Mengungkap Tradisi Mengirim Hampers Lebaran yang Ternyata Sudah Dilakukan Sejak Dulu
Tradisi mengirim hampers lebaran ternyata sudah ada sejak zaman dulu, lo. Masyarakat zaman dulu saling mengirim makanan menjelang Lebaran.
Parapuan.co - Beberapa hari menjelang Lebaran, sudah jadi tradisi masyarakat muslim Indonesia untuk saling berkirim hampers. Hampers atau parsel ini berisi aneka kue kering, minuman, hingga peralatan ibadah.
Tanpa kita tahu, sebenarnya tradisi mengirim hampers Lebaran sudah dilakukan oleh masyarakat sejak zaman dulu.
Namun tentu saja bentuknya tidak se-modern dan fancy sekarang ini. Mengirim hampers Lebaran zaman dulu jauh lebih sederhana, bahkan tidak ada kemasan indah maupun kartu ucapan di dalamnya.
Baca Juga: Sudah Tinggal Beberapa Hari Lagi, Begini Imbauan Kemenag Mengenai Salat Idulfitri 2021
Dulu, menjelang Lebaran tiba, masyarakat di beberapa daerah di Indonesia saling mengirim makanan ke tetangga sekitar.
Bahkan, tidak hanya Lebaran, saat ada perayaan hari raya umat agama lain pun, tradisi mengirim makanan tetap dilakukan.
Menurut Travelling Chef Wira Hardiansyah seperti yang dilansir dari Kompas.com, tradisi ini tak hanya dilakukan antar masyarakat sesama Muslim saat merayakan Lebaran, tapi juga pada sesama Kong Hu Cu saat Imlek, atau sesama Kristen saat Natal.
“Uniknya di Nusantara, apabila dalam pemukiman tersebut terdiri dari berbagai kepercayaan dan suku, masing-masing rumah akan memasak hidangan khas dari daerahnya,” kata Wira yang dikutip dari Kompas.com, (8/4/2021).
Mereka akan membuat makanan sesuai dengan adat dan budaya masing-masing, lalu saling bertukar makanan di tiap-tiap rumah. Hal ini menimbulkan beragamnya hidangan dalam satu rumah.
Tradisi itu jugalah yang menjadi awal mula pemberian hampers kepada sesama saat ada hari raya atau perayaan hari besar keagamaan tiba.
Langsung saja kita simak yuk, tradisi zaman dulu yang mempelopori kebiasaan mengirim hampers saat Lebaran!
1. Tradisi Ngejot di Bali
Di Bali, tradisi memberi makanan mendekati Lebaran dinamakan ngejot.
Tradisi ngejot yang sudah ada sejak zaman dulu ada ini dilakukan bagi umat Islam oleh para leluhurnya.
Baca Juga: Wah! Ini Lo, Style Baju Lebaran 2021 yang Sedang Hits dan Bisa Kamu Pakai di Hari Raya Nanti!
Ngejot dilakukan sebagai ungkapan rasa terima kasih kepada sesama saudara dalam memupuk kebersamaan yang dikenal dengan nama ‘menyambraya’.
“(Tradisi ngejot) jadi simbol kerukunan antar umat beragama sehingga tetap mesra dan harmonis, serta pembelajaran kepada anak-anak di usia dini untuk selalu meningkatkan pemahaman tentang kerukunan umat beragama sebagai bentuk penerapan dari Bhinneka Tunggal Ika,” tutur Wira.
2. Tradisi Munjung dan Nganteuran di Jawa Barat
Munjung adalah tradisi berbagi makanan asal Jawa Barat yang berasal dari kata 'kunjung'.
Biasanya, munjung dilakukan saat adik atau anak mengunjungi kakak atau orang tua pada saat mendekati Lebaran.
Mereka membawa rantang sebagai wadah nasi dan lauk untuk ‘dipunjung’.
Selain itu, ada pula tradisi bernama nganteuran atau tukar rantang yang biasa dilakukan di Jawa Barat.
“Di dalam rantang, ada nasi, bakakak (ayam panggang), udud (rokok), gula, kopi, dan ragam buah-buahan. Hantaran tersebut juga biasanya dibalas oleh lauk-pauk juga dengan selipan amplop berisi uang,” jelas Wira.
3. Ater-ater di Jawa
Dalam masyarakat Jawa, tradisi mengirim makanan menjelang Lebaran disebut dengan ater-ater.
Tradisi ater-ater ini sudah ada sejak masa Jawa Kuno, lo. Sejak abad ke-IX telah dikenal istilah ‘ater-ater’ yang terbukti dengan penyebutannya dalam kakawin Ramayana, Sutasoma.
Baca Juga: Sambut Lebaran dengan Menerapkan Tips Belanja yang Ramah Lingkungan Ini
Istilah ini kemudian sering kali dikombinasikan dengan kata ‘panganan (pasugatan, bojana)’ dan menjadi ‘ater-ater panganan’.
Istilah tersebut merujuk pada aktivitas mengantarkan atau membawa makanan dari seseorang atau suatu keluarga ke orang atau keluarga lainnya pada waktu khusus dengan maksud tertentu.
Wah, ternyata tradisi memberi hampers atau makanan ini tak jauh dari budaya Indonesia ya! (*)