Jumat, 3 Oktober 2025

Dubes Uni Eropa Hingga Tiongkok Harap Moderasi Beragama Jadi Spirit Perdamaian di Tingkat Global

Kementerian Agama RI meluncurkan buku Moderasi Beragama dalam tiga bahasa, yakni bahasa Arab, Inggris, dan Tiongkok.

Penulis: Reza Deni
Editor: Johnson Simanjuntak
Ist
Kemenag RI meluncurkan buku Moderasi Beragama dalam 3 Bahasa, yakni Bahasa Inggris, Arab, dan Tiongkok, yang diapresiasi oleh sejumlah duta besar dan negara-negara sahabat Indonesia, Kamis (9/12/2021)/Istimewa 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kementerian Agama RI meluncurkan buku Moderasi Beragama dalam tiga bahasa, yakni bahasa Arab, Inggris, dan Tiongkok.

Peluncuran tersebut diketahui dihadiri sejumlah duta besar negara sahabat.

Mereka antara lain Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket, Duta Besar Amerika Serikat diwakili Greg Bauer, Duta Besar Tiongkok, Duta Besar Mesir, dan perwakilan konjen negara-negara sahabat.

Dubes AS yang diwakili Greg Bauer dan Duta Besar Uni Eropa Vincent Piket menyatakan sudah menunggu lama hadirnya terjemahan buku Moderasi Beragama berbahasa Inggris.

"Kami sudah menunggu lama hadirnya terjemahan buku Moderasi Beragama yang berbahasa Inggris. Sebenarnya pihak Kedubes AS sudah mengetahui keberadaan buku ini setahun sebelumnya dan menunggu bukunya hadir dalam bahasa Inggris agar bisa disebarkan lebih luas lagi,” ujar Greg Bauer dalam keterangan yang diterima, Kamis (9/12/2021)

Tak hanya itu, Kedubes Tiongkok juga mengapresiasi Moderasi Agama 3 Bahasa ini khususnya yang berbahasa Tiongkok agar bisa dipahami oleh masyakat terkait nilai-nilai kearifan yang ada di Indonesia.

Baca juga: KSAD Ingin Rekrut Lulusan Pesantren, Kemenag: Prajurit TNI Alumni Pesantren Sudah Pasti Merah Putih

Mereka berharap dalam setiap event internasional, buku Moderasi Beragama 3 bahasa ini hadir dan menjadi salah satu alat untuk spirit perdamaian yang bisa disuarakan di tingkat global.

Sementara itu, Kepala Badan (Kaban) Litbang Diklat Kemenag Achmad Gunaryo mengatakan, Moderasi Beragama merupakan spirit nilai-nilai kearifan Indonesia yang meramu dan meracik keberagaman yang ada di Indonesia sehingga sampai kini masih menjadi sebuah bangsa yang rukun, damai, dan toleran.

"Bukan hanya masyarakat Indonesia yang membutuhkan Moderasi Beragama, akan tetapi juga warga dunia," kata Gunaryo.

Dia menyebut melalui berbagai forum dunia, Indonesia bisa menjadi contoh dalam mengembangkan moderasi beragama untuk menciptakan kerukunan, harmoni sosial di antara masyarakat yang beraneka ragam, dan perdamaian dunia.

“Jadi, Moderasi Beragama bukan hanya kebutuhan masyarakat Indonesia, tapi sudah menjadi kebutuhan dunia seluruhnya,” sambung Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo Semarang ini.

Dalam tingkat global, lanjut dia, melalui momentum setelah Indonesia menerima estafet Presidensi G-20 Indonesia memiliki peran strategis baik baik di tingkat regional, kawasan, dan global.

“Sebagai negara Muslim terbesar dalam G-20, Indonesia harus mengambil peran prakarsa untuk menciptakan perdamaian antarnegara, terutama di dunia Islam yang mengalami krisis serius, selain peran ekonomi yang bisa membawa dampak positif bagi kepentingan nasional Indonesia,” kata Kaban.

Mantan Kepala Biro Hukum dan Kerja Sama Luar Negeri Setjen Kemenag ini menambahkan, Kemenag telah menyusun untuk pertama kalinya buku Moderasi Beragama pada tahun 2019.

"Tujuan penyusunan buku ini sebagai panduan kebijakan dalam rangka mengarusutamakan cara beragama yang moderat, sebuah istilah yang menjadi lawan kata dari ekstremisme," tambahnya.

Baca juga: Menteri Agama Dukung Mahasiswa Suarakan Moderasi Beragama di Kampus 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved