Selasa, 7 Oktober 2025

Balita Tewas karena Cacingan Akut

Menko PMK: Kasus Raya di Sukabumi Alarm Nasional untuk Bangun Sistem Pencegahan Kematian Balita

Menko PMK Pratikno menegaskan bahwa tragedi meninggalnya balita di Sukabumi menjadi peringatan keras bagi seluruh bangsa.

Tangkap Layar
PIMPIN RAPAT RESPONS CEPAT - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno saat memimpin Rapat Tingkat Menteri membahas Penanganan Penyakit dan Peningkatan Kualitas Kesehatan Balita, Jumat (22/8/2025). Dia menegaskan tragedi meninggalnya balita di Sukabumi sebagai alarm nasional yang harus memicu gerakan bersama. 

Hasiolan EP/Tribunnews.com

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menegaskan bahwa tragedi meninggalnya Raya, balita di Sukabumi, menjadi peringatan keras bagi seluruh bangsa.

Ia menyebut kasus tersebut sebagai alarm nasional yang harus dijawab dengan gerakan bersama demi melindungi anak-anak Indonesia.

“Keselamatan anak adalah nomor satu. Kehilangan satu nyawa anak adalah kehilangan yang tak ternilai. Kasus ini tidak boleh terulang lagi di manapun,” ujar Pratikno saat memimpin rapat tingkat menteri membahas penanganan penyakit dan peningkatan kualitas kesehatan balita, Jumat (22/8/2025).

Usai rapat bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada Kamis malam (21/8/2025), Pratikno langsung menggelar rapat lanjutan keesokan harinya dengan sejumlah kementerian dan lembaga terkait, mulai dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian PUPR, Kementerian Desa, Kementerian PPPA, BKKBN, BPJS Kesehatan, hingga Badan Gizi Nasional.

Menurutnya, respons cepat penting, namun yang lebih krusial adalah membangun sistem pencegahan dini.

“Pemerintah tanggap dan segera bergerak. Lebih penting lagi, kita cegah agar hal ini tidak pernah terjadi lagi. Pendataan yang benar akan memastikan intervensi cepat dan tepat. Jangan sampai menyesal kemudian,” tegasnya.

Pratikno menekankan bahwa persoalan kesehatan anak harus ditangani secara komprehensif lintas sektor.

Upaya ini bukan hanya soal pelayanan medis, tetapi juga mencakup sanitasi, gizi, literasi keluarga, perumahan layak, hingga perlindungan sosial.

Pemerintah, kata dia, akan memperkuat layanan dasar bagi anak, antara lain memperbaiki SOP layanan kesehatan dan pemberian obat, memperkuat peran Posyandu dan Puskesmas, meningkatkan sanitasi serta kualitas perumahan, dan memastikan anak dari keluarga miskin terlindungi melalui identitas resmi serta kepesertaan BPJS Kesehatan Penerima Bantuan Iuran (PBI).

“Kasus Ananda Raya adalah alarm nasional. Jawaban pemerintah jelas: perbaikan SOP layanan, pendataan dan jaminan kesehatan, serta penguatan Posyandu dan Puskesmas. Alarm ini harus kita jawab dengan aksi nyata agar tidak ada lagi anak Indonesia yang menjadi korban,” pungkas Pratikno.

Kematian Balita Raya

Raya, seorang balita berusia 4 tahun asal Desa Cianaga, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, meninggal dunia pada 22 Juli 2025 akibat infeksi cacing gelang akut yang telah menyebar ke organ vital termasuk otak.

Kondisinya saat ditemukan sangat memprihatinkan—cacing keluar dari hidung, mulut, dan kemaluan, menandakan infeksi parah yang berlangsung lama tanpa penanganan memadai.

Lingkungan tempat tinggal Raya menjadi sorotan utama.

Rumah panggung yang ia tempati bersama orang tuanya berdiri di atas kandang ayam, tanpa akses sanitasi layak seperti jamban atau MCK.

Kedua orang tuanya dilaporkan mengalami gangguan mental dan keterbatasan ekonomi, yang berdampak langsung pada pola asuh dan akses terhadap layanan kesehatan.

Keluarga Raya bahkan sempat tidak memiliki identitas kependudukan seperti KTP dan KK, sehingga sulit dijangkau oleh program bantuan sosial dan kesehatan4.

Ujaran Menko PMK Pratikno, menyebut kematian Raya sebagai “alarm nasional”, menandakan kegagalan sistemik dalam deteksi dini dan intervensi kesehatan anak.

Meski Posyandu sempat memberikan obat cacing, SOP pelaksanaan dinilai lemah—obat tidak dikonsumsi langsung di tempat, dan rujukan ke rumah sakit tidak diikuti dengan pendampingan hingga anak benar-benar mendapat layanan.

Di sisi lain, Pemerintah Kabupaten Sukabumi melalui Bupati Asep Japar membantah tudingan bahwa mereka lalai.

Ia menekankan bahwa perangkat desa, bidan, dan kepala desa telah hadir dan berupaya membantu keluarga Raya.

Namun, pernyataan ini menuai kritik karena dinilai lebih menyoroti “pola asuh orang tua” daripada mengakui kelemahan sistem dukungan sosial dan kesehatan di tingkat lokal.

Banyak pihak menilai bahwa kasus ini bukan hanya soal kelalaian individu, tetapi cerminan dari ketimpangan struktural yang masih terjadi di pelosok Indonesia.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved