Hari Raya Waisak
Arti Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta, Doa di Hari Raya Waisak 2569 BE
Salah satu doa yang paling sering didengungkan pada Hari Raya Waisak adalah: "Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā".
Penulis:
Widya Lisfianti
Editor:
Bobby Wiratama
TRIBUNNEWS.COM - Menjelang Hari Raya Waisak 2569 BE yang akan diperingati pada Senin, 12 Mei 2025 oleh umat Buddha, salah satu doa yang paling sering didengungkan adalah: "Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā".
Kalimat dalam bahasa Pali ini bukan hanya sekadar rangkaian kata, tetapi mencerminkan inti ajaran Buddha tentang cinta kasih universal (metta) dan kebajikan terhadap semua makhluk.
"Sabbe Sattā Bhavantu Sukhitattā" berarti: "Semoga semua makhluk hidup berbahagia."
Kalangan umat Buddha menyebut Waisak sebagai Hari Raya Trisuci Waisak, karena untuk memperingati tiga peristiwa penting, yaitu:
- Kelahiran Bodhisattva (calon Buddha) Siddharta Gautama di Taman Lumbini pada tahun 623 SM
- Petapa Gotama mencapai Penerangan Sempurna di Bodh pada tahun 588 SM
- Wafatnya Buddha Gotama (Maha Parinibbana) di Kusinara.
Menyongsong Waisak, umat Buddha sering mengadakan kegiatan bersih vihara, ziarah ke makan leluhur, bersih makam pahlawan.
Fakta Perayaan Waisak
1. Berasal dari Nama Bulan
Istilah Waisak berasal dari bahasa Sanskerta Waishaka atau bahasa Pali Vesakha.
Baca juga: Monas Tetap Buka Saat Libur Waisak 2025, Cek Jam Operasionalnya
Nama ini merujuk pada salah satu bulan dalam kalender India kuno yang bertepatan dengan bulan April–Mei dalam kalender Gregorian.
Bulan tersebut dianggap suci oleh umat Buddha karena diyakini sebagai waktu terjadinya tiga peristiwa penting: kelahiran, pencapaian pencerahan, dan wafatnya Sang Buddha.
2. Tradisi Menerbangkan Lampion
Secara tradisional, umat Buddha memiliki kebiasaan untuk menerbangkan atau menggantung lentera berwarna terang, baik yang diperoleh dari pembelian maupun hasil buatan tangan.
Lampion yang diterbangkan dalam rangka perayaan Waisak melambangkan cahaya dan pencerahan.
Cahaya ini menjadi simbol kebijaksanaan serta pengetahuan, mengingatkan umat untuk membawa terang pencerahan ke dalam kehidupan sehari-hari melalui pemahaman mendalam dan penerapan ajaran kebijaksanaan.
3. Perayaan Tiga Peristiwa Penting
Hari Raya Waisak diperingati sebagai momentum untuk mengenang tiga peristiwa utama dalam kehidupan Siddharta Gautama, pendiri agama Buddha.
Ketiga peristiwa tersebut mencakup kelahiran beliau, pencapaian pencerahan sebagai Buddha, serta wafatnya (parinirvana).
4. Perayaan Waisak di Candi Borobudur
Setiap tahunnya, ribuan umat Buddha berkumpul di Candi Borobudur untuk merayakan Hari Raya Waisak.
Selain mengikuti ritual perayaan, para peserta juga menikmati keindahan arsitektur Candi Borobudur, terutama pada malam hari saat diadakannya pelepasan ribuan lampion.
Pemandangan langit malam yang dipenuhi lampion bercahaya menciptakan suasana yang sangat memukau dan sakral.
5. Meditasi Massal
Pada peringatan Hari Waisak, banyak umat Buddha yang melaksanakan kegiatan meditasi massal.
Kegiatan ini bertujuan untuk meraih ketenangan batin serta memperdalam pemahaman mereka terhadap ajaran-ajaran Buddha.
(Tribunnews.com/Widya)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.