Berkunjung ke Kabupaten Sigi, Wajib Cicipi Kopi dan Durian
Kopi dan durian adalah dua komoditas unggulan dari Kabupaten Sigi, dan menjadi penopang ekonomi warga setempat.
Baca Juga: Perda Hijau Jadi Langkah Menguatkan Kabupaten Sigi yang Maju dan Berkelanjutan
Petani lainnya dari Desa Dombu, Nolvi Mandagi, menceritakan mengenai bagaimana kopi membuatnya punya harapan untuk berdaya secara ekonomi. Ia mengaku saat ini kewalahan memenugi pesanan dari Jakarta, Surabaya, dan Makassar.
“Bahkan konsumen mesti setor uang jaminan untuk mendapat kiriman biji kopi. Jadi, mereka pesan jauh hari sejak kopi belum dipanen,” kata Nolvi.
Novi sendiri memiliki 1.701 pohon kopi dan telah memiliki pelanggan loyal di Kota Palu. Menurut Nolvi, Festival Lestari 5 bisa menjadi “etalase” untuk memperkenalkan kopi khas Kabupaten Sigi.
“Menurut penilaian saya, ceruk pasar kopi dari Sigi masih terlalu kecil dibandingkan daerah lainnya,” ucap Nolvi.
Oleh sebab itu, dengan adanya Festival Lestari 5, Nolvi berharap kopi robusta dan arabika dari Sigi bisa mendapat panggung di ranah nasional.
Baca Juga: Ikon Fashion Chiara Ferragni Eksplor Kecintaannya pada Kopi dengan Koleksi Ispirazione Italiana
Disambut baik pengusaha kafe
Momentum Festival Lestari 5 juga disambut baik oleh pengusaha kafe di Kota Palu dan Kabupaten Sigi. Salah satunya, pemilik Kopi Sebati, Rohmat Sebati (29). Rohmat memanfatkan momen festival untuk memperkenalkan seduhan kopi arabika di kafenya.
Di kafe yang dikelolanya, Rohmat mengaku tak pernah kehabisan pasokan. Suplai bahan baku dari kebun milik Ismail dan beberapa petani kopi, baik dari Desa Dombu maupun Desa Wayu, relatif stabil.
Kehadiran festival bertema alam seperti Festival Lestari 5, menurut dia berguna untuk memperkenalkan kopi yang dihasilkan dari bumi Sigi. Terlebih, kata Rohmat, belakangan ini konsumen mulai kritis akan kualitas hingga cita rasa kopi yang mereka konsumsi.
“Konsumen kopi yang kritis memang belum banyak dibanding penikmat kopi konvensional. Namun, perlu diantisipasi karena mulai ada penikmat kopi yang tak sekadar mengandalkan rasa dan teknis menyeduh kopi untuk mendapat level kenikmatan tertentu. Mereka peduli kandungan. Selain itu, cara pertanian kopi termasuk relasi pengusaha kafe dan petani kopi,” jelas Rohmat.
Baca Juga: Kopi Bikin Kembung itu Hanya Mitos Belaka, Kok Bisa? Ini Alasannya
Ia bercerita, pernah menemui konsumen seperti itu di kafe miliknya. Konsumen tersebut kritis dan memerlukan perhatian khusus, tetapi keberadaan mereka memberi dampak baik bagi industri kopi.
‘’Mereka tanya-tanya apakah harga beli di tingkat petani memberi keuntungan yang wajar pada petani atau seperti apa. Dalam jangka panjang, sikap kritis konsumen semacam itu memberi dampak baik bagi perkopian di Kota Palu dan Sigi,’’ katanya.
Sumber: Parapuan
Kopi asal Pangalengan Bandung Mendunia, dari Dubai Hingga ke Thailand |
![]() |
---|
Sederet Kasus Bergengsi Pernah Ditangani Irjen Krishna Murti Kini Sang Jenderal Diduga Selingkuh |
![]() |
---|
Viral! Karyawan SPBU Swasta di Ciputat Tangsel Jualan Kopi saat Stok BBM Kosong dan Isu PHK Santer |
![]() |
---|
Mayat Pemuda Karo Sumut Ditemukan Terkubur di Ladang Kopi Desa Ndokum Siroga |
![]() |
---|
Kopi Sumatra dari Langkat Berpeluang Perkuat Posisi Indonesia di Pasar Global |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.