Khawatir Nasib Perempuan di Afghanistan, Malala Yousafzai Desak Pemimpin Negara di Dunia
Aktivis Malala Yousafzai buka suara soal konflik Afghanistan dan mendesak pemimpin dunia untuk mengambil tindakan segera.
Parapuan.co - Malala Yousafzai, pemenang Noble perdamaian, akhirnya buka suara soal konflik Afghanistan terkait masuknya pasukan Taliban.
Dalam sebuah video pernyataan untuk BBC News, Malala Yousafzai mengungkapkan rasa prihatinnya terhadap situasi di Afghanistan.
Ia memberikan perhatian khusus kepada keselamatan perempuan dan anak perempuan di Afghanistan.
Dengan penuh keyakinan, Malala menyuarakan desakan kepada para pemimpin dunia untuk mengambil tindakan sesegera mungkin.
Malala secara khusus menunjuk Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang memiliki banyak hal yang harus dilakukan terkait konflik di Afghanistan.
Baca Juga: Konflik Afghanistan, 15 Orang Warga Negara Indonesia Dipastikan Aman
Joe Biden dirasa harus mengambil langkah berani untuk melindungi rakyat Afghanistan yang kini terancam.
Selain Joe Biden, Malala juga telah berusaha menjangkau beberapa pemimpin global.
"Ini adalah krisis kemanusiaan yang mendesak saat ini, sehingga kita semua perlu memberikan bantuan dan dukungan sepenuhnya," kata Malala Yousafzai, dikutip dari Reuters.
"Saya sangat prihatin dengan situasi di Afghanistan saat ini, terutama tentang keselamatan perempuan dan anak perempuan di sana," tambah Malala dalam video tersebut.
Malala memiliki kesempatan untuk berbicara dengan beberapa aktivis di Afghanistan, termasuk aktivis hak-hak perempuan.
Mereka berbagi keprihatinan bahwa mereka tidak yakin seperti apa hidup mereka nantinya saat seluruh wilayah sudah dikuasai oleh Taliban.
Malala Yousafzai juga mengatakan bahwa dia telah mengirim surat kepada Perdana Menteri Pakistan Imran Khan.
Baca Juga: Zarifa Ghafari, Walikota Perempuan di Afghanistan yang Jadi Incaran Militan Taliban
Ia memintanya untuk menerima pengungsi Afghanistan dan memastikan bahwa semua anak pengungsi memiliki akses ke pendidikan.
Malala juga menuntut agar anak dan perempuan Afganistan yang harus mengungsi memiliki akses ke keselamatan dan perlindungan.
Ia meminta jaminan dari pemimpin-pemimpin dunia bahwa masa depan perempuan dan anak yang harus mengungsi tidak akan hilang.
Malala Yousafzai dan Menteri Informasi dan Penyiaran Pakistan Fawad Chaudhry juga telah berbicara di telepon.
Menteri Fawad mengatakan bahwa Pakistan akan terus mendukung upaya untuk pendidikan perempuan di Afghanistan tetap berjalan.
Ia berjanji bahwa Pakistan akan menyediakan fasilitas pendidikan untuk anak-anak pengungsi Afghanistan.
Saat ini pun, ada sekitar 6.000 anak Afghanistan yang sedang menempuh pendidikan di Pakistan.
Selama panggilan telepon tersebut, Malala Yousafzai mendesak keprihatinan global mengenai hak-hak perempuan di Afghanistan.
Baca Juga: Melihat Kondisi Perang Afghanistan di Masa Lalu Lewat 4 Rekomendasi Buku Ini
"Pakistan harus memainkan peran aktif dalam mendukung pendidikan perempuan di Afghanistan," ucap Malala.
Aktivis yang kini berusia 23 tahun diketahui selamat dari tembakan di kepala oleh seorang pria bersenjata Taliban Pakistan pada tahun 2012.
Ketika Taliban berkuasa di Pakistan, perempuan dilarang bersekolah dan tidak diizinkan untuk bekerja di berbagai sektor.
Perempuan juga dilarang keluar rumah kecuali mengenakan burqa dan ditemani oleh kerabat laki-laki mereka.
Malala Yousafzai telah menjadi sasaran pasukan Taliban setelah kampanyenya yang menuntut kesetaraan perempuan dalam bidang pendidikan.
Baca Juga: The Kite Runner dan 3 Rekomendasi Film tentang Konflik di Afghanistan
Malala pertama dikenal saat berusia 11 tahun. Ia menulis blog dengan nama pena samaran kepada BBC terkait kehidupan di bawah kekuasaan Taliban di Pakistan.
Malala Yousafzai segera pindah ke Inggris setelah ditembak, ia menerima perawatan medis dan tahun lalu lulus dari Universitas Oxford dengan gelar sarjana Filsafat, Politik dan Ekonomi. (*)