Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
LPSK Ungkap Detik-detik Gas Air Mata Ditembakkan saat Tragedi Kanjuruhan
LPSK membeberkan detik-detik gas air mata ditembakkan saat tragedi Kanjuruhan. Berikut hasil investigasi LPSK.
TRIBUNNEWS.COM - Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK), Edwin Partogi, membeberkan detik-detik gas air mata ditembakkan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada 1 Oktober 2022 lalu.
Detik-detik penembakan gas air mata itu diperoleh LPSK dari video yang diambil suporter Arema dari sisi tribun VIP.
"Video ini diambil dari sisi VIP, ini tergambar suasana di Stadion Kanjuruhan," ujar Edwin saat pemaparan hasil investigasi Kanjuruhan, Kamis (13/10/2022), dikutip dari tayangan Breaking News KompasTV.
Lebih lanjut, Edwin memaparkan detik-detik gas air mata ditembakkan, berdasarkan video yang diperoleh LPSK tersebut.
Pada pukul 21.59 WIB: Pertandingan selesai. Terlihat ada pergerakan diduga steward dan aparat keamanan dari arah selatan menuju utara.
"Setelah peluit panjang, kemudian posisi penjagaan oleh steward dan pengamanan TNI-Polri di Ring 1 dalam stadion, yang seharusnya mengelilingi antara batas stadion dalam dan penonton, itu di bagian timur sudah ada pergerakan, sehingga (penjagaan) tidak berada di tempatnya," urai Edwin Partogi.
Baca juga: Update Tragedi Kanjuruhan: Kronologi Meninggalnya Korban ke-132, Data Dirawat hingga Pengobatan Mata
Pukul 22.00 WIB: Terlihat seorang penonton pertama, dari tribun timur, yang memasuki lapangan untuk memberikan semangat pada pemain Singo Edan.
Tapi, menurut Edwin, penonton pertama tersebut gagal menemui pemain Arema.
"Bisa kita lihat, di sekeliling lapangan sudah tidak ada steward maupun pengamanan. Yang masuk lapangan pertama itu gagal untuk bertemu atau menyalami pemain dan official Arema," ujarnya.
Pukul 22.03 WIB: Masuk penonton kedua yang berhasil memeluk pemain Arema.
Edwin mengungkapkan, jumlah penonton yang turun ke lapangan masih relatif sedikit, hingga ada suporter yang berkeliling membawa lapangan.
Situasi, kata Edwin, juga masih terlihat kondusif dan tidak mengkhawatirkan.
Pukul 22.04 WIB: Penonton dari tribun timur mulai merangsek masuk ke lapangan untuk memberi semangat pada pemain, khususnya kiper.
Namun, terlihat seseorang berpakaian hitam, berlari ke arah pemain yang sedang menuju ruang ganti.
Hal tersebut, kata Edwin, masih didalami oleh LPSK.
"Ada orang kaus putih dan jaket hitam, di depannya ada orang yang berlari ke arah pemain, terlihat seperti menyentuh pemain, ini masih kami dalami," ungkapnya.

Baca juga: Komnas HAM Akan Dalami Tanggung Jawab PSSI, PT LIB dan Broadcaster Terkait Tragedi Kanjuruhan
Pukul 22.05 WIB: Terlihat sebuah flare menyala di depan tribun VIP dan terjadi konsentrasi massa.
"Ada konsentrasi massa di depan tribun VIP. (Lalu) tampak massa dihalau dan terlihat mulai ada kekerasan oleh orang yang berseragam," terang Edwin Partogi.
Pukul 22.06 WIB: Aparat berseragam menghalau suporter merangsek ke lapangan.
Massa dari tribun utara yang merangsek, mematuhi permintaan petugas untuk kembali ke tempat mereka.
"Massa yang dari lapangan bergeser ke arah utara, itu artinya mereka mematuhi permintaan petugas untuk kembali ke tribun utara," tutur Edwin.
"Sebagian besar massa itu kembali ke tribunnya dengan damai, tidak ada benturan fisik," imbuhnya.
Pukul 22.08 WIB: Tampak massa dari arah tribun delapan dan sembilan mengarah ke tengah lapangan.
Kemudian oleh aparat berseragam, dihalau untuk kembali ke tempat asalnya.
"Sisi lain, ketika yang di arah selatan sedang dihalau, dari arah utara kembali merangsek ke arah tengah. Kita bisa lihat beberapa kekerasan yang berlangsung oleh aparat berseragam," kata Edwin Partogi.

Baca juga: Komnas HAM Buka Peluang Minta Keterangan Eks Kapolda Jatim Irjen Nico Afinta soal Tragedi Kanjuruhan
Pukul 22.09 WIB: Terdengar suara tembakan gas air mata, disusul kepulan asap.
Tembakan gas air mata yang pertama, diarahkan ke tribun selatan, 12 dan 13.
"Ini mulai kita lihat dan dengar suara tembakan. Tembakan dilepaskan mengarah ke tribun selatan, 12 dan 13, tembakan diarahkan langsung ke tribun."
"Begitu juga di sisi utara. Ada juga tembakan yang jatuh di lapangan. Pada bagian ini yang menyelamatkan diri, bukan hanya penonton, tapi juga aparat yang berada di tengah lapangan sepak bola," urainya.
Setelahnya, aparat berseragam terus melepaskan rentetan tembakan gas air mata meski suporter Arema sudah kembali ke tribun dan berusaha menjauh.
Edwin mengatakan, dari tembakan pertama ke rentetan berikutnya, berjarak satu menit 25 detik.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W)