Selasa, 30 September 2025

Dua Siswa Nilai ASPD-nya Sama, Emang Boleh?

Tiara dan Aqila sukses meraih nilai 100 pada mata pelajaran literasi numerasi ASPD dan keduanya merupakan siswa bimbel Ganesha Operation.

|
Dok. Ganesha Operation
NILAI ASPD - Dua siswa di DIY, yaitu Tiara Maharani Alvyta dari SMP Negeri 1 Sleman dan Aqila Nur Madani Hasmoko dari SMP Negeri 1 Bantul, berhasil meraih nilai Asesmen Standardisasi Pendidikan Daerah atau ASPD tertinggi. Tiara dan Aqila sukses mendapatkan nilai 100. Keduanya merupakan siswa berprestasi Ganesha Operation. 

oleh: Sugih Ahmad Rizal

Dua Siswa GO Berhasil Meraih Nilai 100 pada ASPD

TRIBUNNEWS.COM - Tidak banyak yang tahu bahwa di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat sebuah asesmen pendidikan yang menjadi penentu dalam seleksi masuk SMP, SMA, dan SMK, baik negeri maupun swasta. Namanya adalah Asesmen Standardisasi Pendidikan Daerah atau ASPD.

Meski hanya berlaku di DIY, asesmen ini nyatanya mampu mengukur kualitas pendidikan secara menyeluruh dan bahkan menjadi contoh bagi daerah lain.

Dari banyak siswa yang mengikuti ASPD, dua di antaranya berhasil mencetak hasil luar biasa. Mereka adalah Tiara Maharani Alvyta dari SMP Negeri 1 Sleman dan Aqila Nur Madani Hasmoko dari SMP Negeri 1 Bantul.

Keduanya sukses meraih nilai 100 pada mata pelajaran literasi numerasi ASPD dan keduanya merupakan siswa bimbel Ganesha Operation.

Nilai 100 tentu bukan angka yang mudah didapatkan, dibutuhkan strategi belajar yang cerdas, fokus, dan sistematis. Lantas, bagaimana cara mereka bisa mencapainya?

Strategi Belajar agar Mendapat Nilai 100 pada ASPD

Pencapaian seperti ini bukan hal yang kebetulan. Di GO, seluruh sistem pembelajaran disusun berdasarkan kebutuhan siswa, baik dalam konteks materi sekolah maupun ujian seperti ASPD.

Bahan Ajar Harian (BAH) disusun agar sejalan dengan materi yang diajarkan di sekolah dan disesuaikan dengan momen belajar terbaik.

Materi dan soal yang diberikan dilengkapi dengan pendekatan Konsep The King, sebuah metode belajar yang membantu siswa menyelesaikan soal dengan lebih mudah, cepat, dan tepat.

Salah satu kekuatan GO terletak pada kualitas pengajarnya. Setiap siswa dibimbing oleh pengajar yang telah melalui proses seleksi ketat, pembinaan rutin, serta pelatihan berkala.

Pengajar GO tidak hanya menguasai materi dengan baik, tetapi juga mengikuti perkembangan terbaru dalam dunia pendidikan, termasuk jenis soal-soal terkini yang muncul dalam ujian seperti ASPD.

Selain jadwal belajar reguler, siswa juga mendapatkan kesempatan untuk belajar tambahan tanpa batas.

Jika ada materi yang belum dikuasai, siswa bisa mengikuti sesi remedial dan pengayaan.

Layanan Tutorial Service Time (TST) juga memungkinkan siswa untuk berkonsultasi di luar jam belajar, membahas PR atau tugas sekolah, atau mendalami materi ASPD sesuai kebutuhan.

Menjelang ujian, GO mengadakan program responsi yang terjadwal sesuai kalender ujian masing-masing siswa.

Melalui program ini, siswa mengerjakan soal-soal yang relevan dan dibahas secara langsung bersama pengajar.

Untuk memantau perkembangan pemahaman, setiap akhir sesi pembelajaran juga dilengkapi dengan kuis harian yang menjadi indikator evaluasi.

GO menetapkan standar tinggi, di mana setiap siswa didorong untuk meraih nilai 100 sebagai bentuk pembiasaan untuk selalu menargetkan hasil terbaik.

Dengan pendekatan menyeluruh seperti ini, GO membuktikan bahwa nilai sempurna bukan hanya sekadar impian, tetapi hasil dari strategi belajar yang tepat, pengajaran yang berkualitas, dan pendampingan yang berkelanjutan.

Maka, tidak heran jika siswa GO mampu meraih nilai 100 pada ASPD.

Tunggu, Tapi ASPD Itu Apa, sih?

ASPD atau Asesmen Standardisasi Pendidikan Daerah adalah sistem asesmen yang dikembangkan oleh Disdikpora DIY untuk mengukur mutu pendidikan di daerahnya.

Berbeda dari asesmen nasional seperti Ujian Nasional, ASPD dikembangkan khusus untuk konteks lokal, menyesuaikan dengan karakteristik siswa dan kebutuhan sekolah di wilayah Yogyakarta.

ASPD bukan asesmen kelulusan, tetapi berfungsi sebagai alat pemetaan mutu pendidikan yang mencakup literasi, numerasi, dan sains.

Soal-soalnya disusun dalam tiga level, mulai dari penguasaan dasar, penerapan konsep, hingga penalaran tinggi.

Pelaksanaan ASPD dilakukan di dua jenjang sekaligus: SD/MI dan SMP/MTs, termasuk juga satuan nonformal seperti Paket A dan Paket B dan dilaksanakan secara semi-online menggunakan sistem komputer di setiap sekolah.

Namun walau demikian, ASPD tetap memberi perhatian pada aksesibilitas bagi siswa dengan kebutuhan khusus, seperti siswa yang sedang sakit, hingga siswa dengan kasus hukum tetap diberi kesempatan untuk mengikuti asesmen melalui berbagai skema, termasuk pendampingan, penggunaan screen reader, atau pelaksanaan berbasis kertas.

Lalu, Apa Hubungannya dengan SPMB?

Di DIY, nilai ASPD tidak hanya digunakan untuk evaluasi mutu, tapi juga menjadi penentu seleksi Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) untuk masuk ke SMP, SMA, dan SMK negeri maupun swasta.

Untuk seleksi masuk ke jenjang SMP dan SMA, nilai ASPD memberi bobot 55 persen dalam penilaian gabungan dan sangat dianjurkan mengikuti ASPD, karena nilai dari asesmen ini memberikan kontribusi signifikan terhadap hasil seleksi.

Artinya, meskipun bersifat pilihan, keikutsertaan dalam ASPD menjadi strategi penting bagi siswa yang ingin mendapatkan peluang lebih besar dalam persaingan masuk sekolah favorit.

Bahkan, siswa dari luar DIY pun bisa mengikuti ASPD jika ingin mendaftar ke SMA/SMK di wilayah ini.

Biasanya, Disdikpora menyediakan tempat ujian bagi siswa luar daerah di Kabupaten Sleman dan Bantul.

ASPD Yogyakarta Jadi Contoh bagi Daerah Lain

Keberhasilan pelaksanaan ASPD ternyata menarik perhatian dari pemerintah pusat. Dalam kunjungan kerja Komisi X DPR RI ke Yogyakarta akhir 2024 lalu, ASPD menjadi salah satu sorotan.

Mereka melihat bagaimana asesmen ini mampu menjawab tantangan pendidikan lokal tanpa kehilangan kualitas pengukuran akademik.

ASPD dikembangkan dan disusun sendiri oleh daerah, bukan menggunakan soal dari pusat.

Pendekatan ini menjadikan soal-soalnya lebih kontekstual, lebih relevan, dan lebih mencerminkan kemampuan berpikir siswa dalam kehidupan nyata.

Tak hanya itu, dalam konteks PPDB, nilai ASPD juga digunakan berdampingan dengan nilai rapor.

Ini adalah bentuk pengakuan terhadap penilaian guru, sekaligus menjaga objektivitas seleksi.

Hasilnya, sistem seleksi menjadi lebih transparan, adil, dan adaptif terhadap realitas pendidikan di lapangan.

Menyambut Pendidikan yang Lebih Terukur dan Berkualitas

Asesmen Standarisasi Pendidikan Daerah (ASPD) menjadi gambaran nyata bagaimana sebuah sistem evaluasi dapat disesuaikan dengan konteks lokal tanpa mengabaikan esensi mutu pendidikan.

Dari sini kita belajar bahwa pendidikan yang baik bukan selalu harus seragam, tetapi justru yang mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan potensi wilayah masing-masing.

Ganesha Operation pun melihat ASPD sebagai peluang untuk menyiapkan siswa secara lebih terarah.

Dengan latihan soal rutin, pembiasaan berpikir kritis, dan evaluasi berkelanjutan, GO membekali siswa dengan kemampuan yang bukan hanya untuk ujian, tapi juga untuk membangun cara berpikir yang sistematis.

Semangat pendidikan berbasis kearifan lokal yang diusung ASPD dan semangat pembelajaran adaptif yang dijalankan GO memiliki titik temu yang jelas yaitu sama-sama ingin menciptakan pendidikan yang lebih terukur dan relevan.

Ketika evaluasi dilakukan dengan cara yang benar, dan pembelajaran dirancang dengan baik, maka hasilnya bukan hanya nilai yang tinggi, tetapi menciptakan generasi emas yang siap menghadapi tantangan masa depan.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan