Kebebasan Berekspresi Terancam Dibatasi, Sutradara Perempuan Afghanistan Tulis Surat Ini
Dua sutradara perempuan di Afghanistan angkat bicara soal ketakutan mereka atas larangan perempuan untuk berkarya di bawah kekuasaan Taliban.
Parapuan.co - Dua sutradara perempuan Afghanistan, Diana Saqeb Jamal dan Sahraa Karimi, menyampaikan ketakutannya saat mengetahui negaranya sudah diduduki oleh pasukan Taliban.
Mereka juga memohon bantuan dari komunitas film dan seniman di negara lain.
Diana menyampaikan bahwa nasib seniman perempuan akan buruk setelah dimulainya kekuasaan Taliban akhir pekan lalu.
Sutradara yang filmnya diputar di banyak festival internasional ini telah merencanakan syuting untuk film dokumenter baru tentang hak-hak perempuan di desa terpencil dekat Iran.
Diana kini khawatir tidak bisa kembali menyuarakan hak-hak perempuan lewat filmnya.
Tidak hanya itu, kamera, peralatan syuting, hard drive, dan perangkat penyuntingan film pun harus dilindungi, takut jika sewaktu-waktu disita.
Baca Juga: Malala Yousafzai Desak Para Pemimpin Dunia Lindungi Hak Perempuan Terkait Konflik Afghanistan
Kejadian ini sangat menyedihkan, mengingat dua tahun lalu bioskop Ai Khanum berkapasitas 80 kursi berhasil menjadi tuan rumah festival film perdana Afghanistan.
Diana ingat persis banyak perempuan yang menangis karena hari itu adalah pertama kalinya mereka menonton film di bioskop.
"Saya mencoba menghindari nostalgia masa lalu Kabul, atau bioskop kita, atau pusat budaya kita karena semuanya pelan-pelan akan hilang lagi," ungkap Diana saat dihubungi oleh Variety.
"Kami semua sebelumnya sangat berharap Kabul akan menjadi tempat yang baik bagi segala bentuk seni," katanya lebih lanjut.
Sedangkan Sahraa Karimi secara terbuka meminta bantuan kepada komunitas film di seluruh dunia.
Sahraa menuliskan surat yang ditujukan oleh teman-teman pembuat filmnya di luar Afghanistan dan diunggah di akun resmi Twitter-nya.
تقاضای رخصتی بنده و همچنین بر حال بودن موقف و سمت رسمی ام.
— Sahraa Karimi/ صحرا كريمي (@sahraakarimi) August 17, 2021
امیدوارم از تبصره های حاشیه ای بعضی از هموطنان من دوری کنند. pic.twitter.com/opmT3s3uDu
Baca Juga: Buat Akun Instagram, Angelina Jolie Unggah Surat tentang Perjuangan Perempuan Afghanistan
"Semua yang saya perjuangkan untuk membangun industri film di negara saya berisiko hancur," tulis Sahraa Karimi, diterjemahkan oleh Indie Wire.
"Mereka akan melucuti hak-hak perempuan, kita akan didorong ke dalam bayang-bayang kematian, ekspresi kita akan dibungkam," katanya lebih lanjut.
Sahraa kemudian memohon bantuan komunitas film di berbagai negara untuk membantu hak-hak mereka untuk berkarya.
"Tolong bantu kami, buat seluruh dunia dengar apa yang terjadi pada kami. Tolong bantu kami dengan memberi tahu negaramu tentang apa yang terjadi di Afghanistan. Jadilah suara kami di luar Afghanistan," pintanya.
Industri film Afghanistan perlahan berkembang dalam satu dekade terakhir, sebagian besar dipimpin oleh upaya sutradara perempuan yang gigih.
Sejak Amerika Serikat mengusir Taliban dari Afghanistan, film-film lokal mulai mendapat pujian di festival internasional.
Banyak di antaranya dibuat oleh sutradara perempuan yang kekurangan sumber daya dan menghadapi ancaman kekerasan terus-menerus.
Kemajuan itu telah dilenyapkan dalam waktu satu malam dengan kembalinya kekuasaan Taliban.
Kabul, ibu kota Afghanistan, telah diduduki oleh Taliban dan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani memutuskan untuk meninggalkan negara yang dipimpinnya.
Baca Juga: The Kite Runner dan 3 Rekomendasi Film tentang Konflik di Afghanistan
Kedatangan Taliban adalah respons dari keputusan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang menarik pasukan AS dari negara Afghanistan pada bulan September.
Secara historis, Taliban telah memberlakukan pembatasan yang sangat keras terhadap hak-hak perempuan dan kebebasan berekspresi. (*)