Hari Raya Waisak
Mengenal Candi Borobudur di Magelang, Lokasi Perayaan Waisak, Jadi Tujuan Perjalanan Biksu Thudong
Mengenal tentang Candi Borobudur di Magelang Jateng,Candi Buddha terbesar yang menjadi lokasi perayaan Hari Raya Waisak 2025.
TRIBUNNEWS.COM - Mengenal tentang Candi Borobudur yang menjadi lokasi perayaan Hari Raya Waisak 2025.
Candi Buddha terbesar di dunia ini, termasuk tujuan utama perjalanan spiritual para biksu dari berbagai negara.
Sebelumnya, sebanyak 36 biksu Thudong dari berbagai negara tiba di Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, pada Sabtu (10/5/2025) sore.
Mereka memasuki kompleks candi melalui gerbang Kalpataru pada pukul 16.30 WIB.
Sesampainya di puncak, para biksu naik ke stupa utama Candi Borobudur, menandai akhir perjalanan sejauh 2.800 kilometer, dari Bangkok, Thailand.
Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, menilai perjalanan para bhikkhu Thudong ini, menjadi bukti kuat bahwa Candi Borobudur memiliki makna penting bagi umat Buddha sedunia.
“Para bhante ini rela berjalan melintasi negara hanya demi bisa tiba di Candi Borobudur tepat pada Hari Waisak untuk beribadah,” ucapnya, dilansir TribunJogja.com.
Diketahui, Thudong merupakan perjalanan spiritual yang dilakukan oleh para bhante atau bhikkhu dengan berjalan kaki sepanjang ribuan kilometer.
Perjalanan ini, untuk mengikuti jejak Sang Buddha pada zaman kehidupannya ketika belum ada wihara, tempat tinggal, dan transportasi.
Tentang Candi Borobudur
Dikutip dari Kemdikbud.go.id, Candi Borobudur merupakan warisan budaya dunia yang telah diakui United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) pada tahun 1991.
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah.
Struktur Candi Borobudur disusun menggunakan batu andesit yang berbentuk persegi.
Baca juga: Puncak Rangkaian Acara Waisak 2025 Hari Ini di Candi Mendut dan Borobudur
Kemudian, bentuk strukturnya seperti punden berundak yang semakin ke atas semakin mengecil. Terdiri dari empat buah tangga yang terdapat di setiap sisi mata angin (timur, selatan, barat, dan utara).
Strukturnya, juga terdiri atas 9 teras berundak: ada 6 teras berdenah persegi dan 3 teras berdenah lingkaran. Di antara bentuk teras tersebut, terdapat lantai yang disebut plateau.
Candi Borobudur memiliki panjang 121,66 meter, lebar 121,38 meter, dan tinggi 35,40 meter.
Saat ditemukan pertama kali, Candi Borobudur tidak utuh seperti saat ini.
Candi Borobudur, terbagi menjadi tiga tingkatan yang melambangkan kosmologi Buddha.
Yaitu, alam dunia atau nafsu, alam bentuk/dunia peralihan, dan dunia tak berbentuk.
Candi Borobudur dibangun di tengah Pulau Jawa sekitar abad ke-9 pada masa dinasti Syailendra.
Borobudur terdiri dari 6 teras, 3 bagian melingkar yang dihiasi dengan 2.672 panel relief dan 504 patung Buddha, sebagaimana dilansir TribunnewsWiki.com.
Bagian atas candi terdiri dari 1 stupa utama yang terletak di tengah candi dan dikelilingi oleh 72 stupa.
Adapun tujuan dibangunnya Candi Borobudur adalah sebagai tempat pemujaan Buddha.
Pembangunan candi, dimaksudkan agar manusia meninggalkan nafsu dunia dan menuju pencerahan Buddha.
Dalam sistem pengelolaannya, Candi Borobudur dikelola oleh perusahaan Persero, PT. Taman Wisata Candi yang meliputi Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko.
Pada tahun 1814, Candi Borobudur ditemukan pertama kali oleh pasukan Inggris di bawah kepemimpinan Thomas Stamford Raffles.
Sebelumnya, area Candi Borobudur dipenuhi oleh semak belukar, pepohonan, dan tidak terawat.
Namun, area Candi Borobudur berhasil dibersihkan semuanya pada tahun 1835.
Baca juga: Ada Perayaan Waisak 2025, Akses ke Borobudur Dialihkan Sementara Siang hingga Sore Hari Ini
Asal Usul Nama Borobudur
Melalui Buku R. Soekmono 'Chandi Borobudur; a monument of mankind', yang diunggah di situs dokumentasi UNESCO, diketahui Naskah kuno Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca tahun 1365 menyebut Budur sebagai tempat suci Buddha.
Namun, makna Budur dinilai berasal dari kata Bhudara yang berarti 'Gunung' oleh filolog J.G. de Casparis dalam bukunya "The Dual Nature of Barabudur" (1981).
Thomas Stamford Raflles menyebut, nama Bore-Budur/Borobudur dalam bukunya 'The History of Java' untuk mengidentifikasi sebuah monumen Buddha.
Meski begitu, belum ada penemuan naskah kuno lainnya yang menyebut nama Borobudur secara lengkap sebelum dan selain Raffles.
Tingkatan Candi Relief
- KAMADHATU (Zona Nafsu/The World of Desire)
Kamadhatu adalah zona paling bawah dari Candi Borobudur. Di bagian Kamadhatu, terdiri dari 160 relief yang menggambarkan tentang hukum sebab akibat / Karmawibhangga Sutra .
Penggambaran dalam relief-relief ini, menerangkan mengenai sifat dan nafsu manusia seperti merampok, membunuh, memperkosa, penyiksaan dan fitnah.
- RUPADHATU (Zona Peralihan/The World of Form)
Rupadhatu merupakan zona setingkat lebih atas dari zona sebelumnya di Candi Borobudur.
Di bagian Rupadhatu menjelaskan terkait masa peralihan manusia yang telah dibebaskan dari segala urusan dunia.
- ARUPADHATU (Zona Tertinggi/The World of without any form)
Arupadhatu adalah bagian tertinggi dari Candi Borobudur. Di bagian Aruphadatu menjelaskan tentang dunia tak berbentuk.
Pada tingkatan ini tidak terdapat ukiran, ornamen, maupun hiasan yang menggambarkan kemurnian tertinggi.
Sementara tiga serambi berbentuk lingkaran mengarah ke stupa utama yang menggambarkan kebangkitan dari dunia.
Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJogja.com dengan judul 36 Biksu Thudong Tiba di Candi Borobudur, Tuntaskan Perjalanan Kaki dari Thailand dan TribunnewsWiki.com dengan judul Candi Borobudur
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, Yuwantoro Winduajie, TribunnewsWiki.com/Dinar Fitra Maghiszha)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.