Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti, Ini Artinya
"Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti", sebuah semboyan Jawa penuh makna yang sarat filosofi kehidupan.
Penulis:
Widya Lisfianti
Editor:
Endra Kurniawan
TRIBUNNEWS.COM - Menyambut malam 1 Suro dan Tahun Baru Jawa, masyarakat Jawa kembali menghidupkan nilai-nilai luhur warisan leluhur.
Salah satu ungkapan yang sering terdengar di momen spiritual ini adalah "Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti", sebuah semboyan Jawa penuh makna yang sarat filosofi kehidupan.
Ungkapan ini berasal dari tradisi spiritual dan budaya Keraton Jawa, terutama di lingkungan Surakarta dan Yogyakarta.
Di balik keindahan bahasanya, semboyan ini mengandung pesan mendalam tentang pengendalian diri, kasih sayang, dan kekuatan moral sebagai senjata menghadapi kejahatan dan angkara murka.
Berikut adalah artinya, dikutip dari laman Pemkab Kabupaten Gunungkidul:
Baca juga: Rute dan Jadwal Kirab Malam 1 Suro Solo 2025, Digelar Kamis Malam
Makna Kata per Kata:
Suro: Berarti keberanian. Setiap manusia memiliki benih keberanian, namun jika tidak dikendalikan dengan baik, keberanian bisa berubah menjadi keberingasan dan kejahatan.
Diro: Diartikan sebagai kekuatan, baik fisik maupun batin. Jika tidak diarahkan untuk kebaikan, kekuatan bisa melahirkan kedurjanaan.
Joyo: Mengandung arti kejayaan, yaitu hasil dari keberanian dan kekuatan. Namun kejayaan yang tak disertai nurani bisa menjelma menjadi kesombongan.
Ningrat: Diartikan sebagai kemuliaan atau kenikmatan duniawi. Gelar, kekuasaan, dan harta bisa membutakan hati jika tidak diimbangi dengan nilai spiritual.
Lebur: Artinya hancur atau luluh. Dalam konteks ini, angkara murka dan kesombongan bisa dihancurkan atau diluluhkan.
Dening: Berarti dengan, sebagai kata penghubung.
Pangastuti: Mengandung makna kasih sayang, kelembutan, dan kebaikan. Ini adalah senjata utama untuk menaklukkan kejahatan.
Baca juga: 1 Suro 2025 Tanggal Berapa? Catat Kapan Jatuhnya di Kalender Jawa Juni 2025
Arti Keseluruhan:
Secara utuh, "Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti" berarti:
"Segala bentuk kekuatan, keberanian, kejayaan, dan kekuasaan yang disalahgunakan akan luluh oleh kelembutan, kasih sayang, dan kebaikan hati."
Dalam konteks kehidupan modern, semboyan ini mengajarkan bahwa kekerasan tidak bisa dibalas dengan kekerasan.
Angkara murka tidak bisa dilawan dengan amarah.
Sebaliknya, hanya dengan sifat kasih sayang, kelembutan hati, dan kebaikan, kejahatan bisa dilunakkan.
Pesan ini juga menekankan pentingnya spiritualitas—bahwa manusia perlu bersandar kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam menjalani hidup, agar tidak terjerumus dalam kesombongan kekuasaan maupun kedurjanaan.
(Tribunnews.com/Widya)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.