saat kamu menggunakan sesuatu sesuai style yang kamu suka, rasanya pasti nyaman dan bikin percaya diri.
Misalnya, ketika kamu mengenakan outfit andalan, muncul rasa pede yang tinggi, kan?
Tapi tunggu dulu, kita tidak lagi bahas soal pakaian ya, pertanyaan yang harus kamu jawab bukan soal “Berapa harga outfit kamu?”, tapi “Apa gaya belajarmu?”.
Sekilas terdengar simpel ya, tapi untuk sebagian siswa, ini pertanyaan yang membingungkan.
Kamu mungkin akan mulai bertanya, “Memangnya belajar ada gayanya?” Jawabannya ya jelas ada! Dan gaya belajar inilah yang bikin kamu lebih gampang paham materi.
Nah, analogi gaya berpakaian tadi mirip dengan belajar. Kalau caramu belajar sesuai dengan gaya yang cocok, prosesnya jadi lebih lancar dan menyenangkan.
Coba, kamu pasti pernah merasa, “Aku lebih cepat paham kalau guru jelasin pelajaran sambil gambar di papan tulis.”
Atau sebaliknya, ada yang berpikir, “Aku lebih cepat menghafal sambil membacakan ulang materinya.”
Bahkan ada juga yang lebih senang belajar sambil bergerak atau praktik langsung. Nah, perbedaan inilah yang kita sebut dengan gaya belajar.
Setelah beberapa waktu lalu, kita membahas tentang asesmen yang jadi langkah awal mengenali potensi diri, kali ini kita kenalan dengan tes modalitas.
Tes ini dirancang untuk membantu kamu menemukan gaya belajar yang paling sesuai, sehingga kamu tahu cara terbaik untuk menerima dan memahami pelajaran.
Baca juga: Asesmen ini Bikin Kamu Percaya Diri!
Mengenal Gaya Belajar
Konsep tes modalitas berakar dari teori gaya belajar (learning styles).
Gagasan ini pertama kali dipopulerkan oleh Walter B. Barbe, Raymond H. Swassing, dan Michael Milone dalam tulisan mereka berjudul What We Know About Modality Strengths, yang diterbitkan pada 1981 di jurnal Educational Leadership.
Mereka menjelaskan bahwa setiap orang memiliki cara berbeda dalam menerima informasi, yang disebut dengan modalitas belajar.
Sejak kecil, indera kita seperti penglihatan, pendengaran, dan sentuhan berperan besar dalam proses belajar.
Pada usia dini, ketiga modalitas ini cenderung bekerja sendiri-sendiri. Misalnya, anak-anak sering belajar lewat aktivitas yang melibatkan gambar (visual), lagu (auditori), atau permainan (kinestetik).
Peneliti lain, seperti De Porter (2009), kemudian mengembangkan konsep ini menjadi model yang lebih dikenal sebagai VAK yaitu Visual, Auditori, dan Kinestetik.
Model ini membantu kita memahami preferensi belajar individu, di mana ada yang lebih nyaman dengan gambar dan warna, ada yang lebih paham lewat mendengar, dan ada juga yang belajar lebih baik dengan bergerak atau praktik langsung.
Dengan mengenali gaya belajar yang dominan, kita bisa menemukan cara belajar yang lebih pas, sehingga waktu belajar lebih efektif dan hasilnya lebih maksimal.
Di Mana Bisa Ikut Tes Modalitas?
Pernakah kamu merasa belajar mati-matian, tapi hasilnya tetap tidak maksimal? Bisa jadi masalahnya bukan di materinya, tapi di caramu belajar.
Setiap orang punya cara berbeda dalam menyerap informasi.
Ada yang harus melihat catatan penuh warna supaya paham, ada yang lebih cepat tangkap setelah mendengar penjelasan, dan ada juga yang baru mengerti kalau sudah mencoba sendiri.
Nah, perbedaan inilah yang disebut gaya belajar.
Untuk mengenali gaya belajarmu, ada yang namanya Tes Modalitas/VAK. VAK adalah singkatan dari Visual, Auditori, dan Kinestetik, tiga modalitas utama dalam proses belajar.
- Visual cenderung mengandalkan penglihatan. Orang dengan gaya ini suka belajar lewat gambar, grafik, mind map, atau tulisan warna-warni.
- Auditori mengandalkan pendengaran. Mereka lebih mudah paham lewat penjelasan guru, diskusi kelompok, atau mendengar rekaman.
- Kinestetik suka praktik langsung. Mereka lebih belajar sambil bergerak, entah itu memutar-mutar pulpen, menghafal sambil menggerakkan tangan, melakukan eksperimen, atau menghafal sambil jalan-jalan.
Dengan Tes Modalitas/VAK, kamu bisa tahu gaya belajarmu yang paling dominan.
Berita baiknya adalah, saat menjadi siswa GO maka kamu tidak perlu menerka-nerka gaya belajarmu sendiri itu apa, karena di GO kamu akan mendapatkan tes itu sejak awal.
Dari hasil tes ini, kamu akan mendapatkan petunjuk cara belajar yang lebih efektif, bukan hanya “baca buku” atau “mendengarkan guru,” tapi sesuai dengan caramu memproses informasi.
Dengan tahu kecenderungan belajarmu, kamu bisa menentukan strategi yang paling efektif. Kalau kamu visual, misalnya, menulis catatan warna-warni atau membuat mind map bisa membantu.
Kalau auditori, mendengarkan penjelasan guru atau merekam materi untuk diputar ulang bisa jadi pilihan. Nah kalau gaya belajarmu kinestetik, coba belajar sambil praktik langsung atau pakai gerakan biar tidak cepat bosan.
Tes modalitas membantu kamu menemukan pola yang tepat, supaya waktu belajar lebih hemat dan hasilnya lebih maksimal. Ini bukan soal mengotak-ngotakkan diri, tapi tentang memahami cara kerja otak.
Faktanya, cara belajar yang sesuai dengan modalitas cenderung membuat proses belajar lebih nyaman dan menyenangkan.
Namun ada satu hal penting yang juga harus kamu ingat, jangan menganggap kamu hanya bisa belajar dengan satu gaya saja.
Pada kenyataannya, ada orang yang menggunakan kombinasi gaya belajar dan ini justru bisa membuat proses belajar jadi lebih kuat.
Nah, inilah yang disebut pendekatan multisensori, sebuah strategi yang memanfaatkan lebih dari satu modalitas sekaligus.
Pendekatan Multisensori: Belajar Pakai Semua Indera
Setelah tahu tentang gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik, muncul pertanyaan baru, “Apakah kita hanya boleh pakai satu gaya belajar?” Tentu jawabannya tidak ya.
Bahkan, banyak ahli sepakat kalau belajar akan jauh lebih efektif ketika melibatkan lebih dari satu indera sekaligus. Inilah yang disebut pendekatan multisensori.
Secara sederhana, pembelajaran multisensori adalah cara belajar yang menggabungkan ketiga modalitas dalam satu proses.
Misalnya, ketika kamu belajar tentang tumbuhan, kamu tidak hanya membaca deskripsinya di buku (visual), tapi juga mendengarkan penjelasan guru (auditori), dan mengamati langsung bentuk daunnya atau bahkan menanam bibit (kinestetik).
Jadi, meskipun kamu punya gaya belajar dominan, jangan ragu untuk mencoba kombinasi.
Siapa tahu, belajar sambil menulis, mendengarkan, dan praktik langsung bisa membuat kamu lebih cepat paham dan tidak gampang bosan.
Siap Mengetahui Gaya Belajarmu?
Tes Modalitas/VAK bukan sekadar tes formalitas, tapi cara cerdas untuk mengenali bagaimana otakmu bekerja paling efektif.
Dengan tahu apakah kamu dominan visual, auditori, atau kinestetik, kamu bisa memilih strategi belajar yang tepat, sehingga tidak lagi buang waktu dengan cara yang tidak cocok.
Di Ganesha Operation, setiap siswa akan mendapatkan tes ini sejak awal bergabung.
Bukan cuma tahu gaya belajar, kamu juga akan dapat petunjuk belajar personal yang dirancang agar proses belajarmu lebih nyaman dan hasilnya maksimal.
Bayangkan, belajar sesuai “ritmemu” sendiri, kamu akan jadi lebih fokus, lebih cepat paham, dan lebih percaya diri menghadapi ujian.
Belum tahu gaya belajarmu? Yuk, gabung ke Ganesha Operation sekarang dan temukan caramu belajar yang paling pas!
Dan jangan lewatkan artikel selanjutnya, karena kita akan bahas ciri khas tiap gaya belajar lengkap dengan tips jitu buat kamu yang visual, auditori, atau kinestetik. Stay tuned! (*)
Menciptakan Pembelajaran yang Menarik dan Efektif di Era Digital |
![]() |
---|
Lebih dari Sekadar Seminar, M3 Ganesha Operation Jadi Ruang Kebersamaan bagi Siswa dan Orang Tua |
![]() |
---|
Pelajaran Bahasa Inggris di Level SD: Mempersiapkan Generasi Masa Depan untuk Sukses Global |
![]() |
---|
Kinestetik Learner si Paling Gamau Diam! |
![]() |
---|
PT Kedinasan: Membangun Generasi Emas Indonesia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.