Pemilu 2014
Kampanye Terbuka Pileg Jadi Panggung Capres
Saat kampanye terbuka hanya menjadi panggung pengenalan capres, berimbas pada ketidaktahuan pemilih untuk memilih siapa calegnya
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputi Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Veri Junaidi, menilai kampanye terbuka partai selama ini berubah. Bukan untuk pengenalan visi-misi, program calon anggota legislatif, tapi jadi panggung calon presiden yang diusung partainya.
"Dalam kampanye rapat umum, harusnya jadi kompetisi antarcaleg, justeru lebih banyak calon presidennya. Sehingga ini bakal mendorong pemilih akan memilih partainya," ujar Veri kepada wartawan di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, Senin (24/3/2014).
Veri menjelaskan, dalam pemilu legislatif kali ini menggunakan sistem proporsional terbuka di mana preferensi pemilih yaitu memilih caleg. Karena dalam proporsional terbuka, caleg yang memiliki suara banyak lah yang bisa mendapat kursi di parlemen.
Masih kata Veri, ketika kampanye terbuka hanya menjadi panggung pengenalan capres, akan berimbas pada ketidaktahuan pemilih untuk memilih siapa caleg dari partai tertentu yang layak mendapatkan kursi di parlemen. Dominasi figur capres dalam pemilu legislatif tak menguntungkan caleg.
"Capres yang ingin berkompetisi di pilpres nanti tapi menggunakan kampanye terbuka caleg saat ini, telah menunjukkan ketidakmapanan organisasi parpol. Partai yang baik dan memiliki pendukung loyal, harus menaungi calegnya," terangnya.
Dominasi pengenalan capres dalam kampanye terbuka sebagai strategi sah-sah saja. Dengan begitu, suara pemilih diprediksi lebih banyak diraup parpol, bukan caleg. Tapi harus diingat, bahwa sistem pemilu kali ini menganut proporsional terbuka.
"Untuk strategi sah-sah saja. Tapi mereka salah kaprah karena menonjolkan capresnya bukan calegnya. Terlalu dini mendorong capres di kala kampanye terbuka di pemilu legislati. Karena memang, momentum kampanye terbuka kali ini bukan itu," ucapnya.