Senin, 29 September 2025

Kendaraan Listrik

Toyota Berencana Akuisisi Neta

Jika Neta bangkrut, investor pemerintah akan diprioritaskan dalam pembayaran utang, sehingga pemasok berada dalam risiko.

Japan Times
AKUISISI NETA - Toyota dikabarkan sedang mengevaluasi rencana perusahaan untuk mengakuisisi produsen mobil listrik China yang sedang kesulitan tersebut, yakni Neta. 

TRIBUNNEWS.COM - Produsen EV asal Tiongkok, Neta Auto yang didirikan pada tahun 2014 oleh Hozon New Energy Auto telah mengalami krisis keuangan, tepatnya sejak pertengahan 2024.

Produksi dihentikan, Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal pun terjadi dan perusahaan tersebut berebut pendanaan eksternal.

Baru-baru ini, Toyota dikabarkan sedang mengevaluasi rencana perusahaan untuk mengakuisisi produsen mobil listrik China yang sedang kesulitan tersebut, yakni Neta, menurut Kuai Technology.

Jika akuisisi dilakukan, langkah itu akan membantu Toyota memperkuat strategi EV-nya di Tiongkok, sekaligus memberi Neta jalur keuangan yang lebih baik.

Baca juga: Neta Sukses Raih 328 Pemesanan di IIMS 2025

Ketika kesepakatan tersebut berlanjut, Toyota dapat memanfaatkan aset Neta dan pengetahuan lokal untuk mempercepat peluncuran kendaraan listriknya di Tiongkok.

Direktur Komunikasi Merek Toyota Tiongkok Xu Yiming, membantah rumor tersebut, "Kami belum mendengar apa pun tentang ini," dikutip dari CarNewsChina, Selasa (13/5/2025).

Pada 10 Februari 2025, Neta mengungkapkan rencana pendanaan E-round yang gagal yang melibatkan 4–4,5 miliar yuan atau 552 juta - 621 juta dolar AS, melansir CarNewsChina.

Investor utama, yang didukung oleh dana negara BRICS, menjanjikan 3 miliar yuan atau 414 juta dolar AS, tetapi pendanaan tersebut bergantung pada dimulainya kembali produksi dan mengamankan investasi yang sesuai, namun keduanya tidak terwujud.

Meskipun pabrik Neta di Tongxiang sempat dibuka kembali pada awal Januari, produksi tidak pernah dilanjutkan karena kekurangan suku cadang yang parah.

Kegagalan ini menyebabkan investor tersebut menarik diri, yang secara efektif membatalkan kesepakatan tersebut.

Valuasi Neta mengalami pukulan telak. Pada tahun 2023, investasi sebesar 1,53 miliar yuan atau 211 juta dolar AS oleh entitas pemerintah Tongxiang menilai perusahaan tersebut akan memiliki nilai sebesar 42,3 miliar yuan atau 5,8 miliar dolar AS.

Pada tahun 2025, usulan pembelian saham sebesar 50 persen justru hanya dengan harga 3 miliar yuan (414 juta dolar AS), memangkas valuasinya menjadi 6 miliar yuan (828 juta dolar AS), turun sebesar 80 persen.

Hal ini membuat marah para investor awal dan yang didukung negara, termasuk 360 Security Technology, yang pendirinya, Zhou Hongyi, menarik investasi lanjutan sebesar 138 juta dolar AS yang dijanjikan. Kepercayaan terus memburuk terhadap manajemen Neta sejak saat itu.

Secara finansial, Neta telah membukukan kerugian kumulatif sebesar 18,3 miliar yuan (2,53 miliar dolar AS) selama tiga tahun dan berutang kepada pemasok sebesar 6 miliar yuan (828 juta dolar AS).

Perusahaan mengusulkan untuk mengubah 70 persen utang pemasok menjadi ekuitas dan membayar sisanya secara mencicil, dengan peringatan bahwa perusahaan dapat gagal bayar upah dan asuransi sosial tanpa modal baru.

Jika Neta bangkrut, investor pemerintah akan diprioritaskan dalam pembayaran utang, sehingga pemasok berada dalam risiko.

Yang memperburuk masalahnya, Neta dapat menghadapi denda di Thailand, tempat perusahaan sebelumnya menerima subsidi hingga 150.000 baht (4.100 dolar AS) per kendaraan.

Untuk mempertahankannya, Neta harus memenuhi target produksi lokal pada tahun 2025, jika gagal memenuhinya dapat memicu pembayaran kembali subsidi, bunga dan keringanan pajak.

Meskipun terjadi kekacauan, Neta mempertahankan sejumlah nilai teknologi dan pasar. Pada tanggal 26 Maret, perusahaan tersebut memperoleh perjanjian utang untuk ekuitas senilai 2 miliar yuan (276 juta dolar AS) dengan 134 pemasok utama dan menerima dukungan finansial dari lembaga-lembaga Thailand dan Solotech dari Hong Kong.

Pada tahun 2024, penjualan Neta turun menjadi 64.500 unit dan pada bulan Januari 2025, penjualan anjlok hampir 98 persen dari tahun ke tahun menjadi hanya 110 mobil.

Perusahaan tersebut juga menghadapi kritik atas teknologi yang ketinggalan zaman dan klaim kinerja yang dilebih-lebihkan.

Sebuah video viral menunjukkan Pendiri Neta Fang Yunzhou membungkuk untuk meminta maaf kepada para pemasok dan dealer, menyoroti besarnya krisis tersebut.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan