Minggu, 5 Oktober 2025

Harga Mobil Baru Mengalami Kenaikan Akibat Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS

Pelemahan rupiah akan lebih berdampak terhadap sektor industri yang menggunakan bahan baku impor dalam kegiatan produksi.

Daifuku
Ilustrasi perakitan mobil. PT Honda Prospect Motor (HPM) mengaku sudah menaikkan harga jual mobil untuk sejumlah model di tengah pelemahan rupiah pada Oktober 2022. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, membuat harga jual mobil baru mengalami kenaikan.

PT Honda Prospect Motor (HPM) mengaku sudah menaikkan harga jual mobil di tengah pelemahan rupiah tersebut.

"Terakhir ada beberapa model di Oktober mengalami kenaikan harga," kata Business Innovation and Sales & Marketing Director PT Honda Prospect Motor (HPM), Yusak Billy dikutip dari Kontan, Sabtu (5/11/2022).

Untuk mengimbangi penaikan harga mobil yang membebani konsumsi, HPM tetap berusaha memberikan nilai layanan terbaik dan fokus menjaga pasokan produk.

Baca juga: Anggota Komisi XI DPR Minta Pemerintah Antisipasi Dampak Pelemahan Rupiah

Asal tahu, selain ongkos yang membengkak karena rupiah terdepresiasi, pabriknya mobil juga terkendala dari sisi pasokan komponen karena efek gangguan rantai pasokan.

Oleh karena itu, pemenuhan pasokan kendaraan pesanan konsumen menjadi salah satu prioritas penanganan masalah dari HPM.

Sambil jalan, HPM memastikan akan terus memantau kondisi pelemahan rupiah. Terutama, dampaknya terhadap harga bahan baku ke depan dan kondisi ekonomi secara umum.

Biarpun banyak tantangan menghadang, HPM masih optimis dengan tren permintaan mobil.

Menurutnya, minat konsumen untuk belanja mobil masih ada. Perusahaan tersebut membaca antusiasme konsumen dari peluncuran model-model baru yang belakangan ini digelar.

Ketua I Gaikindo Jongkie Sugiarto mengatakan pelemahan rupiah dalam jangka panjang bisa memicu kenaikan harga mobil. Makanya, harus ada penyesuaian harga jika terjadi pelemahan nilai tukar terjadi dalam jangka waktu terlalu lama.

Ketua Bidang Kebijakan Publik Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sutrisno Iwantono mengatakan, pelemahan rupiah akan lebih berdampak terhadap sektor industri yang menggunakan bahan baku impor dalam kegiatan produksi.

"Industri otomotif itu kan, sebagian dari bahan baku impor yang menggunakan bahan baku impor pasti akan terkena dampak," kata dia.

Mengintip data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sejak akhir tahun lalu hingga Jumat (4/11) atau periode year to date (ytd) melemah 9,37 persen menjadi Rp 15.738 per dollar AS. Pada 31 Desember tahun lalu, rupiah berada pada level Rp 14.263 per dollar AS.

Andalkan Ekspor

Tidak semua pelaku usaha terdampak besar oleh pelemahan mata uang. Perusahaan consumer goods seperti PT Mayora Indah Tbk (MYOR) bahkan percaya diri menyatakan bahwa pelemahan rupiah terhadap dollar AS tidak akan memberatkan kinerjanya.

Bukan berarti imun sama sekali, MYOR mengaku depresiasi rupiah terhadap dollar akan membebani biaya bahan baku. Beruntungnya, MYOR memiliki kontribusi penjualan ekspor hingga sebesar 40%.

Porsi penjualan dari luar negeri yang lumayan itu sekaligus bisa menjadi sarana lindung nilai natural atas efek kenaikan bahan baku karena penguatan dollar AS.

Selam ini, biaya bahan baku mengikuti harga komoditas global, Sementara harga komoditas global menggunakan denominasi dollar AS.

Alhasil, sejauh ini MYOR belum berencana menaikkan harga jual. Mereka juga tidak memiliki strategi khusus untuk menghadapi pelemahan rupiah.

Baca juga: Dibayangi Resesi Global, Wamendag: RI Masih Punya Peluang Ekspor

"Mayora masih yakin kinerja tahun ini masih akan lebih baik dibandingkan dengan tahun 2021 (karena) kami juga terlindungi dengan adanya penjualan ekspor," kata Sekretaris Perusahaan MYOR Yuni Gunawan.

Selama sembilan bulan tahun ini, MYOR membuka kenaikan penjualan bersih sebesar 11.76% year on year (yoy) menjadi Rp 22,23 triliun. Sebanyak Rp 9,26 triliun di antaranya adalah penjualan luar negeri.

Sementara laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 1,08 triliun. Laba bersih MYOR tersebut terungkit 10,92% yoy. (Amalia Nur Fitri, Muhammad Julian/Kontan)

Sumber: Kontan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved