Toxic Beauty Standards Tak Kenal Gender, 4 Aktor Ini Pernah Mengalaminya
Toxic beauty standards atau standar kecantikan yang tak masuk akal ternyata pernah terjadi pada laki-laki. Berikut empat aktor yang mengalaminya!
Dia populer berkat karakter pahlawan super yang pernah dimainkannya yaitu Thor.
Film-film yang menampilkan karakter Thor yang diperankan Chris, seperti Thor (2011), Thor: The Dark World (2013), dan Avengers: Age of Ultron (2015), mengharuskannya banyak berolahraga.
Baca Juga: Tanda Kamu Mengalami Hubungan Toksik dengan Ibu, yuk Pahami!
Tujuannya supaya tubuh aktor tersebut tampak besar dan berotot dalam film.
Namun, ketika membintangi Thor: Ragnarok (2017), dia harus berolahraga dan membatasi asupan air putihnya.
Padahal tubuh tentunya butuh air agar tetap terhidrasi dengan baik saat berolahraga.
Saat syuting film tersebut, Chris tidak diperbolehkan minum banyak air putih selama beberapa hari sampai berat badannya susut beberapa kilogram.
Hal ini dilakukannya agar dirinya tidak terlihat gemuk dan perutnya tidak buncit atau kembung di depan kamera.
4. Chris Evans
Aktor AS yang sekarang sudah berusia 39 tahun ini memang terkenal lewat sosok pahlawan super yang diperankannya yakni Captain America.
Waktu bermain dalam film Captain America: Civil War (2016), Chris harus mengenakan pakaian berukuran kecil sepanjang syuting film agar tubuhnya terlihat besar dan kekar.
Padahal, mengenakan pakaian kekecilan rasanya tentu sesak dan membuat diri sulit bergerak bebas.
Tidak ada informasi apakah Chris hanya memakai pakaian kecil selama syuting Captain America: Civil War saja atau selama syuting film-film lain yang menampilkan sosok Captain America juga.
Adapun film-film yang dimaksud antara lain Captain America: The First Avenger (2011), The Avengers (2012), Captain America: The Winter Soldier (2014), dan seterusnya.
Baca Juga: Sulit Keluar dari Toxic Relationship? Cobalah Saran Psikolog Ini
Kawan Puan, sudah saatnya kita bersama-sama memerangi toxic beauty standards ini.
Sebab toxic beauty standards hanya akan menyeragamkan perempuan maupun laki-laki, sementara kita punya keunikan sendiri-sendiri. (*)