Jumat, 3 Oktober 2025

Polisi Tembak Polisi

Kisah Syahrul, Sopir Ambulans yang Mengangkut Jenazah Brigadir J dari Rumah Ferdy Sambo ke RS Polri

Ahmad Syahrul Ramadhan, dalam persidangan menceritakan detik-detik bawa jenazah Brigadir J dari rumah Ferdy Sambo di Duren Tiga ke RS Polri.

Penulis: Adi Suhendi
Kloase Tribunnews.com
Sopir ambulans Ahmad Syahrul Ramadhan (kiri) dan kondisi jasad Brigadir J tergeletak di rumah dinas Ferdy Sambo (kanan). Syahrul dalam persidangan Bharada E di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (7/11/2022) menceritakan saat dirinya mengangkut Jenazah Brigadir J dari rumah Ferdy Sambo ke RS Polri Kramat Jati pada 8 Juli 2022. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ahmad Syahrul Ramadhan, bercerita ketika dirinya membawa jenazah Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J dari rumah dinas eks Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo di Kompleks Polri, Duren Tiga, Jakarta Selatan ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur pada 8 Juli 2022 lalu.

Awalnya, Syahrul mendapat telepon dari kantornya PT Bintang Medika sekira pukul 19.08 WIB untuk mangangkut jenazah.

Lalu, dia pun bergegas menuju lokasi dari Tegal Parang menuju Kompleks Polri Duren Tiga.

Meski menggunakan google mapps, ia tak mengetahui persis alamat yang ditujukan hingga akhirnya dihubungi orang tak dikenal via whatsapp (WA) sekira pukul 19.13 WIB.

"WA saya meminta share lokasi, lalu pukul 19.14 WIB saya kirim shareloc (share location)," kata Syahrul saat bersaksi dalam sidang terdakwa Bharada Richard Eliezer alias Bharada E di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (7/11/2022).

Baca juga: Reaksi Hakim Dengar Kesaksian Sopir Ambulans Jenazah Brigadir J Disuruh Tunggu di RS sampai Subuh

Sesampainya di depan RS Siloam Duren Tiga, Syahrul bertemu dengan orang yang tidak dikenal menggunakan sepeda motor mengetuk kaca mobilnya.

Lalu, orang tak dikenal itu pun mengarahkannya untuk masuk ke Kompleks Polri Duren Tiga.

"Beliau naik motor, masuk Kompleks ada gapura di situ ada anggota Provos lalu saya disetop mau kemana dan tujuan apa lalu saya jawab permisi saya dapat arahan untuk jemput titik lokasi saya kasih unjuk lihat," ucapnya.

Setelah itu, Syahrul pun diperbolehkan masuk ke Kompleks Duren Tiga menuju rumah dinas Ferdy Sambo.

Baca juga: Fakta Sidang Pembunuhan Brigadir J: Pertemuan Bharada E-RR-Kuat Maruf, Kesaksian Sopir Ambulans

"Katanya ya sudah masuk saja lurus minta tolong sirine dan protokol ambulansnya dimatikan," ujar Syahrul.

Setelah tiba di rumah Ferdy Sambo, dia pun diminta untuk memarkiran kendarannya di garasi.

"Lalu sesudah saya parkirkan di garasi, saya turun buka pintu belakang, turunkan tempat tidur dikarenakan di situ ada 2 mobil, ada mobil Innova, satu Fortuner, satu jadi tempat tidur. Saya enggak muat lalu saya ambil tandu untuk evakuasi," ucapnya.

Syahrul sempat meminta izin menggunakan tandu untuk mengangkut jenazah Brigadir J.

"Saya bilang ke bapak-bapak yang di lokasi, 'Pak izin karena enggak muat saya bawa tandu aja', 'oh ya sudah Mas enggak apa-apa'," tuturnya.

Ia pun bergegas masuk ke dalam rumah Ferdy Sambo.

Saat itu kondisi di dalam rumah sudah banyak orang.

Baca juga: Detik-detik Jenazah Brigadir J Dibawa ke RS Kramat Jati Versi Kesaksian Ahmad Sopir Ambulans

"Terus langsung masuk ke dalam rumah. Sampai di dalam rumah saya kaget karena ramai dan banyak juga kamera," katanya.

Lalu, Syahrul disuruh agar berdiam diri di dekat sebuah kolam ikan sembari menunggu arahan.

"Lalu, 'Mas minta tolong bantu evakuasi, lalu saya bilang 'yang sakit yang mana Pak?' katanya 'ikutin aja'," ujarnya.

Syahrul pun kaget melihat sesosok jenazah tergeletak di samping tangga di rumah dinas suami Putri Candrawathi itu.

"Lalu saya jalan melewati garis police line, habis itu saya terkejut ada satu jenazah di samping tangga," imbuhnya.

Kondisi jenazah Brigadir J di rumah Ferdy Sambo

Saat jenazah Brigadir J hendak dievakuasi, kondisinya masih tergeletak dan berlumuran darah.

Saat itu, Syahrul melihat tubuh jenazah Brigadir J dalam kondisi terlentang dan masih mengenakan baju putih dan masker.

Setelah itu, dirinya langsung melakukan pengecekan nadi di tangan kiri Brigadir J menggunakan sarung tangan karet.

Saat dicek, menurut Syahrul denyutan nadi sudah tidak ada.

Sopir ambulans, Ahmad Syahrul Ramadhan (kiri), dan Brigadir J (kanan).
Sopir ambulans, Ahmad Syahrul Ramadhan (kiri), dan Brigadir J (kanan). (Tangkap Layar YouTube Kompas TV, istimewa)

"Saya disuruh salah satu anggota untuk cek nadinya. Saya cek sudah tidak ada nadinya," ucap Syahrul.

Dari hasil pengecekan nadi itu, dirinya langsung memberikan informasi kepada beberapa petugas dari Propam Polri yang sudah ada di lokasi.

Baca juga: 4 Kesaksian Sopir Ambulans Pengangkut Jenazah Brigadir J: Ada Curiga hingga Jasad Dipakaikan Masker

Hanya saja, Syahrul tidak memerinci identitas orang-orang yang ada saat itu.

Akan tetapi, para anggota Propam Polri itu kembali meminta Syahrul untuk mengecek kondisi Brigadir J guna memastikan masih hidup atau meninggal.

"Saya bilang ke bapak-bapak lokasi 'izin pak sudah tidak ada', 'pasti mas?' 'pasti pak'," ucap Syahrul.

Akan tetapi, beberapa anggota itu kata dia, kembali melakukan pengecekan nadi untuk memastikan kondisi Brigadir J.

"Lalu dicek kembali (kondisi nadi Yosua oleh) bapak-bapak di lokasi," kata Syahrul.

Syahrul pun melihat ada luka tembak di tubuh jenazah Brigadir J.

"Saya lihat ada luka tembak di badan. Ada bolongan di dada sebelah kiri kalau tidak salah," katanya.

Setelah memastikan kondisi Brigadir J sudah meninggal dunia dengan banyaknya ceceran darah, Syahrul diperintahkan untuk memasukkan jasadnya ke kantong jenazah.

Syahrul pun mengambil kantong jenazah di mobil ambulansnya.

Baca juga: Saat Evakuasi Jenazah, Sopir Ambulans Sebut Banyak Darah Mengalir di Area Kepala Brigadir Yosua

Di sana, Syahrul ditanya polisi karena kantong jenazah yang dia bawa bertuliskan Korlantas Polri.

"Saya ditanya di kantong jenazah ada tulisan Korlantas Polri, nah saya jelaskan izin pak saya sering tangani kecelakaan dari Satlantas Jakarta Timur saya membantu untuk mengevakuasi kecelakaan atau TKP. Oh iya iya, dari Satlantas Jakarta Timur, ya sudah tolong dibantu," ucapnya.

Singkat cerita, Syahrul memasukan jenazah Brigadir Yosua dengan dibantu tiga sampai empat orang.

Namun, kaki jenazah harus dilepit oleh Syahrul karena tidak muat masuk ke dalam kantong jenazah.

"Lalu dimasukkan itu jenazah, karena kakinya terlalu panjang tidak muat di kantong jenazah saya, saya lepit kakinya sedikit. Biar supaya bisa masuk ke kantong jenazah. Lalu saya lepit, sudah masuk ke kantong saya resleting lalu saya tarik sedikit kantongnya diangkat lalu saya ambil tandu yang saya bawa," ucapnya.

Kemudian jenazah pun dimasukan ke mobil ambulans dan dibawa Syahrul menuju RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.

Jenazah Brigadir J dibawa ke IGD

Setibanya di RS Polri, jenazah Brigadir J tak langsung dibawa ke ruang jenazah, akan tetapi diarahkan untuk menuju ke ruang instalasi gawat darurat (IGD).

Perintah tersebut kata Syahrul datang dari seorang petugas yang memang menemani dirinya selama di ambulans menuju ke RS Polri.

"Saat itu gak langsung dibawa ke kamar jenazah, tapi dibawa ke IGD. Saya tanya ke yang temani saya 'pak izin kenapa dibawa ke IGD dulu, biasanya kalau saya langsung ke kamar jenazah, ke forensik,' dia bilang 'wah saya gak tahu mas saya ikutin perintah saja, saya nggak ngerti'," kata Syahrul.

Setelah dirinya tiba di ruang IGD, Syahrul mengaku terkejut karena sudah banyak orang di dalam ruangan tersebut.

Tak lama berselang, Syahrul mengaku dihampiri seorang petugas di RS Polri yang tidak diketahui namanya untuk menanyakan jumlah korban yang dibawa.

"Lalu saya ke IGD sampe IGD sudah ramai, saya buka pintu, datang dah tuh petugas RS Polri korbannya berapa orang? Waduh saya bingung, hanya satu, terus dilihat 'waduh kok udah kantong jenazah, emang ada orang" ditanya korban berapa? Satu," kata Syahrul seraya menirukan percakapan.

Baru setelah itu, Syahrul diminta untuk langsung membawa jenazah Brigadir J ke ruang jenazah forensik untuk keperluan pemeriksaan.

Hanya saja, Syahrul tidak mengetahui secara pasti kenapa jenazah Brigadir J harus dibawa terlebih dahulu ke IGD.

"Terus ya udah mas dibawa ke belakang saja kamar jenazah forensik," ucapnya.

Setelah menyerahkan jenazah Brigadir J ke kamar jenazah, Syahrul mengaku ingin langsung pamit.

Namun, permintaannya ditahan seorang anggota di Rumah Sakit Polri.

Ia diminta untuk menunggu.

Akhirnya ia menunggu hingga waktu subuh menjelang baru bisa pulang dari RS Polri dengan dibekali uang biaya ambulans dan mencuci mobil.

"Setelah saya drop jenazah ke troli jenazah. Saya parkir mobil. Terus saya bilang saya izin pamit, sama anggota di RS terus bapak-bapak tersebut katanya sebentar dulu ya mas tunggu dulu. Saya tunggu tempat masjid di samping tembok sampai jam mau subuh," kata Syahrul.

Diketahui Brigadir J menjadi korban pembunuhan berencana yang diotaki Ferdy Sambo pada 8 Juli 2022 lalu.

Brigadir J tewas setelah dieksekusi di rumah dinas Ferdy Sambo, Duren Tiga, Jakarta Selatan.

Dalam perkara ini Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bripka Ricky Rizal alias Bripka RR, Kuwat Maruf dan Bharada Richard Eliezer alias Bharada didakwa melakukan pembunuhan berencana.

Kelima terdakwa didakwa melanggar pasal 340 subsidair Pasal 338 KUHP juncto Pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP dengan ancaman maksimal hukuman mati.

Tak hanya dalam kasus pembunuhan berencana Brigadir J, khusus untuk Ferdy Sambo juga turut dijerat dalam kasus perintangan penyidikan atau obstruction of justice bersama Hendra Kurniawan, Agus Nurpatria, Chuck Putranto, Irfan Widianto, Arif Rahman Arifin, dan Baiquni Wibowo.

Dalam kasus obstruction of justice tersebut mereka didakwa melanggar Pasal 49 juncto Pasal 33 subsidair Pasal 48 ayat (1) juncto Pasal 32 ayat (1) UU ITE Nomor 19 Tahun 2016 dan/atau dakwaan kedua pasal 233 KUHP subsidair Pasal 221 ayat (1) ke 2 KUHP juncto pasal 55 ayat 1 ke (1) KUHP. (Tribunnews.com/ Abdi/ fersianus/ Igman)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved