Polisi Tembak Polisi
Putri Candrawathi Akui Bohong Soal Pelecehan Seksual di Duren Tiga, Saksi Ahli: Dapat Dipercaya
Putri Candrawathi terpaksa berbohong soal pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J di Duren Tiga, demi ikuti skenario Ferdy Sambo.
TRIBUNNEWS.COM - Putri Candrawathi mengaku terpaksa berbohong soal pelecehan seksual yang dilakukan oleh Nofriansyah Yoshua Hutabarat (Brigadir J) di Duren Tiga.
Putri terpaksa berbohong karena harus mengikuti skenario dari Ferdy Sambo, suaminya.
Hal tersebut terungkap ketika Ahli Psikologi Forensik dari Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia (Apisfor) menjadi saksi ahli dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Brigadir J di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan pada Rabu (21/12/2022).
Berawal dari hakim yang menanyakan kepada Reni terkait informasi pelecehan seksual yang diceritakan Putri Candrawathi ketika asesmen psikologi.
Dari hasil asesmen psikologi tersebut, Putri mengakui kebohongannya itu kepada Reni Kusumowardhani.
Baca juga: Ferdy Sambo Menyerah Bongkar Skenario Kematian Brigadir J Agar Putri Candrawathi Tak Jadi Tersangka
Saat asesmen psikologi, Reni menyampaikan bahwa Putri mengatakan sebenarnya pelecehan seksual yang dialaminya tersebut terjadi di Magelang pada 7 Juli 2022.
Dari asesmen psiklogi Putri itu, Reni memetakan bahwa ada tiga tempat yang berkaitan dengan peristiwa pembunuhan Brigadir J.
"Iya Yang Mulia, kami melakukan proses wawancara sehingga dapat kami simpulkan ada tiga peristiwa di Magelang, di Saguling, dan di Duren Tiga, termasuk pada ibu Putri Candrawathi," ungkap Reni.
Kemudian hakim bertanya kembali, ketika asesmen psikologi, apakah Putri Candrawathi menceritakan skenario awal pelecehan seksual di Duren Tiga sambi menangis.
Lantas Reni pun menyampaikan bahwa Putri menceritakan pelecehan yang terjadi di Duren Tiga tidak benar dan terdapat tangisan dari Putri.
Baca juga: Sambut Natal, Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi akan Dijenguk Anak dan Orang Tuanya
"Ibu Putri mengatakan bahwa 'peristiwa (pelecehan seksual) di Duren Tiga itu tidak benar, tapi saya takut pada suami saya. Saya dipaksa untuk menandatangani BAP dan saya percaya pada suami saya". ungkap Reni menirukan jawaban Putri ketika menjalani asesmen psikologi.
"Itu ada tangisan," imbuh Reni, dikutip dari Kompas.tv, Rabu (21/12/2022).
"Namun, respons tangisannya secara fisiologis dan emosional itu intensinya berbeda dengan pada saat menceritakan peristiwa yang ada di Magelang,” imbuhnya.
Pandangan Psikologis Soal Tangisan Putri Candrawathi

Dalam pandangan psiklogis, Reni mengatakan bahwa tangisan Putri tersebut bisa terjadi karena akibat dari respons Putri yang takut kepada Ferdy Sambo dan mengenai kebohongan yang ia sembunyikan.
Mengenai tangisan Putri saat berkata jujur, Reni mengatakan bahwa kemungkinan ada perasaan trauma karena Putri mengingat peristiwa pemerkosaan yang dialaminya di Magelang.
"Semuanya memang membuat takut bagi ibu Putri. (Tangisan) yang pertama, takut karena sebetulnya tidak seperti (skenario) itu kejadiannya."
"Sementara (tangisan) yang satunya menyatakan kejadian yang sebenarnya itu (kekerasan seksual) yang di sini (Magelang)," ungkap Reni.
"Respons tangisan betul ada pada dua-duanya Yang Mulia, hanya saya sampaikan terobservasi berbeda intensitasnya,” imbuhnya, Rabu (21/12/2022).
Saksi Ahli Sebut Kesaksian Putri Candrawathi Bisa Dipercaya

Ahli Psikologi Forensik, Reni Kusumowardhani mengatakan bahwa keterangan dari Putri Candrawathi soal pelecehan seksual di Magelang dapat dipercaya.
"Di dalam laporan (asesmen psikologi) kami ada simpulan yang berbunyi bahwa keterangan Ibu Putri Candrawathi terkait dengan peristiwa kekerasan seksual yang dialami di Magelang itu bersesuaian dengan indikator keterangan yang kredibel," ungkap Reni dalam sidang, dikutip dari Kompas.com, Rabu (21/12/2022).
Penjelasan Terkait Alasan Putri yang Dianggap Kredibel oleh Saksi Ahli

Reni kemudian menjabarkan alasan terkait kesaksian Putri Candrawathi yang dapat dipercaya tersebut.
Ia mengaku bahwa dalam menilai, dirinya menggunakan teori psikologi yang diambil dari riset psikolog Bull dkk pada tahun 2004.
Dalam riset tersebut, dijelaskan bahwa ada tujuh indikator keterangan yang bisa disebut kredibel atau tidak.
"Pada keterangan Ibu Putri memenuhi ketujuhnya."
"Jadi yang pertama ada detail informasi yang detail cukup kaya informasinya, cukup detail tentang apa yang terjadi," ungkap Reni.
Kesaksian Putri Candrawathi mengenai pelecehan seksual yang dialaminya, kata Reni juga memenuhi unsur kedua, yakni mengenai akurasi yang sesuai dengan situasi.
Baca juga: Ferdy Sambo Minta Dimusnahkan, Barang Bukti File CCTV Ternyata Disalin ke Hardisk Baiquni Wibowo
"Kemudian, juga diinformasikan oleh pihak yang lain. Jadi, pada waktu itu dari Ricky Rizal dan Richard Eliezer mengatakan dapat telepon ibu menangis pada saat yang bersesuaian," ungkap Reni.
Kesaksian Putri tersebut juga didukung dengan pengakuan dari Asisten Rumah Tangganya, yakni Susi yang mengatakan bahwa pintu kamar Putri sempat dibuka lalu ditutup kembali.
"Kemudian, ada informasi dari Pak Kuat bahwa Yosua celingukan dan itu timing-nya jika kita coba dalam circumtantial evidence itu saling berkesinambungan, relevan, dan konsisten seperti itu," ungkap Reni.
Putri Candrawathi juga disebut menceritakan peristiwa pelecehan tersebut dengan detail dan alur ceritanya tidak terpotong-potong.
(Tribunnews.com/Rifqah) (Kompas.tv/Tito Dirhantoro) (Kompas.com/Singgih Wiryono)