Minggu, 5 Oktober 2025

Mengenal Istilah ESG dan Mengapa Itu Dianggap Penting untuk Kelangsungan Usaha

ESG, dikutip Business Insider, merupakan jenis investasi yang mempertimbangkan keberlanjutan dan dampak sosial perusahaan

Penulis: Willem Jonata
Editor: Eko Sutriyanto
Istimewa
PENGELOLAAN LIMBAH - Pentingnya efisiensi energi, dan sistem pengelolaan limbah untuk meningkatkan efisiensi energi di area produksi. Pengelolaan limbah tekstil juga bertujuan memperluas keterlibatan sosial di rantai pasok. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Istilah environmental, social, and governance atau ESG belakangan ini sering kita dengar, jika bicara menyangkut investasi dan tata kelola perusahaan.

Meski dianggap penting untuk keberlanjutan perusahaan, istilah tersebut masih asing bagi sebagian orang.

ESG, dikutip Business Insider, merupakan jenis investasi yang mempertimbangkan keberlanjutan dan dampak sosial perusahaan.

Meskipun arti ESG dapat berbeda-beda bagi masing-masing investor, ada tiga pilar utamanya yang meliputi:

Environmental atau lingkungan

Yang dimaksud environmental adalah upaya keberlanjutan yang bertujuan untuk melindungi bumi dan lingkungan alam.

Dengan kata lain, perusahaan memperhitungkan risiko emisi, kualitas udara, pengelolaan limbah, penggunaan lahan, dan jejak energi, dalam operasional usaha.

Sementara sosial, yakni meninjau dampak perusahaan terhadap masyarakat, seperti praktik ketenagakerjaan seperti lingkungan kerja yang sehat, standar keselamatan, koneksi dengan masyarakat, dan kesempatan kerja yang setara.

Baca juga: ESG Perusahaan Jadi Pertimbangan Investor untuk Investasi

Governance atau tata kelola

Tata kelola yang dimaksud di sini, berkaitan kepemimpinan perusahaan, gaji eksekutif dan karyawan yang wajar, audit, kontrol internal, dan hak pemegang saham.

Meliputi pula kepastian bahwa semua pihak terkait diberikan kesempatan berpartisipasi dalam pengambilan suara untuk keputusan mengenai isu yang penting.

Termasuk kepastian tidak adanya kontribusi politik untuk memperoleh perlakuan istimewa dari penerima kontribusi. Dan tentunya kepastian tidak terlibat dalam kegiatan ilegal.

Dalam artikel yang dimuat di Business Insider, dengan memperhatikan faktor-faktor ini, sebagian pihak meyakini, dapat membantu mengurangi risiko, menarik pelanggan, hingga mempertahankan karyawan. 

Perusahaan berbasis ESG juga dinilai relatif lebih resilient atau memiliki ketahanan tinggi pada masa krisis, dan dapat menciptakan value maupun keuntungan dalam jangka panjang.

Dikutip The Manufacture, praktik ESG bukan lagi domain eksklusif perusahaan besar.

Seiring perkembangan usaha, bisnis dari semua skala menghadapi ekspektasi baru seputar keberlanjutan dan tanggung jawab.

Saat ini, bahkan produsen terkecil pun merasa perlu mempertimbangkan ESG sebagai bagian dari operasi mereka. Jadi bukan hanya usaha dengan bisnis besar.

Ketika perusahaan besar mendorong komitmen ESG mereka ke bawah rantai pasokan, bisnis yang lebih kecil juga harus memenuhi standar ini. Jika tidak, risikonya bisa tertinggal.

Di tengah globalisasi dan tuntutan bisnis berkelanjutan, ESG menjadi fondasi penting bagi perusahaan dari semua skala, termasuk UMKM di Indonesia. 

Dengan kontribusi lebih dari 60 persen PDB nasional dan menyerap hingga 97 persen tenaga kerja, penerapan ESG pada UMKM diyakini dapat meningkatkan daya saing sekaligus mendukung keberlanjutan ekonomi dan lingkungan.

Kintakun, brand perlengkapan tidur asal Bandung, misalnya.

Usaha tersebut berkembang karena produk inovatif seperti sprei, bedcover, hingga perlengkapan bayi. 

Popularitasnya semakin meningkat lewat kampanye kreatif, termasuk menghadirkan aktor Korea Ji Chang Wook dan kolaborasi dengan IP global maupun lokal, seperti BT21, One Piece x Tahilalats, Somethinc, dan Tom & Jerry.

CEO Kintakun, Dwi Harto mengatakan kesadaran ESG muncul pada 2022 melalui asesmen yang mendorong usahanya menata ulang SOP, keselamatan kerja (K3), sistem whistleblower, pengelolaan energi, limbah tekstil, dan keterlibatan sosial.

Dalam tiga tahun, budaya kerja transparan, efisiensi energi, dan rantai pasok bertanggung jawab berhasil diterapkan.

“Kami selalu mementingkan kesejahteraan karyawan serta roda ekonomi mikro nasional,” ujar Dwi Harto.

Alamme juga setali tiga uang. Bisnis herbal yang didirikan oleh Danang Satria pada 2023, menanamkan prinsip keberlanjutan sejak awal.

Produk seperti Black Garlic, Natural Juice, dan Pure Raw Honey hadir dengan harga terjangkau, sambil mendukung petani lokal, mengelola limbah terpadu, dan menerapkan Business Continuity Plan (BCP).

Selain efisiensi, usaha tersebut menekankan kualitas dengan SOP produksi, quality control, dan manajemen inventory yang ketat, menghasilkan sertifikasi Halal, BPOM, NKV, hingga HACCP.

“Dengan mendukung petani lokal, kami menciptakan ekosistem bisnis inklusif dan berdaya tahan,” terang Danang Satria, Co-Founder Alamme.

Dua perusahaan tersebut sebagai bukti ESG bukan hanya untuk perusahaan besar.

Penerapan ESG membantu UMKM lebih efisien, mengurangi risiko, dan membuka akses pasar lebih luas. 

“Keberlanjutan bukan milik perusahaan besar saja. UMKM pun bisa memulainya dari langkah sederhana,” ujar Andika Dwi Saputra, Head of ESG & Sustainability Evermos.

Untuk mendukung UMKM, pihaknya menyediakan pendampingan, pelatihan ESG, dan asesmen gratis, menapaki jalan keberlanjutan, menciptakan dampak positif bagi ekonomi, lingkungan, dan masyarakat.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved