Musim Kemarau 2025 Mundur dan Berdurasi Lebih Pendek, BMKG Ungkap Dampaknya
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan, kondisi curah hujan yang tetap tinggi selama periode kemarau harus disikapi secara tepat.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Willem Jonata
Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
menyebut musim kemarau 2025 mundur dan punya durasi lebih pendek.
Lalu apa dampaknya?
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati mengungkapkan, kondisi curah hujan yang tetap tinggi selama periode kemarau harus disikapi secara tepat.
Keberadaan hujan selama musim kemarau dapat menjadi berkah bagi petani padi, karena pasokan air irigasi relatif melimpah.
Kondisi ini tentu dapat mendukung kelangsungan masa tanam dan produksi pertanian.
Namun, di sisi lain, peningkatan curah hujan di musim kemarau juga menimbulkan risiko terhadap pertanian hortikultura.
Tanaman hortikultura seperti cabai, bawang, dan tomat sangat rentan terhadap serangan hama dan penyakit akibat kelembaban berlebih.
“Kami mendorong petani hortikultura untuk mengantisipasi kondisi ini dengan menyiapkan sistem drainase yang baik dan perlindungan tanaman yang memadai,” ujar Dwikorita dikutip Sabtu, (21/6/2025).
Selain itu, pentingnya juga bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam kesiapsiagaan merespons dinamika iklim yang semakin tidak menentu.
“Kami tidak bisa lagi berpaku pada pola iklim lama. Perubahan iklim global menyebabkan anomali-anomali yang harus diwaspadai dan adaptasi harus dilakukan secara cepat dan tepat,” ujarnya.
Dwikorita menegaskan, musim kemarau tahun ini bukan hanya tantangan, tetapi juga peluang untuk menguji kemampuan adaptasi nasional terhadap dinamika iklim yang semakin kompleks.
Penyebab Musim Kemarau 2025 Mundur dan Berdurasi Lebih Pendek
Hingga awal Juni 2025, baru sekitar 19 persen zona musim di Indonesia yang telah memasuki musim kemarau.
Padahal merujuk kalender klimatologis biasanya kemarau sudah dimulai di banyak daerah pada periode ini.
Kemunduran awal musim kemarau tahun ini terutama disebabkan oleh kondisi curah hujan yang lebih tinggi dari biasanya (Atas Normal) selama periode April hingga Mei 2025.
Peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian selatan, seperti Sumatera bagian selatan, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Kondisi curah hujan dengan kategori Atas Normal akan berlanjut di sebagian wilayah hingga bulan Oktober 2025.
Oleh karena itu, BMKG mengkonfirmasimusim kemarau tahun 2025 cenderung memiliki durasi yang lebih pendek.
Prakiraan Cuaca Banjarmasin Kamis, 18 September 2025: Seharian Mendung, Waspada Hujan Petir |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Kendari Kamis, 18 September 2025: Malam Diguyur Hujan dan Angin Kencang |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Kota Serang Kamis, 18 September 2025: Waspada Hujan di Siang dan Sore Hari |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Manado, Kamis 18 September 2025: Hujan Ringan di Siang Hari |
![]() |
---|
Prakiraan Cuaca Semarang Besok Kamis 18 September 2025: Mayoritas Hujan Ringan, Wilayah Tugu Berawan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.