Senin, 29 September 2025

Petani Sulit Raup Untung, PDIP Minta Pemerintah Evaluasi Harga Gabah

Sadarestuwati menyoroti ketimpangan harga antara gabah dan beras yang dinilai menyulitkan petani untuk mendapatkan keuntungan layak.

Penulis: Fersianus Waku
Editor: Dodi Esvandi
Tribunnews/Fersianus Waku
Anggota DPR RI sekaligus Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Bidang Pertanian dan Pangan, Sadarestuwati, saat memberikan sambutan dalam Seminar Nasional Hari Tani Nasional bertema “Kembali ke Sawah, Menyemai Masa Depan”, di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (24/9/2025). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Anggota DPR RI sekaligus Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Pertanian dan Pangan, Sadarestuwati, menyoroti ketimpangan harga antara gabah dan beras yang dinilai menyulitkan petani untuk mendapatkan keuntungan layak.

Dalam sambutannya di Seminar Nasional Hari Tani bertema “Kembali ke Sawah, Menyemai Masa Depan” di Sekolah Partai DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Rabu (24/9/2025), Sadarestuwati meminta pemerintah mengevaluasi kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) gabah dan harga eceran tertinggi (HET) beras.

“HPP gabah ditetapkan Rp 6.500, sementara HET beras Rp 12.500. Dengan rendemen yang rendah, petani kesulitan meraih keuntungan. Mohon ini dievaluasi,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan pentingnya peran petani sebagai penyangga tatanan negara, sebagaimana diajarkan Bung Karno. 

Menurutnya, kaum marhaen—meski hidup dalam keterbatasan—selalu berjuang untuk mandiri dan menjadi tulang punggung bangsa.

“Kaum marhaen adalah penyangga sejati negara ini. Mereka papa tapi tak menyerah, tertatih tapi tetap berusaha,” ucapnya.

Baca juga: Bus Petani yang Mau Aksi ke Jakarta Diadang Aparat, KPA: Mau Makar Bagaimana? Mereka Kakek-Nenek

Sadarestuwati mengajak semua pihak untuk menghargai perjuangan petani yang terus bertahan di tengah ancaman perubahan iklim, gagal panen, dan tekanan harga. 

Ia menekankan pentingnya kemandirian pangan melalui pengembangan varietas lokal dan unggul dalam negeri.

“Kita jangan mati di lumbung sendiri. Mari bangkit bersama menuju kemandirian petani dan kedaulatan pangan,” tegasnya.

Ia juga menyoroti perlunya adaptasi teknologi di sektor pertanian. 

Jika dulu petani mengandalkan pranotomongso (penanggalan tradisional), kini mereka harus melek informasi dan memanfaatkan data cuaca dari BMKG untuk meningkatkan akurasi produksi.

Dalam kesempatan itu, Sadarestuwati membacakan delapan rekomendasi bidang pertanian dan pangan hasil Kongres PDIP, antara lain: diversifikasi pangan lokal, peningkatan riset bersama BRIN, perlindungan harga produsen, pencegahan alih fungsi lahan, akses pembiayaan untuk petani, hilirisasi komoditas, pembangunan infrastruktur pangan, dan penerapan bea masuk impor untuk melindungi produk dalam negeri.

Ia menutup sambutannya dengan ajakan untuk membangun pertanian yang tangguh, ramah lingkungan, dan berkelanjutan demi mewujudkan kedaulatan pangan nasional.

“Marilah kita bersama membangun pertanian yang tangguh dengan visi ramah lingkungan dan berkelanjutan,” tutupnya.

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri turut hadir secara daring dalam acara tersebut. 

Seminar ini juga menghadirkan sejumlah tokoh pertanian, seperti penemu benih MSP Surono Daru, pemulia padi MSP65 Mangontang Simanjuntak, Ketua KTNA Sumrambah, dan Bupati Ngawi Ony Anwar Harsono. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dijadwalkan menutup seminar.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan