Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Gerakan Bhinneka Nasionalis Desak Tragedi Kanjuruhan Diusut Tuntas, Harus Ada yang Bertanggung Jawab
Gerakan Bhinneka Nasionalis (GBN) berharap dunia olahraga Indonesia bisa sehat, membaik, dan menjunjung budaya sportivitas.
TRIBUNNEWS.COM - Gerakan Bhinneka Nasionalis (GBN) berbelasungkawa sekaligus prihatin atas jatuhnya korban jiwa dalam kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.
Ketua Bidang Pemuda dan Olahraga GBN Ari Purnama mengatakan duka dan keprihatinan GBN bukan hanya atas jatuhnya ratusan korban jiwa, tapi juga sirnanya nilai sportivitas dan budaya kesatria di Indonesia.
Karena itu, GBN mendesak agar tragedi ini segera diusut tuntas sehingga jelas siapa saja yang wajib bertanggungjawab atas ratusan nyawa yang meninggal dunia.
Dalam peristiwa itu, ia melihat adanya kelalaian aparat yang tidak bersikap antisipatif, terutama dari pihak intelijen dan reserve yang kurang menyiapkan langkah preventif sedini mungkin.
Kemudian, penyelenggara pertandingan yang kurang bertanggung jawab, karena cenderung mengejar keuntungan materil semata.
Baca juga: Korban Kerusuhan Pasca Laga Arema vs Persebaya, Bripda Agmal Masih Dirawat di RS Bhayangkara Batu
"Pemilik klub nyaris tidak pernah memberikan edukasi dan pentingnya budaya anti kekerasan, jiwa kesatria dan sportsmanship terhadap para pendukung/fans klub mereka," lanjutnya.
Bahkan ia juga menilai hal ini sebagai kegagalan tupoksi Kementerian Pemuda & Olah Raga dalam melakukan pembinaan olah raga.
"Terutama atas berbagai CabOR yang terindikasi dikuasai oleh Mafia Judi. Juga atas tupoksi Kemenpora RI dalam menanamkan nilai-nilai luhur olahraga sebagai salah satu instrumen juang nation and character building," ucapnya.
Ia berharap seluruh elemen bangsa Indonesia agar mau lagi kembali bersikap jujur, sportif dan kesatria, terutama dalam menghadapi kekalahan.
"Semoga hari esok, dunia olahraga Indonesia bisa sehat membaik, dan menjunjung budaya sportivitas, tidak lagi didominasi oleh Mafia Judi dan Petualang yang mempolitisaai olahraga," tandasnya.
Tercatat 129 orang tewas dalam kerusuhan di penghujung laga Liga 1 antara Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam.
Dua di antara korban tewas adalah anggota kepolisian.
Kerusuhan dipicu kekecewaan Aremania, suporter Arema FC. Mereka tak terima tim kesayangannya kalah di kandang sendiri atas Persebaya dengan skor 2-3.
Penonton memaksa masuk ke lapangan. Situasi kian tak kondusif setelah polisi melepaskan gas air mata ke tribun penonton.
Penonton pun berdesak-desakan keluar stadion hingga akhirnya menimbulkan ratusan korban jiwa.