Senin, 29 September 2025

Hadapi Ancaman Perang, Ini Persiapan Indonesia di Sektor Obat-obatan

Perang Israel- Iran yang melibatkan Amerika Serikat, membuat situasi global dalam ketidakpastian.

BPOM
PERTAHANAN KESEHATAN - Persipan pemerintah menghadapi ancaman perang dibahas dalam pertemuan Kepala BPOM Taruna Ikrar dengan Utusan Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional, Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dudung Abdurachman, di Kantor BPOM, Senin (23/6/2025). 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman perang dan ketidakpastian global khususnya di sektor kesehatan dan obat-obatan.

Hal ini terungkap dalam pertemuan yang dilakukan Kepala BPOM Taruna Ikrar dengan Utusan Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional, Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dudung Abdurachman, di Kantor BPOM, Senin (23/6/2025).

Dalam pertemuan lebih dari satu jam ini, Jenderal Dudung mengungkapkan, persiapan di berbagai sektor harus dilakukan.

Baca juga: BPOM & Kemenpar Dukung Indonesia Wellness Festival, Saatnya Hidup Sehat Nan Menyenangkan Jadi Tren

Dengan pertimbangan geopolitik saat ini, perang antar beberapa negara sangat mungkin terjadi.

“Kemungkinan-kemungkinan inilah yang harus diantisipasi sejak dini,” ujarnya.

Ia menegaskan, persiapan itu bukan hanya soal alutsista, tetapi menyeluruh, termasuk industri farmasi.

Kemandirian industri sangat penting agar Indonesia tidak selalu bergantung pada negara lain.

“Jika perang besar terjadi, pasti berdampak langsung terhadap ketahanan nasional, termasuk ketersediaan obat-obatan. Maka Indonesia harus mampu menciptakan obat sendiri,” ungkap Dudung.

Salah satu yang dilakukan adalah mengoptimalkan peran lembaga farmasi milik TNI melalui kolaborasi antar lembaga.

Seperti Lembaga Farmasi Angkatan Darat (LAFI AD) dan beberapa laboratorium milik TNI AL dan AU, untuk diaktifkan kembali.

“Sinkronisasi ini penting untuk mengantisipasi kebutuhan obat dalam kondisi krisis,” jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Kepala BPOM Taruna Ikrar menjelaskan, Indonesia saat ini masih sangat bergantung pada impor bahan baku obat, terutama dari negara-negara seperti India, Tiongkok, Belanda, dan Amerika.

“Sebanyak 94 persen bahan baku obat di Indonesia masih impor. Untuk obat generik yang masa patennya sudah habis, umumnya diimpor dari Tiongkok dan India,” ungkap Taruna.

Sedangkan untuk obat-obat kritikal seperti untuk diabetes, kardiovaskular, sistem saraf, dan kanker, sebagian besar masih didatangkan dari Amerika.

Lebih lanjut, Taruna menyampaikan BPOM telah bersiaga menghadapi tantangan global yang muncul, termasuk potensi perang dunia dan kemunculan kembali kasus covi-19 seperti yang terjadi di Singapura.

“Kami harus berjaga dan memastikan proyek-proyek strategis nasional tetap berjalan, termasuk pengembangan vaksin,” ungkapnya.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan