Senin, 29 September 2025
Tujuan Terkait

Driver Ojol Demonstrasi

Tuntutan Para Pengemudi Ojek Online: Fleksibilitas, Pesanan Melimpah, dan Perlindungan Sosial

Mayoritas pengemudi ojol di Jabodetabek lebih memilih potongan aplikasi 20 persen, asalkan mendapat jumlah pesanan lebih banyak

Penulis: Eko Sutriyanto
Editor: Wahyu Aji
Tribunnews/JEPRIMA
OJEK ONLINE - Pengemudi ojek online melintas di kawasan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (14/6/2024). Mayoritas pengemudi ojol di Jabodetabek lebih memilih potongan aplikasi 20 persen, asalkan mendapat jumlah pesanan lebih banyak 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mayoritas pengemudi ojek online (ojol) di Jabodetabek lebih memilih potongan aplikasi 20 persen, asalkan mendapat jumlah pesanan lebih banyak dan manfaat tambahan, seperti asuransi kesehatan, kecelakaan, hingga bantuan servis motor.

Berdasarkan survei Tenggara Strategics terhadap 1.052 driver aktif, 82 persen responden menyatakan lebih nyaman dengan skema ini dibanding potongan 10 persen tapi order terbatas.

Bahkan 54 persen menilai potongan 20 persen masih wajar jika disertai perlindungan tambahan.

Selain isu potongan komisi, survei menunjukkan 33 persen pengemudi ojol menuntut skema mitra yang memberikan jaminan sosial, seperti BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan.

Ini sejalan dengan tuntutan komunitas driver ojol yang selama ini menekankan perlunya perlindungan hukum, sosial, dan finansial bagi pekerja platform digital.

“Driver ingin lebih dari fleksibilitas jam kerja. Mereka berharap ada jaminan kesehatan, asuransi kecelakaan, hingga bantuan perawatan motor yang dapat meringankan beban operasional sehari-hari,” ujar analis Tenggara Strategics, Jumat (19/9/2025).

Mayoritas pengemudi (52 persen) masih menghargai fleksibilitas sebagai mitra, sementara 15 persen menginginkan status karyawan tetap.

Hal ini relevan dengan wacana pemerintah dan DPR RI terkait perlindungan pekerja platform digital yang tengah dibahas untuk mengurangi risiko pekerja informal terpinggirkan.

Dampak Pandemi dan PHK

Mayoritas pengemudi berusia 31–40 tahun, dengan pengalaman 3–6 tahun sebagai driver, terutama setelah pandemi Covid-19.

Sebagian baru bergabung dua tahun terakhir karena meningkatnya pemutusan hubungan kerja (PHK); data Kemnaker mencatat lebih dari 42 ribu pekerja terdampak PHK sejak pandemi.

Hal ini menegaskan bahwa ojol menjadi sumber pendapatan alternatif bagi pekerja terdampak ekonomi.

Survei juga mengungkap potensi skema kombinasi antara komisi, jumlah pesanan, dan manfaat tambahan.

Driver bersedia menerima potongan lebih tinggi asal ada jaminan tambahan, termasuk asuransi dan bantuan perawatan kendaraan, sehingga mereka tetap bisa menjaga penghasilan tanpa mengorbankan kesehatan atau keselamatan.

Survei Tenggara Strategics ini memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dengan margin of error ±3,04 persen, cukup representatif untuk menggambarkan pandangan driver ojol di Jabodetabek.

Tenggara Strategics adalah lembaga riset dan penasihat bisnis dan investasi yang didirikan oleh Centre for Strategic and International Studies (CSIS), The Jakarta Post, dan Universitas Prasetiya Mulya.

Baca juga: Viral! Karyawan SPBU Swasta di Ciputat Tangsel Jualan Kopi saat Stok BBM Kosong dan Isu PHK Santer

Lembaga ini menyediakan layanan intelijen bisnis yang komprehensif bagi komunitas bisnis. 
 

 

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan