Sekjen Kemnaker: Generasi Y dan Z Adaptif pada Teknologi Digital tapi Kurang dalam Soft Skills
Sekjen Kemnaker Anwar Sanusi mengungkapkan mayoritas angkatan kerja masih didominasi oleh lulusan SMP ke bawah.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Ketenagakerjaan, Prof. Anwar Sanusi mengungkapkan mayoritas angkatan kerja masih didominasi oleh lulusan SMP ke bawah.
Angkatan kerja ini, kata Anwar, banyak yang bekerja di sektor informal.
Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah mismatch atau ketidaksesuaian antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan dan kebutuhan industri.
"Kita memiliki banyak lulusan, tetapi mereka tidak memiliki keterampilan yang sesuai dengan yang dibutuhkan oleh industri," kata Anwar melalui keterangan tertulis, Jumat (24/1/2025).
Hal ini disampaikan oleh Anwar pada Seminar Nasional bertema "Mencetak Tenaga Kerja Berkompeten untuk Industri 5.0: Sinergi antara Pemerintah, Industri, dan Pendidikan Tinggi" dalam Festival FTIK.
Acara ini diadakan di Auditorium Kampus II UKRIDA, Jakarta Barat, sebagai bagian dari pekan perayaan Dies Natalis ke-58 yang mengusung tema “Excellence to be a Blessing”.
Ia juga menyoroti tantangan yang dihadapi dalam perubahan jenis pekerjaan.
Dengan kemajuan teknologi yang pesat, banyak perusahaan yang beralih ke otomatisasi dan digitalisasi, sehingga memerlukan tenaga kerja yang memiliki keterampilan teknologi yang memadai.
"Adopsi teknologi ini menciptakan kebutuhan baru akan keterampilan, dan kita harus mempersiapkan tenaga kerja untuk dapat beradaptasi dengan perubahan ini," katanya.
Di hadapan ratusan mahasiswa, Anwar menjelaskan tentang dominasi angkatan kerja Generasi Y dan Z.
Generasi ini dikenal lebih adaptif terhadap teknologi dan perubahan, tetapi mereka juga menghadapi tantangan tersendiri.
"Mereka memiliki kemampuan digital yang lebih baik, tetapi seringkali kurang dalam keterampilan interpersonal dan soft skills yang diperlukan di tempat kerja," ujarnya.
Menurutnya, penting bagi pendidikan tinggi untuk mengintegrasikan pengembangan soft skills dalam kurikulum mereka.
Sementara itu, Rektor UKRIDA, Prof. Dr.-Ing. Ir. Herman Parung, M.Eng., IPU, menyampaikan bahwa tema seminar di Festival FTIK kali ini bertujuan untuk memperkuat sinergi antara tiga elemen utama, yaitu pemerintah, industri, dan dunia pendidikan tinggi.
"Kita seharusnya bekerja sama untuk mempersiapkan generasi yang memiliki kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan dalam industri masa depan," katanya.
"Kami berharap bahwa forum ini dapat menjadi wadah yang bermanfaat bagi peserta untuk saling bertukar pengetahuan dan pengalaman serta menjadi inspirasi dalam menyusun langkah strategis yang dapat memajukan dunia pendidikan tinggi dan industri kita," tambahnya.
Narasumber selanjutnya, Tri Munanto, S.E., M.Ak., mewakili Kepala LLDIKTI Wilayah III, menjelaskan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi dan industri.
"Mahasiswa yang memiliki soft skills yang baik, seperti kemampuan komunikasi, kerjasama tim, dan pemecahan masalah, akan lebih mudah beradaptasi dan sukses di lingkungan kerja," ujarnya.
Ia juga mengungkapkan apresiasinya terhadap UKRIDA sebagai salah satu mitra penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di LLDIKTI wilayah III.
Melalui kesempatan ini, sinergi tiga pihak dari pemerintah, industri, dan pendidikan tinggi dipandang sebagai fondasi penting dalam membangun daya saing generasi mendatang di kancah global.
Menko Airlangga: Pemerintah Perlu Kebijakan Inklusif untuk AI |
![]() |
---|
Menteri Ekraf: AI Jadi Kolaborator Baru di Industri Kreatif |
![]() |
---|
Ramai di Media Sosial Pekerja SPBU Swasta Kena PHK karena Stok BBM Kosong, Ini Kata Kemnaker |
![]() |
---|
Najwa Shihab: Passion Harus Adaptif agar Tetap Relevan |
![]() |
---|
Kemnaker Sebut Gudang Garam Tak Lakukan PHK, tapi Pekerja yang Ajukan Pensiun Dini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.